Little hope

817 69 10
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀

Selamat malam minggu dan selamat membaca 🤗.
.

Part sebelumnya di fight:

Saling terdiam menatapi satu sama lain, Cici akhirnya membuka mulut, "Grace?" Suaranya sedikit tercekat, shock akan kehadiran Grace, yang kenyataannya ia tahu betul bahwa lelaki itu sangat membenci jika Ghalil berada di dekatnya.
____________________
__________

Ghalil menatapi kedua manusia dihadapannya yang saling baradu pandang lama, dan saat itu juga ia tersadar, alasan mengapa Cici menolaknya. Tampak raut wajah Ghalil berubah sendu.

Tersenyum getir, Grace menambahkan, "Saya jadi sadar kenapa kamu menahan saya seperti ini." Grace tertawa pelan, sembari menatapi Cici dingin, "ternyata kamu mempermainkan saya ya?" Lafal Grace rendah.

Cici hanya terdiam ditempat, tak bergerak sama sekali dari tempat ia memijakan kaki. Pertanyaan Grace yang keluar sangat menusuknya sekarang, tetapi ia tahu kalau Grace dikuasai oleh gejolak amarah. Bukan waktu yang tepat untuk membalas ucapan Grace saat ini. Ia perlu berbicara berdua dengan lelaki itu, tanpa mengundang khalayak di rumah sakit.

Ia menoleh sebentar ke Ghalil yang ingin membuka suara, menyuruhnya diam lalu pamit untuk berbicara berdua dengan Grace.

"Grace kita perlu bicara berdua." Kata Cici sambil berlalu pada Ghalil, lalu mendekati Grace yang dikuasai emosi.

"Mau mengatakan apa lagi Cisandra, saya telah melihatnya dengan kedua bola mata saya, bahwa kamu—,"

Sebelum melanjutkan perkataannya Cici dengan cepat menarik lengan Lelaki itu. Grace tampak kesal pun menyesuaikan laju langkah Cici. Keluar dari lobby dan mereka berhenti di halaman rumah sakit yang luas.

Masih memegang lengan Grace, ia berbalik memandang lelaki itu. Sangat terlihat, jika lelaki itu tampak menahan amarah. Garis rahang yang menegang, tatapan dingin dan tajam ditujukan padanya, terakhir keterdiaman lelaki itu membuktikan kekecewaan yang sangat dalam. Ia sangat tahu itu.

Balik menatap Grace tenang, ia berucap, "Pertama aku gak balas pesan kamu karena Ponselku ketinggalan di klinik. Kedua aku gak bermaksud untuk nahan kamu, ada alasan tersendiri kenapa sampai sekarang aku gak menyatakan perasaan aku. Ketiga aku gak mempermainkan kamu Grace." Terdiam beberapa saat, "Sekarang apa lagi yang ada dipikiran kamu?" Tanyanya, mencoba membaca air muka dari Grace.

Grace dengan wajah datarnya sedikit berdecih, "tidak ada lagi." Segera berbalik, namun dengan gerakan cepat pula Cici menahan agar lelaki itu tidak pergi. "Graceee." Teriaknya pelan.

Terpaksa langkah Grace terhenti, berbalik menatapi Cici dengan dingin, "Kenapa? Bukannya kamu tidak ada maksud untuk nahan saya?" Detik itu juga Cici terskakmat oleh pertanyaan Grace.

"Sekarang apa lagi Cisandra?" Ulang Grace, merasa frustasi.

Memutar balikkan otak mencari alasan agar Grace tetap disini,  Cici akhirnya berucap, "aku udah bilang kan alasannya dan pembicaraan kita belum selesai."

Grace menghela napas, "pembicaraan kita udah selesai dan pemikiran saya masih sama. Kedua bola mata dan ingatan saya telah membuktikannya, hal itu sangatlah jelas." Ucap Grace, nadanya kian meninggi.

"Kamu salah, dengerin aku baik-baik makanya." Sanggah Cici segera, kalut akan penjelasan lelaki itu.

Grace mendengus kasar, "Salah apanya? Gak ada yang salah disini. Perlu saya ingatin lagi?" Grace maju perlahan seraya berkata, "Saat perempuan yang saya cintai tidak memercayai saya, mengaku punya hubungan khusus dengan bawahan saya, dan terakhir melihat dia bermesraan bersama pria yang sama." Langkah Grace terhenti, berjarak 10 cm dari tubuh Cici, "Apalagi yang lebih menyakitkan dibanding itu Cisandra?" Jelas Grace, nada membentaknya sangat jelas.

