Clarity

967 71 0
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 🥺

.

Up lagi untuk malmingan ini. Maaf telat 😭. Soalnya lagi banyak kegiatan. Jadi Pj suatu proker diselingi buat nuangin ide nulis ternyata gak segampang itu yaa 😢.

Jadi..

Selamat membaca.

___________
____

Jam berdenting keras menunjukkan waktu pukul 17:30. Sayup-sayup Cici mendengar suara bisikan berat di telinga yang menyuruhnya untuk bangun. Tetapi tubuhnya lelah dan pegal, berat hati untuk bangkit. Entah karena apa, kehangatan di perut semakin menjadi-jadi, ia ingin lebih merasakannya lagi.

"Cisandra kalau kamu tidak bangun, saya akan melakukan sesuatu yang lebih dibanding tadi." Setelah mendengar ancaman itu, matanya membulat sempurna dan wajah Grace yang sedang tersenyum jahil lah yang terpampang di penglihatannya.

"Bangun sweetheart," lembut Grace dengan tangan kanan yang memangku kepala dan tangan kiri yang tak berhenti mengusap perut Cici, kini tersenyum lembut mendapati Cici telah terbangun dari tidurnya.

Wajah Cici mengkerut disertai mata yang menyipit, masih bingung dengan keadaannya sekarang. Menunduk melihat tubuh lelaki itu yang sama dengan keadaan tubuhnya. Polos tak berbusana. Bedanya tubuh itu sangat enak buat dipandang, sial sekali mengapa kotak-kotak itu terpahat dengan sempurna.

Kejadian per kejadian melintas di otaknya. Satu kalimat terakhir yang terdiri dari 3 kata, penuh sejuta makna itu menghinggapinya. Semburat merah di pipi muncul begitu saja. Tangannya terangkat naik menutupi wajah. Ia tak tahu mesti berbuat apa, menghadapi Grace yang faktanya hubungan mereka telah jelas. Ia masih belum terbiasa, karena ini adalah kali pertama baginya.

"Kenapa tutup muka begitu," Grace menginterupsi, heran akan kelakuan Cici kali ini.

"Masalah buat kamu!" Cici sedikit membentak sebab malu dan senang, hingga ia berucap demikian. Ia sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini tapi kali ini beda. Status dan panggilan lelaki itu membuatnya menjadi seperti ini.

Grace merasa geram dengan jawaban Cici. Ia pun bangkit, menarik paksa tangan yang menutupi wajah perempuan itu, tampak Cici masih tak gentar untuk menutupi wajah. Aksi baku tarik diantaranya pun terjadi hingga Cici terduduk paksa, menyerah sambil berteriak, "aku malu tauu." Lalu balas menatap kesal Grace.

Agak syok dengan perkataan Cici, Grace pun berucap cepat, "astaga Cisandra, emangnya kita baru pertama kali ini melakukannya. Ini udah ketiga kalinya, kalau kamu lupa." Terangnya, merasa tak menyangka dengan sikap perempuan itu.

"Ihhh tapi kan beda."

"Apanya yang beda?"

"Hu-hubungan kita." Cicit Cici, merah di pipinya semakin kentara, ia pun mengalihkan pandang ke samping.

Saat itu juga wajah Grace datar menatapi Cici. Lalu menghela napas pelan, berusaha menetralkan emosinya. "Kamu-," mengusap wajah kasar, kemudian menarik tubuh Cici mendekapnya erat. Cici sentak menahan selimut ditubuhnya akibat tarikan tiba-tiba itu. Menengadah sekaligus terkesiap. Grace melanjutkan ucapannya, "Jangan berwajah seperti itu, saya tidak bisa menahannya."

Grace perlahan melepas dekapannya, menatap iris Cici dalam, tangannya menangkup wajah perempuan itu sambil melanjutkan ucapannya, "hubungan kita memang tidak seperti dulu lagi. Tetapi jangan sekali-kali menutupi wajah kamu seperti itu jika berada dihadapan saya."

Cici tampak terpesona dengan wajah cantik lelaki itu lagi dalam jarak sedekat ini. "Emang wajah aku bagaimana?" Tanya Cici dengan polosnya.

"Wajah kamu buat tubuh bawah saya menegang." Grace berucap santai, dengan senyum lebarnya.

Baby with meWhere stories live. Discover now