Jangan lupa follow, vote and Coment 💜
Love dulu buat part ini ♥️
***
Arga duduk di kursi sebelah ranjang tempat Zara berbaring. Gadis itu belum sadarkan diri, ia membawa Zara ke rumah sakit terdekat. Untungnya gadis itu tidak apa-apa, dan hanya pingsan.
Arga tidak menyangka jika Zara akan bunuh diri. Ia sudah mendengar semuanya dari Tiara. Ia tidak menyangka Zara memiliki masalah seperti itu. Awalnya ia kaget menerima telpon dari Tiara yang mengatakan jika Zara bunuh diri. Ternyata Zara melakukan itu karena ancaman Rizal. Arga juga tidak menyangka pria itu begitu terobsesi dengan Zara. Ia merasa bersalah karena tidak peka dan jarang menanyakan kabar Zara. Hingga gadis itu menanggung beban ini sendirian.
"Zara.." Arga bangkit dari kursi ketika melihat pergerakan Zara. Mata gadis itu terbuka perlahan sadar dari tidurnya.
"Kapten." Zara terkejut mendapati Arga dihadapannya. Kepalanya terasa sakit bukannya tadi ia lompat dari jembatan, tapi kenapa sekarang ia berada di rumah sakit. Jangan-jangan bayangan Arga yang ia lihat terakhir kali adalah benar. Pria itu yang menyelamatkannya.
Ketika Zara hendak bangun, Arga membantu menyangga tubuhnya bersandar di bagian hear board kasur. Lalu Arga mengambilkan segelas air putih untuk gadis itu. Ia juga membantu meminumkannya. Mata Arga tak henti memandang setiap pergerakan Zara. Ia takut jika gadis itu bunuh diri lagi. Arga duduk di pinggir kasur.
"Kenapa Kapten memandangiku seperti itu?" Tanya Zara merasa aneh dengan tatapan Arga.
"Jangan bunuh diri lagi, Zara. Saya tidak bisa membayangkan jika kamu pergi dengan cara seperti itu. Rasanya sakit sekali, Zara. Saya tidak akan sanggup kehilangan kamu."
"Bunuh diri itu bukanlah jalan keluar. Masalah kamu bukannya selesai. Kamu malah akan membawa beban dosa di akhirat nanti."
Arga mencurahkan isi hatinya. Biasanya ia tak banyak bicara, tapi sekarang rasanya ia ingin meluapkan apa yang ada di hatinya. Agar gadis di hadapannya ini tidak pergi meninggalkannya dengan cara yang keji seperti itu. Nafasnya ikut sesak melihat mata Zara terpejam menahan sakit ketika tenggelam di dalam sungai. Andai saja ia terlambat, ia tidak akan sanggup membayangkan apa yang terjadi selanjutnya.
"Aku tak sanggup memikul beban itu sendirian," ujar Zara. Ia tidak bisa memilih antara Arga dan Ayahnya. Keduanya adalah orang yang sangat ia cintai. Walau ayahnya tak peduli dengannya, tapi rasa cintanya sebagai anak masih ada.
"Kamu tidak sendirian, Zara. Ada saya yang sanggup memikul beban itu bersamamu." Ucap Arga tulus.
Zara menunduk dalam diam merenungi ucapan pria di hadapannya. Apakah Arga akan tetap mengatakan itu ketika tahu beban apa yang harus ia tanggung? Pasti Arga menjauhinya karena ia hanyalah seorang anak koruptor. Arga akan memandangnya rendah, karena kemewahan yang selama ini ia gunakan adalah uang milik rakyat.
"Tiara sudah memberitahu semuanya." Arga seolah menjawab pertanyaan di kepala gadis itu.
Zara mendongak menatap Arga terkejut. Jantungnya berdebar dua kali lipat. Seharusnya ia tahu akan hal itu, Tiara tidak akan mungkin hanya diam saja. Temannya pasti akan berkata jujur pada Arga.
"Kapten tahu jika ayahku seorang koruptor?" Arga mengangguk, jawaban itu membuat kepercayaan diri Zara runtuh. Ia merasa menjadi wanita yang tak sempurna, jika disandingkan dengan Arga.
"Lantas kenapa kapten masih disini? Seharusnya kapten nggak disini. Kapten pasti jijik denganku." Arga menghela napas kemudian menggenggam tangan Zara erat seolah memberikan kekuatan. Matanya menatap Zara tajam.
"Kamu tahu Zara, seorang pria sejati tidak akan pernah menarik perkataan cintanya disaat wanitanya berada di titik terendah kehidupan. Hanya laki-laki pengecut yang lari disaat wanitanya memikul beban yang begitu berat sendirian." Ujar Arga dengan tegas.
