False

803 53 1
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀
.

Ketemu lagi bersama saya untuk updetan malam jumatan kali ini 😳.

Sebenarnya aku lagi badmood parah dan lagi malas buat ngetik. Tapi aku ingat bahwa ada yang nungguin cerita aku, makanya aku up deh 😂.

Let's cekidot. Kita lihat keteguhan hati Cici disini apa dia sanggup menolak pesona dari Grace? Sepertinya tidak bisa ya kwkw. Kalau gitu ralat, apakah Cici bisa menahan luapan perasaannya kali ini? 🤣.

Selamat malam jumat dan selamat membaca.

Part sebelumnya di litle hope:
Wajah Grace mengkerut bingung, karena tak ada tanda-tanda Cici akan bergerak, "Why? move forward and come closer to me." Tambah Grace, tenang.

Cici melihat smirk di wajah lelaki itu. Tahu bahwa ia akan dihabisi saat ini juga oleh Grace.

_______________
_______

⚠️ 18+

Masih ditempat Ia berdiri tak ada pergerakan apapun dari Cici, hanya matanya lah yang lurus memandang Grace. Ia tak tahu mesti berbuat apa sekarang. Kedua kakinya tak dapat bergerak sebab tatapan tajam Grace dari kejauhan yang seakan-akan ingin menerkamnya.

Walaupun sudah sesering mungkin Cici dipandang oleh Grace. Baru kali ini ia merasakan tatapan intimidasi dari lelaki itu. Hatinya sedikit tercubit akan kenyataan sekarang karena tatapan jahil dan lembut dari Grace entah hilang kemana.

Tadinya ia berpikir Grace hanya menginginkan sebuah ciuman. Tetapi nyatanya dari hasil analisis cumbuan yang diberikan padanya di lift tadi mengelak pikirannya jauh-jauh. Justru Grace hendak melakukan lebih. Mana mungkin juga lelaki itu hanya menginginkan sebuah ciuman saja. Itulah mengapa Ia hinggap di sarang lelaki itu sekarang.

"Untuk ketiga kali saya mengatakannya. Jangan menyesali keputusanmu Cisandra," Kata Grace, mulai bangkit dari duduknya. Tangan yang melepas dasi kini bersemayam di kantung celana, dan perlahan menghampiri Cici.

Mata Cici bergerak mengikuti langkah lelaki itu. Sial, ia makin gugup. Rasa cemas ikut menyertai pula dan ia mulai membuka suara. "aku gak menyesal, cuman-," Grace berhenti tepat dihadapan Cici, saat itu juga Cici tak melanjutkan perkataannya.

Grace memajukan wajah sehingga jarak kian menipis. Cici meneguk saliva. Grace menyeringai, berbisik ditelinga perempuan itu, "kamu takut?" Pertanyaan Grace seakan-akan menyambung perkataan Cici.

"Siapa bilang!?" Bantah Cici cepat, mendorong tubuh lelaki itu namun nihil dorongan Cici hanya dianggap sapuan angin oleh Grace.

Pertanyaan lelaki itu justru ada benarnya tetapi membuat hati Cici agak tersinggung. Tersadar, jika kelemahannya sebagai perempuan rupanya malah dijadikan permainan oleh Grace. Sepertinya ia perlu mengeraskan hati kembali, agar Grace tak berbuat seenaknya.

"So do it, bukankah ini keinginanmu?" Tanya Grace merangkul pinggang Cici, lebih mendekatkan tubuh mereka, hingga tak ada jarak yang tersisa.

Cukup terkesiap dengan rangkulan Grace di pinggang. Cici sedikit mendongak, mulai berdalih, "Ini bukan keinginan aku. Itu justru keinginan kamu Grace. Aku telah membatalkan syaratnya, kamu hanya perlu melakukan apa yang kamu lakukan. Kamu marah oke, itu wajar. Aku akui ini adalah kesalahanku, tapi jangan mempermainkan aku seperti ini."

Grace tersenyum miring, "Begitulah perasaan saya saat kamu mempermainkannya Cisandra. Kamu cukup mengerti kan sweetheart."

Sedetik itu juga Cici terdiam, kena telak dihatinya. Bagai senjata makan tuan, Cici terenyuh sesaat akan kenyataan jika ia melukai perasaan lelaki itu.

"Karena ini kesalahanmu, biarkan kali ini saya menyalurkan kemarahan yang terpendam ini padamu Cisandra." Kata Grace sebelum akhirnya menarik dagu Cici, memiringkan kepala untuk melabuhkan sebuah ciuman di bibir perempuan itu. Cici yang lengah akibat perlakuan tiba-tiba itu, merasakan lidah Grace menelusuk masuk ke rongga mulutnya dengan terpaksa menerima alur pagutan dari Grace, diikuti cengkraman tangan di bahu lelaki itu.

