Love dulu buat part ini ♥️
****
Hari ini adalah hari pertama Zara mengikuti kegiatan Persit. Agenda pertama adalah perkenalan, dilanjutkan membahas beberapa agenda yang akan mereka lakukan seperti baksos, senam dan sebagainya.
Zara mengikuti apa yang Arga katakan kemarin untuk bicara seperlunya saja. Acara tersebut tidak menyeramkan seperti yang ada dibayangkannya bahkan ia mendapatkan beberapa kenalan. Setidaknya Zara diperlakukan dengan ramah. Itu cukup membuatnya nyaman berada di sini.
Namun, ketika acara selesai mertuanya Afiqah menelponnya memintanya untuk menemani ke acara arisan. Zara tidak bisa menolak. Ia langsung memesan taksi menemui Afiqah. Ia juga menyempatkan izin ke Arga agar pria itu tidak khawatir.
***
Zara kira acara arisan yang mertuanya maksud itu biasa. Tapi, banyak sekali ibu-ibu sosialita yang berada disini. Zara jadi minder. Apalagi setelah kejadian ayahnya tertangkap korupsi. Orang-orang jadi memandang rendah dirinya. Padahal ayahnya yang melakukan kesalahan, tapi ia juga ikut berdosa.
"Ma, aku mau ke toilet sebentar ya, Ma."
"Mau mama temenin."
"Nggak usah Ma, Zara bisa sendiri."
Di tengah Acara Zara izin sebentar ke kamar mandi untuk buang air kecil. Ketika ia masuk ke dalam kamar mandi. Ia mendengar suara wanita sedang menggosip, perkiraannya ada tiga orang. Zara yang hendak keluar diurungkan karena namanya lah yang menjadi bahan perbincangan mereka.
Kenapa perempuan suka sekali bergosip di kamar mandi? Keluh Zara sambil mempertajam Indra pendengarannya karena namanya ikut disebut.
"Jadi perempuan yang duduk di sebelah Jeng Afiqah tadi itu istrinya Arga pewaris utama Anggara group, namanya Zara kalau nggak salah. Orangnya nggak cantik-cantik amat tapi kok jeng Afiqah mau ya anaknya dinikahin sama dia."
"Apa Jeng Afiqah nggak malu besanan sama Putri koruptor?"
"Nggak habis pikir sama keluarga konglomerat kayak mereka, kok bisa milih istri nggak lihat bobot bibit sama bebetnya."
"Bener jeng biasanya nih jeng buah itu nggak jauh dari pohonnya. Gimana kalau nanti Zara ngajarin Arga korupsi?"
"Wah bener kamu, saya kok jadi ngeri. Kasian Arga nikah sama dia. Terus anaknya mereka nanti pasti ngikutin jejak bobroknya Zara? nggak bisa bayangin saya."
"Mending anak saya kemana-mana. Lulusan dokter, cantik, trus dari keluarga yang baik-baik nggak kayak si Zara yang hobi bikin sensasi. Andai Arga nikah sama sama anak saya pasti karir Arga lebih melejit."
"Kalian Masih ingatkan video nyerang Arga. Ckckck keliatan sekali nggak punya unggah-ungguh."
"Pantes aja ayahnya nikah sama cewek yang usianya nggak jauh dari anaknya. Pasti pria hidung belang suka daun muda. Kayaknya uang negara di pake buat hidupin istri mudanya."
"Kalau ayahnya aja udah nggak bener gitu gimana anaknya. Saya curiga jangan-jangan Zara pake pelet buat dapetin Mayor Arga."
"Bener juga jeng. Coba deh kalau dilihat keluarganya Arga islami ibu sama adiknya pake hijab. Nggak pantes banget kalau di bandingin sama Zara yang bar-bar."
Zara mengigit bibirnya menahan suara tangis. Biasanya ia tidak begitu peduli jika ada orang yang membicarakannya. Akhir-akhir ini perasaannya labil dan sensitif membuatnya mudah sedih dan down jika mendengar perkataan buruk yang ditunjukkan untuknya.
Ternyata tidak semua orang bisa menyukainya, pasti ada segelintir orang yang membencinya. Airmata Zara mengalir tanpa ia bisa cegah. Ia sadar posisinya yang begitu buruk dibandingkan dengan Arga. Ia juga tidak suka jika ada yang menghina keluarganya.
Kenapa mereka begitu peduli membicarakan kehidupannya? Anaknya yang belum ada juga sudah menjadi bahan cibiran. Padahal disaat terluka ia menanggung beban ini sendirian, mereka tidak ada disampingnya.
Setelah suara-suara wanita itu menghilang, Zara keluar dari persembunyiannya lalu memutar kran di wastafel menghapus airmatanya. Wajahnya terlihat kuyu dan pucat di cermin. Tubuhnya terasa lemas.
Pembicaraan tadi mempengaruhi kondisi tubunya. Zara memutuskan untuk izin pulang karena tidak enak badan. Ia sudah tidak tahan lagi berada disini. Keinginanya cepat sampai rumah dan bisa menangis sepuasnya.
Zara menarik napas, ia nampak linglung untunglah mertuanya memahami kondisinya yang tidak sehat begitu kembali duduk di sebelahnya.
"Kamu sakit, Sayang?" tanya Afiqah khawatir.
"Cuma pusing aja, Ma. Agak mual juga." Afiqah terdiam kemudian ia tersenyum penuh arti. Bukankah itu artinya Arga junior akan muncul.
"Kita pulang aja. Mama nggak mau kamu sakit."
"Tapi, acaranya belum selesai, Ma."
"Nggak apa-apa. Kamu lebih penting."
"Mama disini aja, biar Zara pulang sendiri. Nggak enak sama ibu-ibu yang lain."
"Tapi, Mama takut terjadi apa-apa sama kamu."
"Zara nggak apa-apa, Ma. Mama disini aja." Zara tidak ingin nama Afiqah jelek hanya karenanya. Lagipula ia butuh sendiri. Ia tidak ingin mertuanya tahu, jika ia sedih karena pandangan buruk orang-orang.
"Mama pesenin taksi, ya buat kamu."
"Makasih ya, Ma."
"Sama-sama, Sayang."
"Jaga kesehatan jangan lupa periksa ke rumah sakit mukamu pucet banget. Kasih kabar juga anak mama juga biar nggak khawatir."
"Iya Ma. Assalamualaikum. Aku pulang dulu." Afiqah mengangguk mengiyakan ajakan Zara. Lalu melambaikan tangan membantu menantunya masuk ke taksi.
"Waalaikumsalam. Jaga baik-baik Arga junior, ya." Ucapan Afiqah membuat Zara bingung. Namun Zara tidak ambil pusing. Memang sejak kapan Arga jadi junior? Ia malah membayangkan junior milik Arga. Astaga otaknya jadi kotor.
Zara masuk ke dalam taksi. Disaat mobil melaju keluar dari gedung. Zara tak dapat lagi menahan airmatanya. Tangis yang ia tahan sedari tadi pecah, supir taksi di depannya juga hanya diam tidak berani menginterupsi tangis Zara.
Mata Zara berkaca-kaca berulang kali ia menghapus airmatanya yang membasahi pipi namun tak kunjung berhenti. Percuma menghapus air mata, jika rasa sakitnya masih terasa.
Zara akui bahwa ia tidak bisa menerima fakta jika memiliki keluarga yang buruk. Berbeda dengan Arga yang berasal dari keluarga terhormat. Ia tak pantas untuk Arga. Hati Zara sakit membayangkan hal itu. Apakah cinta tak cukup menjadi alasan untuk bisa berdampingan dengan Arga? Ia sudah berusaha menjadi lebih baik.
Lagipula ia tidak pernah meminta di lahirkan dengan keluarga seperti ini. Zara juga ingin memiliki keluarga normal seperti orang-orang. Mereka hanya bisa bicara tapi tidak tahu rasa sakitnya. Zara kembali menangis mengingat masa kecilnya.
Dari kecil ia kehilangan ibu, ditinggal ayahnya yang sibuk bekerja. Ia tidak pernah sedikitpun merasakan kasih sayang dari kedua orangtuanya. Ia sendiri di rumah dengan mainan dan uang. Kebahagiaannya hanya sebatas materi.
Lalu disaat ia memiliki kebahagiaan bersama Arga, kenapa orang-orang mengatakan mereka tak pantas bersama? Apakah ia tidak boleh bahagia? Apa ia tidak bisa memiliki suami yang baik seperti Arga? Apakah wanita sepertinya harus menikah dengan pria yang buruk dan brengsek hanya karena ia terlahir di keluarga yang berantakan?
Zara sadar hukum masyarakat itu kejam. Perbuatan buruk ayahnya tidak akan pernah hilang, cap sebagai anak koruptor akan terus melekat padanya bahkan keturunannya. Zara membenci dirinya yang begitu sensitif, padahal Arga sudah pernah membahas untuk tidak perlu khawatir dengan masalah latar belakang keluarga. Namun sulit sekali untuk mengendalikan emosinya.
"Makasih pak." Zara memberikan uang lalu keluar dari mobil. Ia berlari masuk ke dalam rumah, mengunci dirinya di kamar. Zara menangis sesenggukan melampiaskan rasa sakitnya nyatanya ia tidak sekuat yang ia bayangkan.
"Hoek.."
Kemudian Zara berlari ke kamar mandi disaat merasakan mual. Ia berusaha mengeluarkan muntahannya, namun hanya air yang keluar. Penglihatan Zara kabur, kepalanya pening, ia tak memiliki cukup tenaga untuk berjalan, tanpa bisa dicegah tubuhnya ambruk tergeletak di lantai.
***
Ketika Arga hendak menjemput Zara, ia mendapat panggilan dari mamanya, beliau mengatakan bahwa Zara sakit dan pulang duluan dari acara. Membaca pesan tersebut Arga bergegas menuju rumah. Ia khawatir dengan keadaan Zara.
Selesai memarkir mobil di halaman, Arga lari masuk ke dalam rumah yang tak di kunci. Ia mencari di setiap sudut rumah namun tidak ada tanda-tanda kehidupan. Kemudian Arga menuju kamar memastikan jika istrinya ada di dalam. Pintu kamar tersebut terkunci membuatnya panik.
Dimana Zara?
Tidak mungkin istrinya keluar rumah dengan keadaan pintu rumah yang terbuka lebar. Apa jangan-jangan Zara mengurung dirinya di kamar?
"Zara buka ini aku suami kamu, apa yang terjadi katakan pada mas! Jangan seperti ini! Zara buka!" Arga mengetuk pintu itu berulang kali. Namun tidak ada jawaban dari sana. Hal itu membuat Arga tambah khawatir. Zara suka melakukan hal yang aneh-aneh, Arga takut sesuatu yang buruk terjadi pada istrinya di dalam.
"Zara jika kamu tidak membuka pintu aku akan mendobraknya. Zara aku hitung sampe tiga jika kamu tidak mau membuka saya akan dobrak." Ancam Arga.
"..." Hening tidak ada satupun perkataannya yang di balas Zara.
"1....2...3." Arga mendobrak pintu kamar dengan tidak sabar.
Begitu pintu terbuka, Zara tidak ada di kamar. Arga mengusap wajah kasar. Ia tidak menyerah untuk mencari Zara. Ia berlari memeriksa pintu kamar mandi.
Arga terkejut mendapati Zara terbaring tidak berdaya di lantai kamar mandi. Ia mengangkat tubuh Zara dengan panik lalu memindahkannya ke dalam mobil membawanya ke rumah sakit cepat. Melihat kondisi Zara yang begitu mengenaskan membuat Arga khawatir.
Apa yang terjadi pada istrinya?
Masih mengenakan seragam militernya Arga berteriak kesana kemari meminta pihak rumah sakit agar istrinya mendapat pertolongan pertama. Pakaian loreng yang melekat di tubuhnya menarik banyak perhatian orang-orang di sekitar. Arga kehilangan akal.
Kemudian seorang perawat datang membimbingnya membawa Zara ke unit gawat darurat untuk ditangani. Arge menghembuskan napas lega. Setidaknya Zara sudah ditangani.
Lebih dari dua puluh menit menunggu pemeriksaan Zara membuat Arga frustasi. Belum ada informasi satupun mengenai kondisi Zara. Arga mengacak rambutnya pasrah berharap istrinya tidak mengalami hal yang serius. Ia belum sanggup kehilangan Zara.
Suara langkah kaki mendekat membuat Arga bangkit. Ia menghampiri dokter tersebut.
"Keluarga Zara?"
"Iya saya suaminya dok."
"Selamat pak, anda akan jadi seorang ayah. Istri anda hamil, usia kandungnya dua minggu." Arga linglung, ia masih tidak percaya apa yang dikatakan dokter. Zara-nya tengah mengandung anaknya. Mata Arga berkaca-kaca.
"Istri saya tidak sakit dok?"
"Istri bapak hanya kelelahan karena kehamilannya. Namun kondisi tubuhnya lemah dan itu bahaya untuk kandungan. Jangan biarkan istri bapak banyak menanggung beban pikiran, karena itu juga bisa mempengaruhi janin." Arga mengangguk mendengar saran dokter.
"Terimakasih dokter." Kemudian Arga masuk melihat kondisi Zara. Ia menangis haru mencium perut Zara, ada kehidupan baru disana. Sebentar lagi keluarganya akan menjadi lengkap. Arga sangat bersyukur, tak lupa ia mengabari keluarganya tentang berita bahagia ini. Arga tidak sabar menunggu kelahiran anaknya.
***
Gimana part ini?
Ada yang mau request nama anak Arga 💜Zara. Isi dibawah 👇
Cewek
Cowok
Siapkan tisu untuk bab 45 ke atas.
Semoga suka ♥️
.tolong sebarkan kebucinan ini ke teman-teman kalian 😭😭
SPAM NEXT DISINI BIAR CEPET UPDATEEEE
Info spoiler Instagram @gullastory
Buat kalian yang baca cerita ini bisa tag aku di insta story' @wgulla_
FOLLOW INSTAGRAM KARAKTER CERITA AKU (Role Play)
@arganta.anggara | Arga
@zara.yrva |Zara
@diirawan05 | Dirga
@ilham.juangp_ | Ilham
@aiin.prmthaaa | Iin
INSTAGRAM AUTHOR
wgulla_
Info update Instagram @gullastory
Istri sahnya Lee min ho
Gulla