Yours?

1.6K 101 2
                                    

Vote dan Komen 😐

Aku paling ngehargain sama yang ngevote dan komen di cerita aku. Terima kasih banyak yaa. Sekali lagi terima kasih karena udah semangatin aku lewat vote dan komen kalian.

Salam kiss and hug dari pengagum rahasia Squidward. 🐙

Suara decitan kursi berbunyi secara bersamaan, orang-orang pun keluar dari ruangan segiempat tersebut, manandakan rapat telah selesai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Suara decitan kursi berbunyi secara bersamaan, orang-orang pun keluar dari ruangan segiempat tersebut, manandakan rapat telah selesai. Tersisa Ghalil dan Cici di ruangan itu.

Grace? Lelaki itu hanya numpang duduk dan melihat jalannya rapat, kemudian keluar berbincang dengan direktur rumah sakit entah membicarakan apa.

Rapatnya berlangsung dengan lancar, tetapi tidak menurut Cici. Bagaimana tidak, Grace menatapnya seakan-akan ingin menelanjanginya saat itu juga, membuat Cici tak kunjung berhenti bergerak gelisah ditempat ia duduk.

Setelah insiden ia kepergok menikmati kehangatan tangan Ghalil, lelaki itu, Grace malah bersikap aneh semenjak rapat dimulai hingga berakhir. Seperti tatapan aneh yang ditujukan pada Cici, membuat suatu debaran aneh di dadanya. Apakah ia sakit? Mengapa debaran itu semakin menjadi-jadi sekarang.

Mendengar dari ucapan Ghalil bahwa Grace adalah pemilik rumah sakit. Hal itu menambah daftar keterkejutan Cici.
Dapat Cici pastikan kalau Grace itu bos dari Ghalil. Lihat saja seberapa patuhnya Ghalil pada Grace. Rasanya ia ingin mencakar wajah Grace yang tampan-cantik-cantik itu.

Memikirkannya saja membuat kepalanya sakit. Ia memijit pelipisnya berharap rasa pening di kepalanya berkurang.

"Kamu tidak apa-apa?" Tanya Ghalil khawatir yang dijawab oleh gelengan kepala pelan perempuan itu.

"Serius? Kamu tidak apa-apa?" Tanyanya memastikan.

"Ah iya tidak apa-apa kok Lil," senyum manis tersungging diwajah Cici berharap rasa khawatir Ghalil hilang.

Dengan cepat ia memperbaiki barangnya yang tersebar kemana-mana diatas meja. Hingga sebuah tangan lain ikut mengambil barangnya juga.

"Saya bantu yaa, saya gak tega lihat keadaan kamu seperti ini." Ucap Ghalil manatap wajah Cici, lalu beralih mengambil barang yang ada di sudut meja.

Cici sebenarnya ingin menolak, tapi bagaimana pun ini adalah Ghalil, yang membantunya dengan tulus bukannya caper. Mau tak mau ia hanya mengiyakannya.

Setelah barangnya rapi ia bangkit dari duduknya, menarik tangannya kebelakang untuk menekan-nekan punggungnya yang terasa pegal. Berharap rasa sakitnya berkurang. Sungguh punggungnya terasa sakit akhir-akhir ini.

Tangannya bergerak ke pinggul memijit-mijit pelan. Apalagi pinggulnya, terasa linu. Ia memejamkan mata ketika pijitannya terasa nikmat.

Kemudian tangannya beralih ke belakang lehernya, memutar lehernya dari kiri kekanan. Hingga manik matanya bertemu dengan Ghalil, yang sedaritadi memperhatikan peregangan yang dilakukan Cici. Ghalil yang merasa ketahuan, langsung memalingkan wajahnya kesamping sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Mata Cici membola hampir lupa keberadaan Ghalil. Tetapi melihat Ghalil yang salah tingkah seperti ini, lucu juga.

Cici tertawa pelan. "Kenapa masih disini Lil?"

"Nungguin kamu, turun kebawah Ci. Saya takut kamu kenapa-kenapa, jadi biarkan saya menuntun kamu hingga sampai di klinik kamu."

Hati Cici tersentuh mendengar ucapan Ghalil yang sangat perhatian padanya. Bukan hanya itu, disetiap perkataannya juga sangat tulus.

Cici sadar kamu benci laki-laki oke. Ia pun mencubit kecil lengannya sendiri, untuk kembali ke alam sadarnya.

"Tapi, gpp nih Lil, aku takut jadi beban buat kamu." Tanya Cici.

"Tidak apa-apa kok," senyumnya terbit kemudian dan mengambil barang Cici yang sudah rapi dimejanya.

Baru saja Cici ingin melenggang pergi, langkahnya terhenti oleh seseorang yang berdiri tegap dihadapannya, sukses membuat Cici kaget hingga menjatuhkan beberapa barang yang dipegangnya, sontak Ghalil yang berada disampingnya memungut barang yang dijatuhkan Cici.

"Ah makasih ya Lil," ucap Cici sembari mengambil barangnya, telapak tangannya tak sengaja tersentuh di tangan Ghalil.

Grace yang melihatnya menggeram, "Kamu ngapain sama pacar saya Ghalil?"

Ucapan itu menggaung di telinga Cici, ia hampir lupa dengan kata itu.

"Saya hanya membantunya sir." Ucap pelan Ghalil.

Cici memejamkan matanya perlahan, ia merasa pusing mendengar ucapan Grace. Hingga ia tersentak, lengannya ternyata sudah di tarik oleh Grace di dada bidangnya.

"Kamu harus tau, saya paling tidak suka bila, milik aku disentuh sama orang lain."

Sejak kapan Cici menjadi miliki orang ini? Ah dia lelah, dia ingin tidur, dia tidak ingin berurusan sama laki-laki lagi, dan dia pusing sangat, sakit kepalanya semakin berdenyut-denyut.

Tak terasa Cici pun pasrah ditarik oleh Grace keluar dari ruangan tersebut.

Jantungnya semakin berdebar kala Grace yang tadinya menggenggam lengannya kini beralih menggenggam tangannya.

Yang ia rasakan saat ini 'hangat' tangan lelaki ini hangat, hingga kehangatan itu menjalar ke seluruh tubuhnya.

Membenci lelaki: 68%

Membenci lelaki: 68%

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

VOMENT-nya Zeyenk.

Maaf berantakan, authornya lagi maksa buat nulis wkwk.

Baby with meWhere stories live. Discover now