Emosi yang sama tersalurkan padanya. Tak ada kelembutan di dalam ciuman mereka. Seakan-akan melanjutkan sisa emosi di lift tadi, decakan lidah keduanya makin terdengar. Lelah dalam keadaan berdiri. Masih bergelut dengan ciuman yang makin dalam, Grace menarik tubuh Cici agar mengikutinya berjalan perlahan memasuki kamar.

Cici yang telah mabuk akan perlakuan Grace tak ingin perlekatan ciuman mereka lepas. Sayup-sayup mendengar suara pintu terbuka. Segera ia lepas jas putihnya sebab panas ditubuhnya telah menjalar tanpa membuat jarak apapun. Menyadari Cici agak kesusahan membukanya, Grace pun membantu. Setelah berhasil barulah Grace membuang jas putih itu entah dimana.

Ciuman Grace turun ke tengkuk perempuan itu lalu mengangkat tubuh Cici membawanya ke tepi ranjang dan sekilat mungkin menidurinya. Ciumannya turun lagi membelai leher.

Reflek Cici dengan mata terpejam menengadah keatas, tak lepas mencengkram rambut panjang Grace. Kesadaran Cici telah hilang sudah. Karena telah lama Grace tak menjamah tubuhnya, hasilnya ia cukup menikmati belaian Grace kali ini.

Sembari mengecup leher, kali ini tangan Grace membuka kancing kemeja Cici. "Kali ini saya tidak memafkan kamu, jika menyebut nama lelaki itu." Ucap Grace sedikit menggeram, diakhiri gigitan kecil di leher perempuan itu, cukup membuat Cici terpekik. "Akhh."

Puas akan perbuatannya, Grace bangkit dari posisinya dan memandang Cici terengah-engah telentang di bawahnya, hanya menyisakan Bra dengan kemeja yang terbuka, serta rok span-nya yang tersingkap keatas memperlihatkan underwear ungu berenda.

Mata Grace mengkilat memandang yang tersaji dihadapannya, sangat jelas kabut gairah yang tertahan. Ditatap seperti itu, Cici cepat menutup dadanya yang terbuka. Memicing tajam pada kedua tangan itu. Grace kembali membungkuk, dengan cepat ia mengambil dasi merah di kantung, meluruskan serta menyatukan kedua tangan itu keatas kepala Cici lalu segesit mungkin mengikatnya.

Terbelalak kaget atas apa yang dilakukan lelaki itu. Cici tak sempat berbicara sebab Grace mendahui dengan cengkraman yang menekan di pergelangan tangannya. "You look beautiful now in my eyes, so don't cover anything up." Grace berucap tepat di wajah Cici. Sudut bibir kirinya terangkat, sedang Cici memasang ekspresi kesal akan kelakuan lelaki itu.

"Grace-nngh," maksud ingin membalas perkataan Grace, suara erangan tertahanlah yang keluar dari mulutnya saat Grace mulai mengulum bibirnya kembali, lidah Grace kembali mengoyak isi rongga mulut Cici. Nampaknya Grace tahu pikiran Cici.

Tangan Cici mengikuti pergerakan tangan Grace yaang mulai menjalar ke paha, saat tangan itu sampai ke selangkangannya sekeras mungkin Cici menahan tetapi satu tarikan dari Grace, underwearnya lolos saat itu juga.

Grace melepas ciumannya dan kembali bangkit, dengan tatapan nafsu yang ia layangkan pada Cici. "Kamu tahu Cisandra I don't need 3 months, I just made you under me like this." Grace mengulum jari telunjuk dan tengahnya bersamaan, sengaja menyisakan air liur saat mengeluarkannya. Smirk aneh muncul di wajah tampannya.

Masih belum puas mengambil udara kini nafas Cici kembali tercekat, tubuhnya melengkung sempurna diikuti erangan tertahan dengan jari-jemari yang mencengkram kuat spray ketika kedua jari Grace tadi masuk di daerah sensitivnya. Mengigit bibir agar desahan tak lolos begitu saja dari mulutnya.

Dengan senyum puas Grace menunduk menipiskan jarak tubuhnya dengan Cici, lalu melanjutkan ucapannya, "and i will make you say, you love me." Dengan nada sensualnya.

Membenci lelaki: 0%

.

Huft tahan napas.

Jangan lupa vote. Xixi. Kalau gk ya paling besok malam lah ya wkwk.

VOTE DAN KOMEN YAA

See you on next chap~
.

Baby with meWhere stories live. Discover now