Almost

1.1K 83 0
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀

Jangan lupa di follow author-nya supaya langsung dapet notif kalau cerita ini update, supaya gak ketinggalan. Gak di follow juga gpp.

Kalau lagi bosen, jangan lupa baca cerita aku yang lain yaa hehe, gak maksa kok.

Dan sekali lagi aku ingatin, jangan lupa vote dan komen sayangkuhh.

Semoga gak ada typo yaa.

.Selamat Membaca.

.

Leher Cici memiring dengan sempurna menatap rambut panjang yang tak asing di penglihatan-nya tengah bergerumul di leher-nya.

Merasa tangan Grace mulai merengkuh perutnya, Cici mulai was-was. Sebelum terlambat dan terlanjur menikmati, ia pun mulai mengeluarkan pertanyaan yang bersarang dikepala-nya sedari tadi.

"Grace? Apa yang kamu lakukan disi—Ahh," desahan-nya kembali lolos ketika Grace mulai menggigit kecil telinga-nya lalu mulai menjilat dan mengulum-nya.

Mata Cici mulai meredup, kembali menikmati perlakuan Grace. Ah rasa nikmat ini kembali lagi, entah ia sangat menyukai-nya. Jantung berdegup yang mulanya Cici merasa tidak nyaman, seiiring perlakukan Grace pada-nya juga tampak menerima-nya saja.

Sepertinya 'kata terlambat dan terlanjur menikmati' itu sudah berlangsung sekarang. Dan pertanyaan yang keluar dari mulut-nya mengenai kehadiran Grace disini sepertinya terbang entah kemana, ia hilang akal.

Cici menahan napas,ketika tangan bebas Grace, kini berjalan menyusuri dada-nya yang masih terbalutkan Pakaian, Cici terdongak dengan lenguhan tertahan, kala Grace meremas-nya lembut.

Sial! Remasan itu sangat nikmat. Ia tak bisa berhenti sekarang. Bodo amat mempertanyakan mengapa Grace berada disini sekarang. Sudah jelaskan ia ingin bercinta.

Tangan Cici terangkat menyusuri bagian belakang kepala Grace, yang masih bermain ditelinga-nya. Mencengkram-nya gemas. Lalu ia memiringkan kepala-nya bermaksud ingin meraih bibir Grace.

"Sepertinya kamu cukup menikmati-nya huh?" Grace berucap tepat di telinga Cici.

Hembusan napas berat Grace, sangat terasa di kulit telinga Cici. sebelum benar-benar menempelkan bibir-nya ke bibir Grace.

"Saya rasa tidak adil, ketika kamu tidak menjawab telpon saya semalam." Tambah Grace.

Dalam posisi membelakangi Grace, terhentinya aktifitas mereka. Tali kesadaran-nya kini tersambung kembali. Cici pun melotot kaget, menyadari apa yang tengah ia perbuat.

Tapi ada suatu yang aneh menjalar dihati-nya. Ia merasa digantung sekarang, ia ingin melanjutkan-nya lagi. Apakah lelaki ini mempermainkan-nya sekarang?

Apa dia bilang tadi? Tidak adil? Siapa coba yang tidak adil!

Merasa di PHP, Cici menatap tajam Grace, "bukan-nya kamu yang tidak adil? Aku merasa dipermain-kan loh disini. Kamu datang tiba-tiba, nyosor sana-sini. Emang-nya kita ada hub-,"

Suara ketukan pintu klinik membuat ucapan-nya terhenti. Sontak wajah mereka menatap pintu, heran siapa yang datang jam segini.

"Ini saya dok," suara perawat mengagetkan Cici, reflek melepaskan dirinya dari rengkuhan Grace.

Ia hampir lupa kalau ia berada di klinik, menatap lekat-lekat Grace dengan wajah mengkerut bingung. Terpaksa ia harus menyembunyikan laki-laki ini. Bisa gawat kalau ia ketahuan sedang berduaan dengan laki-laki di kliniknya apalagi di waktu luang-nya.

Hingga matanya menangkap WC yang berada di balik Grace.

"Grace kamu masuk dulu disitu ya!" Tunjuk Cici pada Wc yang berada dibelakang Grace.

Baby with meWhere stories live. Discover now