43. Terlantar

1.7K 288 17
                                    

Selamat menunaikan ibadah puasa teman-teman, maaf ya telat. Hehe.

----

Derap kuda membelah malam, suasana yang diisi jangkrik dan siulan burung terasa mencekam. Ketegangan dari kejadian tadi siang urung juga luntur sampai pagi buta. Awan kabut yang biasanya tak meliputi, kini hadir menghalangi jalan.

Suhu kian menurun ekstrim, entah karena angin malam atau pada dasarnya cuaca memang dingin. Membuat kulit tanpa tertutup kain sebagian alhasil menggigil, gigi bergemeletuk sebagai salah satu respon tidak tahannya tubuh pada cuaca dini hari.

Selama perjalanan tiada pembicaraan, Sanskara yang awalnya memasang cengiran kini telah raib entah kemana. Ekspresinya penuh ceria dalam sekejap tergantikan ketenangan batin dengan diam seribu bahasa, gentingnya keadaan merubah kepribadiannya secara tiba-tiba.

Lebih tepatnya jati dirinya sebagai Laksamana Niskala, yang kapan pun siap turun tangan di medan pertempuran yang tidak hanya menghantam laut samudera.

Selain memakan waktu berjam-jam di dalam kereta kencana, tak ada yang dapat ku lakukan selain rasa getir terus menghantui akan keselamatan Panji Gentala. Kekhawatiran yang terus datang silih berganti, kian memberat untuk sekadar bernapas takut-takut hal buruk terjadi. 

Bersamaan rasa gelisah urung juga sirna, bayang-bayang Giatra yang sekarat akibat tusukan keris Panji Gentala membuatku merinding bukan main. Tatkala pikiran buruk merasuk nakal membayangkan bahwa yang tertusuk keris adalah pria itu sendiri. Demikian diriku mengelak. Oh tidak-tidak, lelaki dengan seribu keangkuhan itu tidak akan cepat mati, nyawanya ada sembilan bak kucing melompat dari ketinggian. Dia tidak akan mati sebelum mimpinya tercapai untuk hidup bersamaku. Janjinya yang masih ku pegang, akan ku tagih sampai akhir hayat.

Dan alam semesta tidak akan bisa merenggut kematiannya.

Mulutku sedikit terbuka sembari berbicara tanpa suara, bak baca mantra  terus mengucap Panji Gentala harus selamat adalah salah satu kalimat yang terus terngiang di kepala. Berharap masih ada waktu untuk menyelamatkannya untuk tidak sembrono mengambil langkah, mengikuti rencana yang Sanskara buat upaya menggagalkan rencana musuh yang ingin membunuh calon pewaris takhta Kerajaan Sumbhara.

Kerajaan Kerthawisesa amat licik rupanya, membuatku berpikir ulang siapa gerangan yang menghasut sejauh ini. Menyisakan pewaris tunggal yang kini siap mati karena balas dendamnya urung terselesaikan. Menarik paksa jati diri sang putra mahkota untuk segera bertindak menghabisi kerajaan di ujung Barat tersebut.

Satu leluhur, satu ikatan darah, keduanya rela saling membunuh dan menyerang satu sama lain. Menghabisi salah satu keturunan upaya menegakkan dan menyatakan sanya kerajaan tersebutlah yang paling unggul. Kerthawisesa yang lebih menutup diri selama beberapa tahun terakhir, tiba-tiba muncul kepermukaan dengan pernyataan perangnya melawan Sumbhara.

Sumbhara sendiri tidak kalah tangguh, sekalipun hanya satu pewaris kini mengendalikan. Serapuh apapun bagian internal kerajaan, masihlah mampu kerajaan itu menopang diri. Menyebarkan berpuluh-puluh ribu pasukan serta puluhan armada upaya melakukan ekspedisi sekalipun keturunan raja terjebak di masa kritis. Demikian aku berpikir panjang bahwa kedua kerajaan yang memiliki karakteristik berbeda itu pada dasarnya sama-sama ulung, maka tak lebih akan menghasilkan luka yang besar atau mungkin fatal.

Perang tidak akan menyelesaikan masalah, selain persoalan martabat antar kawula dari masing-masing kerajaan yang saling merendahkan. Sekiranya, untuk saat ini diriku berpendapat bahwa Panji Gentala merasa geram atas perlakuan orang-orang Kerthawisesa sendiri kepada orang-orang Sumbhara. Dipandang rendah bukanlah sesuatu hal baik, Panji Gentala hanya seorang diri yang tersisa sebagai keturunan terakhir darah biru. Namun bukan berarti pula, lelaki itu cacat hanya karena tidak punya keluarga. Justrulah yang membunuh keluarga kerajaan Sumbhara adalah pihak Kerajaan Kerthawisesa sendiri dengan berbagai hasutan tak kalah pecundang dari seorang laki-laki yang tak bisa bermain pedang.

Cinta Bertakhta [TAMAT]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum