Step to step

866 72 2
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀
.

Di depan cermin, sembari memerhatikan dirinya Cici mengancing kemeja longgar kuning motif bunga yang terbalut ditubuhnya dipadu oleh rok span lutut berwarna putih memperlihatkan betis mulusnya.

Riasan tipis, membuat wajahnya lebih natural. Tersenyum puas dengan penampilannya, ia pun mengambil tas warna coklat yang tersampir di diatas meja.

Sebelum berlalu meninggalkan kamar, tak lupa ia meninggalkan jejak berupa kecupan kecil kepada standing char yang dianggap sebagai suami selama ini. Dengan senyum lebar ia langkahkan kakinya keluar dari kamar. Menuju dapur, mengambil segelas air lalu meneguknya perlahan.

"Pagi mah," ucap Cici kala mamahnya melewati dapur, bersiap juga ingin pergi ke kantor.

"Pagi." Balas mamahnya singkat. Meletakkan gelas di meja. Mata Cici bergerak mengikuti mamahnya yang sedang menuju kulkas.

"Jutek amat sih mah," kata Cici kemudian.

Mamahnya mengeluarkan kotak makanan yang telah ia siapkan waktu subuh tadi dari kulkas lalu memberikannya pada Cici. "Basa-basi kamu pagi ini membuat mamah muak." Balas mamahnya.

Tak membalas ucapan ketus mamahnya. Ia malah menerima kotak makanan itu, dengan kerutan di dahi. "sarapan pagi ini." Lanjut mamahnya. Tersenyum miring, "mamah tahu 1 bulan ini kamu jarang makan tepat waktu."

Tersenyum dalam hati, lagi-lagi Cici dibuat tersentuh akan perhatian mamahnya walaupun tadi sedikit judes. "Mamah baik banget sihh," ungkap Cici tersentuh.

"Diam, pergi kerja sana." Usir mamahnya. Bibir Cici mengkerut sedih.

Tok...tok...tok...

Suara ketukan pintu membuat keduanya saling menatap keheranan, siapa yang bertamu sepagi ini? Pikirnya.

"Saya aja mah yang buka pintunya," sahut Cici. Memahnya mengangguk, saat itu juga ia bergegas menuju ruang tamu untuk membuka pintu.

Sesampainya, sekilat mungkin ia membuka pintu. Tercengang ketika melihat sosok di ambang pintu. Mengerjapkan matanya. Tak puas, ia pun menggosok matanya berkali-kali, mengira dirinya berhalusinasi.

"Sekaget itu dengan kedatangan saya kemari?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulut lelaki itu membuatnya sadar kalau dirinya ini tidak berhalusinasi sekarang. Cici menatap kaget, "Kok kamu disini Grace?"

"Kamu bertanya begitu?" Menaikkan satu alisnya, "sejak kemarin saya sudah mengirimkan pesan dan menelpon kamu untuk menjemput kamu hari ini, tetapi kamu tidak membalas apalagi mengangkatnya. Makanya saya datang."

Teringat, malam kemarin. Saat mengecek Hpnya, terurung oleh kehadiran mamahnya bersama tante Jane. Sejak itu ia tak memegang Hpnya lagi, "Aku gak megang Hp, dan aku pikir kamu gak mungkin datang." Kata Cici cepat.

Grace menatap lekat perempuan dihadapannya, "Kamu lupa omongan saya kemarin?" Perlahan Grace maju. Cici mundur perlahan. Kedua tangan Grace ia letakkan di masing-masing sisi kusen pintu. "Buat kamu, gak ada yang tidak mungkin buat saya Cisandra." Katanya, bersuara rendah.

"Memangnya aku tahu apa, kamu bakal datang. Aku juga gak sempat buka Hp." Cici berkata sambil memasang wajah bodoh, membuat Grace gemas. "Kamu ingin kita saling mengenal kan?" Helaan napas kasar keluar darinya, "Makanya saya datang menjemput kamu." Ungkap Grace, disertai anggukan mengerti dari Cici.

"Kamu berkata seperti itu, seolah-olah tak mengharapkan kehadiran saya." Tambah Grace.

Terkesiap, "bukan begitu, aku cuman kaget aja." Tutur Cici.

Baby with meWhere stories live. Discover now