ARCS PART 38

16.1K 945 15
                                    

"Dok, denyut jantung pasien melemah"

Deg

Aldi seketika mematung ditempatnya tat kala telinganya mendengar hal tersebut, apa dirinya tidak salah dengar?

Bukankah tadi dokter bilang bahwa kondisi Fares sudah baik-baik saja? Lalu mengapa sekarang?

"Siapkan defribrilator sekarang" perintah dokter langsung.

"Baik, dok"

Aldi memandang kosong kearah dokter yang kini tengah berlari masuk kedalam ruangan Fares dengan tergopoh-gopoh.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa penyakit Fares menjalar ke seluruh tubuhnya secepat itu?

"Apa bapak bisa menunggu diluar? Kami harus segera menangani putra bapak sekarang juga" intruksi suster tadi yang membuat lamunan Aldi buyar seketika. 

"Nggak! Saya nggak mau pergi. Fares pasti membutuhkan kehadiran saya disini" tolak Aldi seraya menggeleng tegas.

"Pak, jangan mengganggu kinerja kami, tolong. Apa bapak tidak mau putra bapak selamat-"

"PUTRA SAYA PASTI AKAN SELAMAT, Fares pasti sembuh dan saya yakin itu" potong Aldi dengan nada tinggi.

Egar yang mendengar suara keributan dari dalam sana pun bergegas masuk dan mencoba menenangkan Aldi yang kini terlihat kalut. 

"Al, udah jangan kayak gini. Kondisi Fares akan semakin parah dengan lo yang menghalangi kinerja mereka"

"Keluar yah, kita berdo'a aja supaya kondisi Fares baik-baik aja. Serahin semuanya sama yang diatas" lanjut Egar membujuk.

Akhirnya setelah ia mengatakan hal tersebut,  dengan hembusan nafas berat Aldi pun mau menurutinya dan pintu ruangan pun seketika ditutup dari dalam.

Pandangan Aldi menatap sendu kearah kaca yang menampakkan Fares yang sedang berjuang disana. Tubuh kecilnya itu kini sudah ditempeli dengan berbagai alat rumah sakit sebagai penopang hidupnya.

Tuhan, mengapa rasanya sakit melihat itu? Kenapa bukan dirinya saja yang berada disana? Kenapa harus putranya? Masa depannya masih lah panjang.

Aldi menjatuhkan tubuhnya dikursi tunggu dengan lemas, ia tidak bisa memikirkan apapun selain kemungkinan buruk yang terus menghantuinya.

Egar yang melihat kondisi Aldi yang terbilang kacau pun berjalan mendekatinya. Dirinya tidak tega melihat Aldi yang serapuh ini untuk kedua kalinya.

"Al-"

Aldi tidak menyahuti panggilan dari Egar barusan, pandangannya masih saja lurus menatap kedepan.

Baru saja Egar akan memanggil Aldi untuk kedua kalinya namun ada sebuah tangan yang menyentuh pundaknya sehingga membuatnya urung melakukan hal itu.

Egar menoleh kearah sang pemilik tangan dan ternyata itu adalah Thesa. Ia menggelengkan kepala seolah memintanya untuk tidak melakukan hal tersebut.

Mengerti akan maksudnya, Egar pun memilih untuk mendudukkan dirinya di kursi samping Aldi seraya menghembuskan nafas berat. 

Situasi hening pun melanda mereka, tidak ada yang berniat memulai pembicaraan bahkan aura menegangkan pun sangat kentara terasa.

Menit demi menit pun berlalu, namun pintu ruangan Fares tak kunjung terbuka. Thesa sudah gelisah ditempatnya berdiri, pikiran buruk terus bergelayut dalam benaknya apalagi ditambah Aldi yang terus melamun sehingga membuatnya iba melihatnya.

Ceklek

Egar yang mendengar suara pintu terbuka pun langsung berdiri diikuti oleh Thesa yang bergegas menghampiri dokter disana.

After Rain Comes Sunshine | ENDKde žijí příběhy. Začni objevovat