ARCS PART 6

36.7K 2K 8
                                    

"Saya tanya sekali lagi, ada apa ini?" Tanya seorang pria yang baru saja datang itu dengan penuh ketegasan.

Thesa diam-diam menelan ludahnya gugup, sungguh wajah pria ini sangatlah tampan namun sayang aura yang dikeluarkannya sangatlah menakutkan. Ia jadi ngeri sendiri.

"Ayah, Syena nabrak kakak ini yang lagi bawa pesanan ibu-ibu itu. Terus ibu-ibu nya marahin kakak ini, kasihan ayah. Itukan bukan salah kakak nya tapi salah Syena" jelas Syena yang membuat atensi pria itu langsung menatap kearah putrinya.

"Benar begitu?" Tanya pria itu memastikan  dengan tatapan yang mengarah kearah Thesa dengan tajam.

Thesa yang ditatap seperti itu pun jadi gelagapan sendiri, sungguh demi apapun ia bingung harus apa sekarang. Mau menyalahkan anak kecil itu sepenuhnya pun bukanlah hal yang benar karena bagaimanapun juga Thesa ikut bersalah disini. Ia teledor membawa nampan itu dan juga kurangnya kehati-hatiannya dalam bekerja. 

"Tidak, ini semua salah saya. Anak ini menabrak saya karena s-saya tidak melihat kearah bawah dimana anak itu tengah berjalan" jelas Thesa takut-takut.

Astaga, kenapa ia harus takut? Pria ini bukanlah siapa-siapanya. Hanya ayah dari gadis kecil yang menabraknya bukan atasannya yang harus ia hormati. Begitulah kira-kira sugestinya.

"Lantas, apa masalah anda?" Tanya pria itu kearah ibu-ibu ketus tadi yang kini sudah menjelma seperti remaja alay yang terpana akan ketampanan dari ayah anak yang dia marahi tadi.

"Tidak pak, saya hanya protes kenapa pesanan saya lama sekali. Soalnya saya sangat lapar" jawab ibu-ibu itu malu-malu.

Cih, Thesa sudah muak dengan kepura-puraannya. Percis seperti layaknya seorang ibu tiri.

"Apakah anda tidak bisa menunggu untuk beberapa saat saja? Lihat... pelanggan disini begitu banyak. Kalau anda tahu caranya memasak mungkin anda juga akan tahu betapa lamanya waktu yang harus dikeluarkan agar sebuah makanan layak untuk dimakan" ucap pria itu yang membuat ibu-ibu itu meringis malu karena apa yang pria itu katakan benar adanya.

Dirinya begitu anti dengan hal yang berbau dapur.

"Semua bubar" ujar pria itu lantang membubarkan kerumunan yang mengerubungi mereka.

Tanpa mengatakan apapun lagi, pria itu berlalu darisana dengan menggendong Syena dan hal itu membuat Thesa bisa bernafas lega.

Dia harus segera membersihkan diri dan mulai kembali lagi bekerja sebelum nanti atasannya akan melihat ini semua. Bisa gawat nantinya.

***

"Thesa kamu nggak papa?" Tanya Gina ketika dirinya melihat Thesa yang baru saja memasuki dapur.

"Nggak mbak, maaf atas keteledoran saya tadi. Saya sangat merasa tidak enak. Dihari pertama saya bekerja, saya sudah membuat kekacauan seperti ini" sesal Thesa yang membuat Gina tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya.

"Itu hal wajar Thesa, ini masih permulaan dan kamu masih bisa belajar sedikit demi sedikit nantinya.  Jangan menyerah" balas Gina memberikan semangat.

"Oh iya mbak, atasan kita mana yah? Kok nggak kelihatan?" Tanya Thesa yang membuat Gina mengerjapkan matanya bingung.

"Kenapa kamu nyariin dia?" Tanya Gina penasaran.

"Saya nggak mau dia melihat kejadian barusan mbak, itu pasti akan memalukan bagi saya. Sungguh miris nantinya jikalau saya dipecat apalagi pekerjaan ini belum sehari lamanya" curhat Thesa pada Gina yang terkekeh akibat ucapannya barusan.

"Oh yah mbak, pria tegas tadi siapa sih?" Tanya Thesa bertanya lagi.

"Di-"

"Auranya itu lho mbak, menakutkan. Serasa kalau dia natap orang tuh dia mau nerkam mangsanya hidup-hidup. Udah gitu datar banget, cuek, dingin pula. Hadeh ampun, atasan juga bukan tapi sikapnya udah kayak gitu" cerocos Thesa yang membuat Gina gelagapan sendiri.

After Rain Comes Sunshine | ENDWhere stories live. Discover now