Dinner

1.2K 91 2
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀

Jadi sebenernya malas nulis, karena 2 hari berturut-turut up 2 chap sekaligus wkwk. Tapi gpp deh ya. Dan makasihhh juga yang udah vote. Xoxo 💋 💋 💋

.
.

Seminggu setelah pesan berantai dari Grace, yang tak pernah ia balas sampai sekarang, karena pesan itu sangat menjengkelkan untuk-nya. Lihat sekarang dampaknya, hingga sekarang dikepala-nya malah tak berhenti berkelebatan foto perut Grace yang ekhem bisa dibilang Cici jadi pengen. Oke dia gak mau munafik kali ini, tetapi saat itu ia jadi pengen betulan melakukan-nya dengan Grace, sampai ia tidak menutup matanya dan sulit tertidur. Gila bukan?

Untuk apa coba dia kirim foto laknat yang enak dipandang itu.

Cici menghela napas pelan, berusaha untuk menjauhkan pikiran mesum-nya.

Untung saja Grace seminggu ini tak muncul di hadapan-nya membuat ia selalu bernapas lega setiap hari. Tetapi ada juga rasa tidak mengenakkan di dalam hati-nya kala kehadiran lelaki itu tidak ada, ia tidak mau menyebutkan-nya.

Memejamkan mata-nya sejenak, berusaha membuang jauh-jauh perasaan tidak enak itu.

"Ci?"

Cici tersentak ketika ada suara lembut yang memanggil-nya. Ia pun membuka mata-nya dan raut wajah khawatir Ghalil merasuk ke penglihatan-nya.

"Kamu tidak apa-apa?"

"Ah iya, tidak-apa." Tersenyum manis, lalu meminum air putih yang berada di hadapan-nya.

Cici hampir lupa kalau, ternyata ia sedang memenuhi janji Ghalil untuk makan malam kali ini. Kepala-nya mengelilingi restoran yang ia tempati bersama Ghalil. Ia tak sempat memperhatikan tempat ini, karena sibuk berkelana dengan pikiran-nya.

Tetapi dilihat-lihat restoran-nya terlalu wah banget, terang dipenuhi dengan lampu yang menggatung secara berkilauan. Ukiran-ukiran dinding-nya sangat artistik.

Persis seperti restoran bintang lima pada umumnya, tapi yang berbeda adalah banyak-nya lukisan tangan yang menggantung di dinding.

Cici menatap kagum semua lukisan tersebut, yang sangat yakin kalau lukisan itu berasal dari pelukis terkenal dari berbagai negara, yang harga-nya pasti sangat mehong.

"Waw, restorannya bagus juga Lil," puji Cici, yang kini menatap Ghalil sedang tersenyum manis.

"Bagus lah kalau kamu suka Ci, awal-nya saya kira kamu gak suka. Dan kamu coba deh makanan disini sangat enak." Saran Ghalil tak lepas dari senyum lebarnya.

Cici pun otomatis menunduk, mata-nya bergerak mengelilingi makan yang berjejer rapi di hadapan-nya.

Menganga hingga air liur-nya hampir menetes. Cantik. Makanan-nya sangat cantik semua.

Mengulum bibir-nya, tak sabar ingin mencoba makanan yang ada di hadapan-nya.

Tertawa pelan melihat mata Cici yang berbinar-binar melihat jejeran makanan, "laper banget ya Ci? Kalau gitu silahkan dimakan." Ghalil kemudian tersenyum manis.

"Serius? Aku makan semua?" Tanya Cici dengan mata yang penuh harap.

Ghalil kemudian mengangguk tanpa melepas senyum manis-nya.

Senyum lebar Cici menghias di wajah-nya, dengan kecepatan seribu tangan, ia pun mengambil makanan yang tersaji didepan lalu meletakkan di piring-nya.

Ia pun mulai melahap daging yang terasa menggugah seleranya dan dengan kecepatan kilat ia pun melahap-nya dan sangat empuk, rasanya ia ingin menangis aja. Ia baru mencoba daging se-enak ini.

Baby with meWhere stories live. Discover now