Mother and House

1.1K 79 0
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀

.

Hayo itu bintangnya diteken ya sayang~

Terus di komen. 😚

Selamat membaca. Semoga aja gak ada typo. Kalau ada, ya maapkan hehe.

.

Dengan perasaan yang agak melegakan Cici Memarkirkan mobilnya di pelataran parkiran RSGM. Terduduk sembari memikirkan perkataan Yayah. Tak lama perutnya pun berbunyi tanda ia lapar. Menunduk menatap perutnya, cengiran khasnya pun muncul. Ia sangat tahu siapa yang sebenarnya lapar.

Mengelus perut bawahnya, sembari terkekeh, "aku tau kamu yang lapar. sepertinya ayam goreng sama nasi enak kalau malam." Membayangkannya saja, dapat meneteskan air liur.

Tangan bebas lainnya pun terulur mengambil benda sejuta umat itu di dashboard mobil lalu memeriksa Hp nya sebentar, membuka aplikasi grab lalu memesan makanan yang ia suka. KFC dengan paket combo.

lepas itu ia pun keluar dari mobilnya lalu berjalan pelan dan melangkah masuk ke lobby rumah sakit yang mana manusia-manusia berlalu-lalang telah berkurang, tersisa para anak koas, perawat, dan beberapa dokter gigi yang masih berkeliaran mengurus sesuatu.

Ia pun melangkah cepat, tidak sabar untuk membaringkan tubuh di kliniknya. Sekali-kali ia tersenyum dengan para dokter dan anak koas yang menyapanya sambil melangkah tergesa-gesa mendahului para perawat.

Sesampainya di depan pintu klinik, ia pun terburu-buru masuk kedalam, melempar tubuhnya yang lelah di sofa kesayangannya.

Mendesah lelah sambil memejamkan mata dan menselonjorkan kaki, ia berucap, "Aaah leganya.." seraya mengangkat kedua tangannya keatas, barulah rasa nikmatnya terasa.

Lima belas menit mendiamkan tubuhnya, tak lama ia merasa gerah. Dengan rasa malas ia pun bangkit, mendudukkan tubuhnya lalu menatap malas pintu Wc.

Menghela napas pelan, "aku malas mandiiii," lalu merubah posisi duduknya, menyandarkan punggungnya di sanderan kursi. Tersentak ketika menyikut sesuatu, reflek ia menoleh dan matanya terpaku pada tas yang berisi majalah bisnis yang ia baca tempo hari. 

Menatap lama majalah dengan cover wajah Grace yang tersenyum, beda sekali dengan sejuta akal mesum di pikiran lelaki itu. Cici kembali menghela napas. Apa yang sedang di lakukan Grace hari ini yah? Hingga perkataan Yayah terngiang di pikirannya.

"Haaah harus menentukan pilihan ya?" Gumamnya sambil kepala menengadah ke atas, menatap kosong plafon putih kliniknya.

Sedetik kemudian wajah Grace melayang di pikirannya diikuti dengan wajah Ghalil yang saling bertabrakan satu sama lain.

Memejamkan matanya, berusaha menetralkan emosinya. Merasa percuma. Ia pun membuka mata, "aku perlu mandi!" Pekik Cici sembari bangkit dari zona nyaman-nya dan bergegas melangkah menuju kamar mandi.

Seusai mandi, dengan tubuh yang dibalut baju mandi serta rambut yang basah ia pun menghampiri koper warna kuning berisi tumpukan baju miliknya, di dekat lemari yang berjejer buku.

Menjongkokkan dirinya sambil memilah pakaian yang ingin dipakai. Satu-persatu pakaian pun ia dapatkan, kini keningnya mengkerut ketika tidak mendapat satupun underwear di kopernya. Mencari lagi, dan nihil tidak ada satupun. Sial kenapa ia selalu bermasalah dengan underwear nya akhir-akhir ini?

Masih mencari, "underwear aku dimana sih!?" Kesalnya.

Akhirnya ia bangkit dan menyerah. Melirik baju-baju yang ia pilih, sambil berpikir Underwearnya yang lain sepertinya masih basah. Menunduk melihat keadaan tubuhnya yang masih polos. Yah mau tak mau ia pergi kerumahnya malam ini daripada membeli lagi, underwearnya sangat banyak di kamar.

Baby with meWhere stories live. Discover now