41. Murka

1.9K 308 8
                                    

Jendela yang sepenuhnya tidak tertutup rapat, memudahkanku untuk menunjukkan diri dihadapan lelaki berumur tersebut. Menunduk ragu, pada sebuah hal yang baru diketahui detik ini.

Sekarang, aku tidak perlu menggali informasi lain lagi. Jika bukti kuat saja sudah jelas terpampang di depan mata. Apalagi kedua telinga ini mendengar, kata perkata yang diutarakan Panji Gentala tentang bahayanya Sumbhara yang ditakutkan kekuasaan jatuh ditangan yang salah. Kian meyakini diri sendiri untuk siap berkorban.

Kedua tangan penuh keriput itu saling menumpu di ujung gagang tongkat, sedikit mendongak menatapku berjalan enggan mendekat. Perasaan yang campur aduk, sulit diterima akal sebagaimana mestinya aku bertindak.

Ini bukan sesuatu hal yang bisa disepelekan, diatas ambang keraguan ini diriku sendiri harus bisa memilih antara dua keputusan mana yang harus diambil. Namun.. jika kematian merunggutku dari perdaban kuno ini, akankah diriku bisa kembali ke dunia nyata? Ataukah akan selamanya tertinggal dan tertahan di sini?

Sesaat berdiri dihadapannya, aku memilin buku-buku jari. Bersamaan tusuk rambut kesayangan sudah jatuh entah kemana. Biarlah hal itu akan ku cari nanti, tapi tidak dengan sekarang ini dibuat mati kutu.

"Sebelumnya, kamu bisa memanggilku Ki Jangar." Awal kalimat ia mengawali pembicaraan.

"Aku tahu perasaanmu, itu maklum untuk dirasakan manusia sepertimu. Kamu memiliki watak yang kuat, hanya saja kamu mudah terombang-ambing pada keadaan." Ujarnya, bergetar dalam mengungkap kata. Benar-benar menunjukkan bahwa usianya kini sudah tak lagi muda, bahkan sekedar memegang tongkat pun aku yakin ia akan jatuh bila diterpa udara.

Orang tua itu tidak lebih pendek dariku, bahkan aku bisa melihat ujung kepalanya yang memutih dengan kepala menunduk. Beliau sendiri mengangkat jari telunjuknya perlahan, yang ditujukannya mengarah tepat di dahiku.

"Mungkin kamu tidak akan mengira, orang sepertiku akan mendorongmu pada curamnya jurang. Asal kamu tahu, nduk. Kesuksesan yang dicapai Sumbhara sampai saat ini, sangatlah tidak mudah. Ketika sudah menggapai titik keseimbangannya di Pulau Jawa ini.. mungkinkah dirimu membiarkannya begitu saja hanya ego semata? Bisakah dirimu memenuhi tugas terakhirmu di peradaban ini, nduk?" Tidak lama mengatakan kalimat panjang lebar, kembali Ki Jangar menurunkan telapak tangannya yang terhalang di depan wajah.

Air mata ini kembali berkaca, menatap berani pada kakek tua berbicara tanpa menaruh empati. Wajahnya tercetak bayan tanpa ekspresi, kerutnya wajah tidak menunjukkan sesuatu apapun rasa sedih. Untuk saat ini, aku hanya menyesali. Menyesali perlakuan Panji Gentala selama ini, jika tahu aku akan dipertaruhkan untuk kemenangan Sumbhara, mengapa harus lelaki itu membuatku jatuh cinta?

Pada dasarnya diriku sendiri hanyalah bidak catur, bukankah begitu?

Seharusnya tidak perlu bertele-tele untuk mengatakan hal yang harus ku lakukan. Lagi pun, dari awal memang aku tidak ingin terjebak ditempat ini. Meski, diriku sendiri berusaha mencari sesuatu keajaiban agar bisa bernapas sejenak dari kejamnya kehidupan. Tapimencintai seseorang bukanlah perkara mudah! Itu tidak akan menyelesaikan masalah apalagi membantu merelakan diri pergi dari dunia ini.

Dsisi lain aku tidak rela berpisah dengannya. Aku benar-benar menjadi budak cinta.

"A-aku—"

"Aku mengerti,  janganlah dahulu kamu menjawab. Semua keputusan ada ditanganmu, berpikir jernihlah. Jika kamu menyetujui apa yang ku katakan, berkunjunglah tempat pertama kali bertemu dengan Panji Gentala. Hanya tiga hari kamu punya waktu saat ini, jika keputusanmu sudah bulat, pergilah dari istana. Jangan sampai gusti pangeran menyadari kepergianmu lebih awal." Kakek itu lekas pergi dengan jalannya yang teratih-tatih. Meninggalkanku seorang diri penuh perasaan remuk. Bertimpuh pada tanah yang turut menjadi wadah air mata mulai berjatuhan. Menjadi saksi diikuti bulan serta langit memandang iba. Seketika itu pun hujan turun, menemaniku tengah terselami sakitnya lara.

Cinta Bertakhta [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang