ARGANTA - Embracing The sun (...

By wgulla_

10.6M 969K 103K

FOLLOW DULU SEBELUM BACA, Privat!! Spin off Arsena Cover by @putri_graphic Jangan baca kalau nggak mau jadi S... More

Prolog
BAB 1
Bab 2
Bab 3
BAB 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Pre- Order Novel Arganta
EXTRA CHAPTER ARGANTA
Squel Arganta
Arganta Lanjutan

Bab 32

130K 16K 2.3K
By wgulla_

Jangan lupa follow, vote and Coment 💜💜

Love dulu buat part ini ♥️

Ada yang kangen aku?

****

Zara dan Arga saat ini berjalan menuju parkiran rumah sakit. Tadi dokter mengatakan jika Zara sudah boleh pulang, karena tidak ada luka yang serius. Tentu saja Zara senang mendengar itu, ia sudah tidak betah lagi berlama-lama di rumah sakit. Cukup satu malam ia berada disana, ayahnya juga tidak tahu masalah ini. Zara meminta Arga untuk tidak memberitahu Randu jika ia di rawat.

"Kapten ayo dong yang cepet jalannya." Zara berdecak sebal, entah kenapa perut bawahnya terasa sakit. Apa dia mau datang bulan? Tapi seharusnya masih seminggu lagi. Zara waspada, takut jika hal itu benar terjadi. Bagaimana kalau tembus? Tanpa sadar Zara mempercepat langkahnya.

"Pakai ini." Arga menyerahkan sebuah jaket hitam kepada Zara.

"Buat apa?" Zara menatap Arga bingung. Apa jangan-jangan pria ini tahu jika dia?

"Tutupi dengan ini. Tadi saya tidak sengaja melihat." Ucapan polos Arga membuat Zara sedikit kesal. Entahlah dia harus berterima kasih atau marah karena Arga diam-diam mengamati tubuh belakangnya. Sialan! Cuek-cuek matanya tajam juga. Dasar cowok!

"Nanti kita mampir ke minimarket, biar saya belikan pembalut." Lagi-lagi kata-kata Arga membuat Zara terpana, gerakannya yang sedang melingkari jaket itu terhenti sudah. Matanya menatap Arga tak percaya. Biasanya cowok manapun paling ogah disuruh beli pembalut, tapi ini malah menawarkan diri. Bahkan ayahnya mana mau. Sudah gila kah Arga karena ikut tercebur berdua bersamanya.

"Ada apa? Ayo!" Kemudian pria itu pergi mendahului Zara yang tercengang. Dasar Argagak untung aja ganteng, kalau enggak sudah dia cubit pipinya itu. Apa Arga terlalu polos? Hingga tidak menyadari perkataannya yang nampak membuat pipinya merona. Seharusnya Arga yang malu, ini malah dirinya. Gara-gara terkejut mendapati tawaran ingin dibelikan pembalut.

Zara menghela napas kemudian mengikuti langkah Arga yang masuk ke dalam mobil. Ia benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran pria itu. Zara sadari ia tidak begitu mengenal Arga.

Arga melajukan mobilnya keluar dari rumah sakit. Selang sepuluh menit mereka tiba di sebuah minimarket. "Mau yang pake sayap atau tidak?" Ucap Arga tiba-tiba. Zara melotot mendengar itu. Astaga! Ternyata ucapan Arga di rumah sakit tadi tidak main-main. Pria ini berniat membelikan pembalut untuknya.

"Kamu kenapa melihat saya dengan tatapan seperti itu?"

"Kapten nggak malu beli itu?" Zara mengganti kata pembalut dengan itu. Karena dia malu.

"Kenapa harus malu? Dulu waktu saya masih SMP, mama saya sering minta tolong." Pantas saja Arga begitu tahu, jadi dari kecil sudah disuruh beli begituan. Ia jadi membayangkan anak laki-laki berseragam putih biru beli pembalut.

"Zara, bagaimana? Saya takut jika kamu yang beli nanti nodanya dilihat orang-orang kamu pasti malu, lebih baik saya saja yang malu." Pria ini begitu menggemaskan dan polos saat mengatakan hal itu. Kemudian Zara mengangguk dan menyebutkan merek pembalut yang sering di belinya.

Dari balik kaca mobil, Zara melihat punggung tegap Arga yang berbalut seragam loreng itu masuk ke dalam mini market. Ia jadi penasaran bagaimana reaksi pegawai disana, melihat seorang tentara seperti Arga beli pembalut. Pasti mereka akan tertawa atau kagum? Karena ada pria yang rela menahan malu untuk orang yang dicintainya.

Selang beberapa menit keluar orang yang ia tunggu. Pipi Zara merona melihat kantong plastik yang digenggamnya. Wajah Arga masih tetap datar seolah-olah melakukan hal itu adalah hal yang biasa. Namanya juga manusia batu, pasti nggak punya ekspresi.

"Makasih." Ucap Zara ketika Arga mengulurkan kantong plastik itu.

"Tadi saya lihat ada masjid, kita kesana sebentar biar kamu nyaman gantinya." Hanya butuh waktu beberapa menit mereka tiba di masjid. Zara keluar menuju kamar mandi wanita untuk memakai pembalut, untung saja Tiara kemarin membawakan baju ganti ke rumah sakit. Jadi ia bisa mengenakan pakaian yang baru, hanya saja jaket Arga terdapat noda merah bekasnya. Andai saja pria itu bukan Arga, mana ada pria yang mau menawarkan jaketnya untuk menutupinya.

Zara kembali ke mobil. Namun ia tidak menemukan pria itu. Dimana Arga? Bukannya tadi menunggu di dalam mobilnya. Letak kamar mandi dan masjid juga terpisah, sehingga ia tidak tau kemana Arga pergi. Apa Arga sholat di dalam?

"Buat kamu." Zara tersentak mendengar suara Arga di belakangnya. Pria itu membawakan cup berisi teh hangat untuknya. Zara menyesap minuman itu, tubuhnya terasa lebih baik.

"Biar perut kamu enakkan." Zara dengan ragu menerima itu, lalu mereka masuk ke dalam mobil. Kening Zara mengerut melihat air putih di kantong plastik padahal Arga membeli air botol mineral, untuk apa Arga membeli itu? Aneh bukan. Apa mungkin Arga sedang mengirit jadi kalau air di botol habis tinggal isi lagi.

Ketika ia bermaksud menanyakan kepada Arga, ia urungkan karena Arga sedang menenggak minumannya. Benar seperti dugaannya Arga mengisi botol kosong itu dengan air di plastik.

"Taruh di atas perut kamu, lalu gosokkan."

"Maksud Kapten?" Zara menatap Arga bingung. Tangannya terasa hangat memegang botol pemberian Arga.

"Buat mengalihkan rasa nyeri di perut kamu." Sekarang Zara mengerti maksud Arga. Ia tidak menyangka, jika pria itu begitu perhatian dan tahu rasa sakitnya. Coba jika bersama pria lain, pasti mereka hanya akan diam dan tak peduli. Jika Arga jadi suaminya pasti pria itu akan begitu perhatian, Zara beruntung.

"Makasih." Arga hanya tersenyum membalas itu.

"Kamu sudah menghubungi Rizal?" Tanya Arga ketika mobil sudah melaju di jalan raya.

"Belum." Zara belum sempat menghubungi Rizal kembali. Ia ingin mempersiapkan diri terlebih dahulu. Ia benar-benar belum siap untuk tahu fakta sebenarnya. Ia takut jika ayahnya benar-benar seorang koruptor. Selama ini ia selalu hidup mewah dan menghamburkan banyak uang. Ia tidak bisa membayangkan jika uang itu adalah uang rakyat. Betapa kotornya dia selama ini menikmati uang haram.

"Kalau Rizal mengajak bertemu. Jangan datang sendirian, hubungi saya." Ujar Arga khawatir, ia curiga dengan Rizal akan berbuat nekat kepada Zara. Bisa saja Rizal membawa kabur Zara. Karena menurut Arga, pria itu terobsesi dengan Zara. Selain itu Arga punya satu misi untuk menjebak Rizal, ia akan membongkar semua kebusukan pria itu bagaimanapun caranya.

"Siap Kapten!" Ujar Zara sambil hormat.

Rasa nyeri di perut Zara sedikit reda, karena air hangat yang Arga berikan. Kemudian ia mengecek ponsel, ada sebuah pesan masuk dari Iin yang mengajak jalan-jalan ke Jogja nanti sore. Zara ingin ikut, tapi tidak untuk hari ini.

"Kapten udah pernah ke Jogja belum?" Tanya Zara, biasanya ia dan teman-temannya sering sekali main ke Malioboro hanya untuk sekedar jalan-jalan tapi setelah KKN ia sama sekali belum kesana. Ia rindu kota itu.

"Udah."

"Malam Minggu kesana yuk?" Ajak Zara, ingin jalan-jalan berdua sama Arga. Pasti sangat menyenangkan jalan-jalan sore di Malioboro bersama Arga.

"Nanti saja kalau kita sudah menikah." Bibir Zara cemberut mendengar itu. Masih lama dong kalau nunggu nikah, dia kan maunya besok. Menunggu menikah, sama saja ia harus menunggu masalah ini kelar satu persatu. Ini semua gara-gara Rizal, kenapa pria itu harus menyukainya? Andai saja Rizal hanya menganggapnya sahabat tidak lebih pasti ini semua tidak akan terjadi. Pernikahannya dengan Arga pasti sudah terjadi.

"Lama banget."

"Sabar Zara, kita belum ada ikatan. Saya takut jika terjadi yang tidak-tidak." Arga takut khilaf, bersama dengan Zara itu banyak cobaannya. Pantas saja dulu papanya menikahi mamanya buru-buru.

"Padahal dulu Kapten pernah ngajak aku jalan ke pantai." Zara kesal, suasana hatinya memburuk. Mungkin karena tamu bulanan.

