Again!?

1.6K 100 0
                                    

Vote dan Komen 😫

Aku paling ngehargain sama yang ngevote dan komen di cerita aku. Terima kasih banyak yaa. Sekali lagi terima kasih karena udah semangatin aku lewat vote dan komen kalian.

Salam kiss and hug dari pengagum rahasia Squidward. 🐙

Cici melangkahkan kaki di koridor rumah sakit, tak ayal suara ramai pasien menyapa telinganya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Cici melangkahkan kaki di koridor rumah sakit, tak ayal suara ramai pasien menyapa telinganya. sesekali ia disapa oleh anak koas yang melewatinya dan ia membalas sapaan itu dengan senyum.

Tak lama kemudian seorang perawat menghampirinya dengan wajah cemas.

"Dok ada 20 pasien yang datang hari ini, beberapa pasien yang membuat janji temu dan selebihnya pasien umum dok."

Mengangguk mengerti, "Hm banyak juga ya."

"Tapi dok, prof Jaja datang di klinik dok," Barulah Wajah perawat itu tampak cemas dibanding tadi.

"Hah? Tumben," santainya. "Itu yang membuat kamu cemas sampai segininya?" Tanya Cici.

"Bukan dok, soalnya..itu..wajah prof Jaja datang dengan raut wajah yang marah."

Sontak Cici kaget mendengar cerita perawat.

"Untung pas aku mau kabarin, anda sudah datang dok," tambah perawat.

Tidak heran kalau perawat tersebut cemas, karena melihat situasinya, bisa dibilang ini gawat.

"Kenapa Prof Jaja tidak menelfon?"
Bingung Cici.

"Itu saya tak tahu dok, soalnya Prof Jaja masuk dan langsung mencari anda dok."

Pernyataan dari perawat itu membuatnya bingung sekaligus gugup. Disatu sisi ia sedang memikirkan apa kesalahan yang ia perbuat. Di lain sisi dia sangat kompeten jika menyelesaikan tugasnya, jadi jarang sekali ia membuat kesalahan.

Lagi pula Prof Jaja sering mengapresiasi tugas maupun laporan yang ia berikan, jadi sekarang mengapa orang itu marah? Dan satu hal yang perlu dicatat bahwa Prof Jaja adalah orang tersabar yang ia kenal. Jadi mustahil ia marah, kemungkinan ada sesuatu yang penting atau hal mendesak lainnya. Makanya ia tak perlu khawatir.

"Kamu gak usah cemas, mungkin Prof Jaja ingin menyampaikan sesuatu yang mendesak," Cici memegang pundak perawat itu berusaha menenangkannya.

Setelahnya ia pun melewati perawat tersebut, dan melangkahkan kakinya dengan kecepatan seribu, menuju ruangan Prof Jaja.

Sesampainya ia dengan cepat membuka pintu ruangan Prof Jaja dan tampaklah siluet pria berumur yang sedang memangku dagunya tengah memikirkan sesuatu.

"Selamat siang Prof," sopan Cici setelah melangkah masuk.

"Dokter Cisandra, anda darimana aja?" Tanyanya sambil memberi tanda Cici untuk duduk.

Mendapat signal, Cici mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Prof Jaja. "Lagi ada urusan tadi pagi Prof."

Cici sempat melihat Prof Jaja menghela napas keras, "sebelumnya saya minta maaf tiba-tiba datang ke klinik kamu, saya mengira kalau kamu berada disitu, tapi sesampainya, kamu tidak ada di klinik Saya sempat marah awalnya karena kamu sebagai dokter harus bersiaga terus-menerus. Kita tak tau kapan seseorang sekarat didepan kita. Apalagi kita dibidang speasialis gigi anak."

Sadar akan hal itu, Cici berucap, "soal itu adalah kesalahan saya Prof, saya mohon maaf. Saya akan menjadi lebih baik kedepannya."

"Baik tidak masalah Dok Cisandra, tapi saya mohon jangan diulangi lagi."

Cici mengangguk patuh.

"Soal saya yang datang keklinik kamu, ada yang perlu saya sampaikan. Kamu tau kan 2 bulan kedepan departemen kita kebagian untuk mempersiapkan ulang tahun RSGM ini dan akan disponsori oleh direktur pemilik rumah sakit-,"

"Saya melihat riwayat kegiatan sosial kamu, ternyata kamu sering menjadi ketua dan koordinator acara. Jadi saya mengusulkan kamu ke kepala bagian untuk menjadi ketua dan koordinator acara. Apa kamu tidak keberatan?"

Mendengar pernyataan Prof Jaja, ia sebenarnya keberatan untuk menerima kegiatan yang diadakan kali ini, karena akhir-akhir ini ia sedang bergelut dengan permasalahan pribadi dan masalahnya emosinya juga kurang stabil. Apalagi menjabat sebagai posisi ketua dan koordinator Acara itu tidak gampang dan ia takut hal itu akan mempengaruhi kondisi janinnya nanti. Tapi Melihat wajah penuh harap Prof Jaja itu membuatnya tidak tega.

Dengan berat hati, ia pun berucap, "Saya tidak keberatan kok Prof."

Ia sungguh menyesali menerima permintaan Prof Jaja, hingga sekarang, ia berada diklinik mengurus beberapa pasien terus menerus, entah pasien keberapa yang baru keluar dari klinik nya ini. Badannya pegal dan punggungnya sakit karena ia mengerjakan pasien dalam keadaan berdiri dan hanya sebentar ia mendudukkan dirinya. Sakit kepala mulai menyerangnya dan mulai melangkah ke tempat duduk.

Ia mendudukkan badannya sambil memijit kepalanya sejenak, ingin menenangkan diri, sungguh ia lelah hari ini. Ia makin khawatir dengan kandungannya jika jadwalnya padat begini, mungkin ia perlu asisten untuk memudahkannya bekerja dan tambahan shift dirumah sakit mungkin ia akan meminta kepala bagian untuk menguranginya.

Ia menghela napas pelan, mencoba untuk mengurangi beban pikirannya. Merilekskan seluruh badannya, kemudian perawat masuk ke dalam klinik, membawa beberapa berkas data diri pasien.

"Tinggal berapa pasien?" Tanya Cici.

"Tinggal satu dok, pasien yang membuat janji temu."

Mendengar jawaban perawat tersebut membuat Cici menghela napas lega.

Perawat yang melihat Cici agak lelah, hari ini sungguh tak biasa. Karena Cici adalah seorang dokter yang cekatan dalam menangani anak-anak. Dan skillnya yang cepat membuat para dokter lain terkagum-kagum. Sehari saja bisa 20 lebih pasien anak-anak yang dikerjakan oleh Cici, dan perawat lain jarang sekali melihat dokter Cisandra lelah apalagi ini hanya 20 pasien saja.

"Mau saya buat teh dulu dok sebelum saya mempersilahkan pasiennya masuk? Sepertinya anda lelah."

Cici menggangguk lelah, "Minta tolong ya, dan persilahkan saja pasiennya masuk, gak enak nanti pasien menunggu lama."

Perawat mengangguk mengerti, "iya dok, permisi," lalu bergegas undur diri.

Tak lama kemudian pintu kliniknya terbuka, dan menampakkan sosok yang selama seharian ini mengusik kepalanya.

Lelaki itu tersenyum manis, sambil menggandeng seorang anak lelaki yang pernah ia rawat sebelumnya.

Ya Tuhan Allah, cobaan apalagi yang kau berikan padaku.

Membenci lelaki: 95%

Membenci lelaki: 95%

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

VOMENT-nya Zeyenk~

Baby with meWhere stories live. Discover now