Lose

1.1K 81 7
                                    

Jangan lupa teken bintangnya 👀

.

Tadaaaaaaa.....
Oke aku up malam ini.
Dan makasih banyak bagi kalian yang udah Vote dan Komen cerita aku ini hehe.

Makasih banyak yaa...

Sekali lagi VOTE dan KOMEN gaiss supaya aku tambah semangat nulis nya heheh.

.

Beberapa hari berlalu, seperti biasa Cici berada di kliniknya tetapi tidak selelah kemarin, fisiknya yang kuat telah kembali lagi tapi mentalnya tidak layak untuk dikatakan kuat, lantaran helaan napas yang keluar dari mulutnya beberapa kali.

Saat itu dokter yang memeriksanya mengatakan kalau kandungannya baik-baik saja, dan dia telah diizinkan pulang besoknya. Setelah itu ia bekerja seperti hari-hari biasanya, tidak ada spesial. Cuman melayani dan memeriksa pasien, memeriksa kasus, menyelesaikan kasus, mengirim LPJ kasus, meeting dapartemen, dan rapat acara ulang tahun rumah sakit.

"Haahh," lagi-lagi helaan napas berat keluar dari mulutnya.

Tak henti-hentinya rasa penyesalan menggerayangi dirinya setelah perdebatan besarnya dengan Grace. Berulang kali ia merutuki dirinya sendiri, mengumpat, dan mengutuk dirinya karena lagi-lagi memikirkan lelaki itu.

Sebenarnya ia sangat pusing, otaknya serasa terbelah menjadi dua. Otak sebelah kiri mengumpat dan mengutuk dirinya yang masih memikirkan Grace dan otak sebelah kanannya merasa menyesali perkataan kasarnya pada Grace. Sedang tubuh dan hatinya mengatakan ia rindu sentuhan lelaki itu. Kembali lagi ke pikirannya bertabrakan satu sama lain, antara ingin menelpon lelaki itu dan tidak. pikiran yang lainnya mengatakan dia harus senang karena akhirnya Grace menjauh padanya. Pikiran lain pun merayap lagi, ia harus meminta maaf atau tidak.

Belibet banget kan? Ya seperti itulah perasaan Cici sekarang. Kalian pusing? Cici lebih-lebih pusing.

Cici menjatuhkan tubuhnya di meja kerja yang berisi tumpukan kertas lalu menghela napas lagi. Akhirnya ia menyerah, mending ia tak melakukan apa-apa. Jalani kehidupannya saja seperti biasa. Daripada ia gila sendiri disini, kan aneh seorang Cisandra yang membenci laki-laki malah memikirkannya.

Ia pun menarik keras rambutnya saat sadar kalau...

But i am fucking miss him

Cici pun bangkit dari duduknya. Tidak ada waktu berpikir, ia tak boleh munafik disini. Jika tidak, permasalahan yang melingkupi kepalanya tidak akan selesai-selesai saat ini. Ia menoleh menatap jendela kaca yang memantulkan tampakan dirinya.

Kesampingkan rasa bencimu pada laki-laki Cisandra. Kamu kesampingkan prinsip bodohmu itu. Kamu bukan lagi anak kecil, jangan pikirkan dirimu sendiri. Sebenarnya yang egois disini adalah kamu. Perkataan Yayah benar dan perkataan mamah kamu benar. Setiap perempuan pasti ingin diperjuangkan, dan setiap manusia dihidupkan untuk memiliki pasangan. Maaf ayah tapi aku ingin bahagia juga, aku gak bisa pertahanin prinsip ayah.

Cici pun mengepalkan tangannya dan mengangguk kecil tanda ia telah siap menerima perasaan yang muncul di dirinya. Dia bukanlah perempuan bodoh yang hanya memikirkan dan menangisi hal-hal yang jawabannya sudah didepan mata.

Ia melirik hpnya tergeletak di meja. Sepertinya menelpon bukanlah salah satu cara terbaik untuk mangatakan yang sebenarnya pada Grace.

Baby with meWhere stories live. Discover now