"Beda perkara itu, Zara." Karena sekarang mereka jauh lebih dekat dan sudah berkomitmen mau menikah.

"Sama-sama jalan-jalan."

"Kapten ayolah, aku lagi pengen banget ke Jogja. Lagian kita kapan nikahnya, masalah satu aja nggak kelar-kelar dari kemarin." Zara membrengut sebal.

"Menikah itu bukan cepat-cepatan Zara. Saya juga ingin segera, tapi saya jauh lebih ingin kamu bahagia yaitu terbebas dari tekanan Rizal."

Zara tersenyum, lagi-lagi ia kehilangan kata-kata di depan Arga. Mulutnya terasa kelu, karena terkagum dengan segala hal yang pria itu lakukan untuk kebahagiaannya. Padahal awalnya ia yang berniat bunuh diri agar Arga bahagia tanpa perlu terbebani olehnya tapi sekarang justru sebaliknya. Pria itu selalu berusaha membuatnya bahagia.

"Oke, tapi nanti setelah nikah. Kita ke Jogja."

"Kemana aja saya turutin, bahkan ke ujung dunia sekalipun, Zara. Bilang sama saya kamu mau apa?"

"Kapten nggak bohongkan?"

"Serius." Zara tersenyum senang, ia jadi memiliki sebuah ide bagus.

"Aku mau kalau kita ke Jogja pake baju couple warna pink terus nanti kapten pake baju yang tulisan suami Zara terus aku pakai Istri Arga."

Seketika Arga menginjak rem mendengar itu. Ia tidak bisa membayangkan harus memakai pakaian seperti itu. Jujur Arga malu. Karena menurutnya terlalu kekanak-kanakan, mereka sudah dewasa bukan remaja lagi. Jadi menurutnya tidak wajar memakai couple dengan tulisan seperti itu.

"Kapten jangan rem mendadak dong!" Seru Zara ketika kepalanya terkena dashboard mobil. Ia memukul bahu pria itu tanpa sadar.

"Maaf saya kaget."

"Kaget kenapa?"

"Karena baju yang kamu bilang. Memang ada seperti itu?" Arga berharap tidak ada.

"Ada kok tinggal pesen di temen aku."

"Kamu serius mau pakai baju itu?" Tanya Arga hati-hati, ia takut membuat Zara tersinggung.

"Serius dong, biar uwu." Arga menelan ludahnya.

"Kalau saya tidak mau bagaimana?"

"Zara cuti jadi istri Arga." Seharusnya Arga takut dengan ancaman itu, namun sebaliknya Arga malah tertawa.

"Kamu yakin mau cuti jadi istri saya? Nggak takut kalau nanti saya cari yang lain?" Ancam Arga balik, dalam hati ia tersenyum melihat ekspresi Zara yang berubah suram.

"Jahat! Dasar Argagak!!" Kemudian Zara menggigit lengan Arga sampai berbekas.

"Astaga Zara, kamu itu benar-benar bar-bar. Habis badan saya kamu siksa." Arga meringis melihat nasib lengan kirinya.

"Siapa suruh Kapten Ja-" ucapan Zara berhenti ketika mendengar bunyi suara kentut. Matanya melotot ke Arga. Untung baunya tersamarkan dengan pengharum mobil.

"Cintai pasanganmu, begitu juga dengan kentutnya." Arga tersenyum tanpa dosa mengatakan itu.

"JOROK!!!"

***

Gimana part ini?

Semoga suka ♥️

Enjoy dulu part-nya yang ini.. konfliknya nanti lagi 🤣🤣

SPAM NEXT DISINI BIAR CEPET UPDATEEEE

1000 Coment yuk 💜

Author harus apa dengan part selanjutnya 🙃

Buat kalian yang baca cerita ini bisa tag aku di insta story' @wgulla_

FOLLOW INSTAGRAM KARAKTER CERITA AKU (Role Play)

@arganta.anggara | Arga
@zarashlla_ |Zara
@diirawan05 | Dirga
@ilham.juangp_ | Ilham
@aiin.prmthaaa | Iin
@tiarafebriani | Tiara

INSTAGRAM AUTHOR
@WGULLA_

Love you ♥️

Salam

Gulla
Istri sahnya Lee min ho ♥️

Continue Reading

You'll Also Like

4.8K 749 78
Menjual tubuh adalah satu satunya cara untuk Lisha memenuhi kebutuhan dan keinginan berfoya foyanya di kampus, hanya itu yang bisa ia lakukan semenja...
12.4M 872K 80
Warning âš âš âš !! [FOLLOW DULU SEBELUM BACA KARENA PART DI PRIVATE] setiap orang yang baca cerita ini akan jadi Sarjana Bucin!!!! apalagi buat kamu yang...
1.9M 118K 25
[SUDAH TERBIT] Freya memang menyukai Gerald. Namun, dia tidak pernah berekspektasi tinggi, apalagi sampai bermimpi untuk menikah dengan Gerald sepert...
4.6M 172K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...