Cici bungkam, kedua matanya bergetar baru kali mendengar nada bentakan sekeras itu dari Grace. Yang ia lakukan hanya menatapi kedua bola mata Grace yang tampak menajam, seolah-olah ingin membelah dirinya.

"Aku tanya, apalagi Cisandra?" Tanya Grace nadanya memelan, lalu memalingkan wajah, tak sanggup menatapi Cici yang matanya bergetar. "Kamu yang menginginkan hubungan seperti ini. Saya sudah meminta kejelasan, kita sama-sama dewasa Cisandra. Setiap hubungan pastinya butuh kepastian, tetapi kamu masih saja plin-plan seperti ini." Jelas Grace, membuat Cici tertunduk merasa bersalah. Baru tahu jika semua perbuatan yang dilakukan selama ini, malah menyakiti hati lelaki itu.

"Kamu sudah tahu hubungan kita masih belum jelas. Ada jalan yang mudah di depan tetapi kamu memperumitnya lagi." Lanjut Grace, diikuti gelengan kepala pelan. Cici hanya terdiam mendengarkan, kali ini ia teramat sangat salah.

Berusaha menatap Cici yang kini menunduk, Grace tampak tak tega menyakiti perempuan itu, "Sampai saat ini saya masih menuruti keinginan, kamu karena menghargai kamu. Berpikir saya masih punya stock kesabaran, tetapi nyatanya tidak lagi." Berpikir beberapa detik, diikuti helaan napas pelan, "Kamu beri waktu untuk saling mengenal, aku terima. Kamu beri syarat konyol itu, aku setujui." Menghela napas kasar, "kamu mau saya bagaimana lagi Cisandra?" tanya Grace lagi, nada suaranya melembut.

Cici menarik kepalanya dengan bibir yang bergetar ia berucap, "Makanya aku nanya, apa lagi yang kamu pikirkan? Kalau kamu berpikir aku ada hubungan sama bawahan kamu. Itu gak bener! Karena Aku dan Ghalil cuma sebatas teman, gak lebih. Kamu pergi seperti tadi malah akan menambah kesalapahaman Grace." Keluh Cici, wajahnya kini mengkerut sedih.

Grace mundur perlahan-lahan. Tak sanggup memarahi Perempuan itu lagi. "Bagaimana saya mempercayai kalau kamu dan Ghalil hanya sebatas teman?" Tanya Grace.

"Kamu bisa tanyakan itu sama Ghalil." Jawab Cici  cepat.

"Bagaimana kalau kamu dan dia berkomplotan untuk berbohong bersama." Cici tercengang akan pernyataan Grace. "Aku udah bilang kan jangan main-main sama saya Cisandra." Tambah Grace.

Menggigit bibir bagian dalam, Cici berpikir tak ada pilihan lain selain membatalkan syarat konyolnya. Tak apa jika Grace bersikap mesum padanya setelah ini, melihat Grace pergi malah dirinya yang tak sanggup nanti. Dengan mantap Cici berucap, "Kalau begitu lakukan Grace, ucapan kamu yang tadi pagi." Grace tercengang, "apa?"

"Kalau itu membuktikan aku gak main-main sama kamu, aku akan menerima permintaan kamu. Aku batalkan syarat yang aku ajukan itu." lafal Cici rendah.

Grace menghela napas pelan, tetapi lima detik kemudian ia tersenyum miring, nafasnya memberat menatapi Cici, "saya senang mendengarnya."

Pandangan Grace berubah. Munculnya smirk di wajah, bersamaan langkah kaki yang kembali mendekati Cici, ia melanjutkan ucapannya, "dan detik ini, menit ini, jam ini. Akan kubuktikan seberapa marahnya saya sama kamu."

Tepat dihadapannya, Grace menelusuri wajah perempuan itu dan sebelum Grace menarik kepala Cici ia berkata, "setelah ini jangan menyesal atas apa yang kamu putuskan," bisiknya. Memiringkan kepala lalu membawa Cici ke ciumannya yang sangat dalam dan kasar, sarat akan nafsu yang ia pendam selama ini.

Membenci lelaki: 0%

_______________tbc

Sampai ketemu malam jumat depan wkwk.

Akhirnya bisa menghirup udara segar, enaknya gantungin kalian, bikin nagih tau 🤤. Apa begini ya, yang laki-laki rasakan saat ngegantungin gebetannya? 🤔

Hmm sepertinya begitu wkwk. Canda sayang~

Banyak yang Vote bakal aku up secepatnya xixi.

Vote dan Komen. Jangan lupa yaa 😣

Baby with meWhere stories live. Discover now