Get Caught

1.1K 88 3
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀

Jadi monmaap yaa lambat, gara-gara mendadak temen bilang 'woy pergi vaksin di GOR' aku yang lagi ngetik nulis cerita langsung terhenti sedetik itu juga, gak mandi, gak makan, gak minum, langsung cus ke GOR wkwkw.

Yaa maapkan sekali lagi...

Sekali lagi aku ingatin, jan lupa fallow penulisnya.

Janlupa VOTE sayang~

Janlupa KOMEN.

Oke met membaca, dan terima kasih banyak buat vote kalian. Makasih banyakkk.

Mon maap kalau ada typo yaaa~

Xoxo💋
.

Sedikit demi sedikit Cici membuka tirai matanya, seperkian detik Cahaya putih pun tiba-tiba menembus retina, membuat dia spontan mengedipkan mata berkali-kali.

Ketika matanya telah terbuka sempurna, ia pun tersadar dengan keadaannya, sembari mengingat-ngingat ingatan yang tersisa sebelum ia pingsan. Sepertinya ia tadi melihat wajah Grace sebelum pingsan, mungkinkah ia bermimpi? Acuh tak acuh, ia pun, perlahan-lahan bangkit.

Ia menegakkan punggungnya, sedikit terkejut, karena rasa sakit di kepala sudah tak terasa lagi, tubuhnya tidak lagi selemas tadi. Ia kini merasa bugar. Sepertinya ia memang butuh istirahat yang banyak. Apalagi seharian ini ia banyak jalan. Bayangkan aja keliling perusahaan untuk melihat 30 gedung, itu bukanlah hal yang mudah.

Cici menunduk, lalu bernapas lega, saat janin dalam kandungannya masih baik-baik saja. Tidak ada bercak merah kemrahan di pahanya. Tadi ia sangatlah khawatir.

Kemudian ia meregangkan tubuhnya, sembari kepalanya berkeliling mengitari ruangan berputih yang ia tempati, tanpa ditanya ia pun tahu kalau ia sedang di rumah sakit.

Cici bertanya-tanya, sudah berapa lama ia tertidur? Dan siapa yang membawanya ke rumah sakit?Tubuhnya lebih enakan sekarang. Ketika sesuatu dalam perutnya bergejolak, Cici pun memegang perutnya. Sepertinya ia merasa lapar sekarang.

Menoleh kesamping, sudut bibirnya langsung terangkat saat mendapatkan sesuatu yang ia inginkan sedari tadi. Mengesampingkan pertanyaan siapa yang membawanya ke sini, tanpa babibu ia pun mengambil buah-buahan itu lalu melahapnya.

Bodo amat perutnya lebih penting dibanding orang yang membawanya kesini. Dengan hati gembira, ia pun menyesap buah-buahan itu, hingga sudut matanya menyipit tanda ia menikmatinya.

Aktifitas lahap melahapnya berhenti ketik mendengar suara heboh dari luar kamarnya. Sekali lagi ia perhatikan kamar yang ia. Bukannya ini kamar VVIP!? Sial ia tak sadar, berarti yang diluar adalah...

Secepat kilat Cici menoleh bersamaan dengan pintu yang terbuka lebar. Pupil matanya melebar ketika, Grace lah yang berada di kusen pintu geser itu.

Cici melihat ekspresi khawatir Grace berubah menjadi ekspresi lega. Alisnya bertaut, bingung. Apakah Grace se-khawatir itu padanya? Sepertinya keadaannya tidak terlalu parah.

"Grace?" Panggil Cici pelan.

Grace menghiraukan panggilan Cici, dan malah berlari mendekap erat perempuan yang dikhawatirkannya sejak tadi, dan pelukan itu membuat hati Cici berdesir hangat Sesaat.

"Syukurlah kamu baik-baik saja Ci." Grace melepaskan pelukannya, "Saat baru sampai di perusahaan, saya lihat kamu dan saya sangat kaget, melihat kamu hampir digendong sama Ghalil." Jelas Grace.

Itu sudah jelas kan kalau Grace tidak suka Ghalil berada di dekatnya. Tetapi tidak apa-apa juga kalau Ghalil yang menggendongnya, kenapa jadi Grace yang khawatir?

Baby with meWhere stories live. Discover now