Arga memiliki prinsip disaat memilih pasangan hidup, berarti harus sanggup menerima kelebihan maupun kekurangannya. Jika pasangannya memiliki kekurangan, tugasnya adalah mendoakan dan membimbingnya. Karena cinta itu bukan sekedar perasaan kasih dan sayang tapi juga tanggung jawab.
"Kapten pantas mendapatkan yang lebih baik dari aku. Bukannya menikah harus memikirkan bibit, bebet dan bobotnya. Kapten sendiri juga tahu buah tak akan jauh dari pohonnya, lalu bagaimana jika suatu saat nanti aku atau keturunanku akan melakukan hal memalukan seperti ayah." Zara menangis sesenggukan, ia merasa tidak pantas untuk menikah dengan Arga. Kenapa pria itu masih memilihnya? Air matanya mengalir begitu saja.
"Akhlaq seseorang bisa berubah seiring jalannya waktu, anak tidak akan selalu menjadi seperti ayahnya. Abu Jahal orang yang sangat membenci dan menentang Islam, tapi Ikrimah -anaknya yang awalnya membenci Islam namun seiring berjalannya waktu ia masuk Islam bahkan ia menjadi syuhada yang mati di medan perang karena kecintaannya terhadap Islam." Tangan Arga bergerak menghapus air mata di pipi gadis itu perlahan. Zara dihadapannya ini berbeda sekali dengan Zara yang dulu. Kemana perginya gadis tangguh itu?
Zara terdiam mendengar perkataan Arga. Apa yang Arga katakan benar dan masuk akal. Ia juga tidak akan mungkin mengikuti jejak ayahnya, justru ia akan belajar menjadi wanita yang lebih baik lagi. Kejadian ini membuat Zara sadar.
"Lalu apakah kamu benar percaya dengan perkataan Rizal, jika ayahmu korupsi?" Zara jadi bimbang mendengar pernyataan Arga. Bisa saja Rizal memalsu bukti-bukti itu untuk mengancamnya.
"Rizal punya buktinya."
"Kenapa kamu tidak membiarkan ayahmu masuk penjara karena kejahatannya?"
"Apa maksud kapten?"
"Jika ayahmu memang korupsi, seharusnya kamu tidak ikut menyembunyikan kejahatannya. Apalagi sampai harus membunuh dirimu sendiri hanya untuk menyelamatkan ayahmu dari hukum. Itu bukan tindakan yang benar, Zara. Biar hukum yang bekerja."
"Kamu tahu Asiyah ketika suaminya -Fir'aun meminta untuk menyembahnya layak Tuhan. Asiyah akan menolak permintaan Fir'aun walau harus mendapat siksaan. Karena apa? Ia tahu apa yang Fir'aun lakukan adalah dosa. Ia tidak membenarkan apa yang suaminya lakukan, Asiyah bahkan menjadi orang yang selalu menentang Fir'aun ketika suaminya itu berbuat dzalim. Ia tidak peduli dengan status Fir'aun sebagai suaminya. Kalau kamu menutupi kejahatan ayah kamu, itu sama saja kamu menutupi kebenaran. Hal itu bukanlah tindakan yang dibenarkan, sama saja seperti kamu melihat keluargamu berbuat dzalim tapi kamu tidak berniat untuk menegurnya."
"Tapi kalau ayah masuk penjara, bagaimana nasib Leni dan calon adikku?" Arga terdiam mendengar itu, ia agak terkejut Leni hamil setelah menyatakan perasaan kepadanya. Ia tidak menyangka Zara masih memikirkan nasib wanita itu dibandingkan dirinya sendiri.
"Jika Leni mencintai ayah kamu tulus, seharusnya ia bisa menerima ayahmu apa adanya."
"Lalu bagaimana dengan kapten? Jika kapten menikah dengan putri seorang koruptor pasti banyak yang akan meragukan kinerja Kapten bukan hanya itu Kapten akan ikut di bully. Aku sudah terlanjur buruk di mata orang-orang. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari diriku."
"Saya tidak peduli dengan perkataan orang, Zara. Mau kamu anak mafia, tukang bakso, koruptor atau apapun itu. Bagi saya meskipun kegelapan bisa menutup mata seseorang untuk melihat kecantikanmu, tapi kegelapan tidak akan bisa menutup hati saya untuk mencintaimu. Saya akan selalu berada di samping kamu tidak peduli apapun yang terjadi."
"Kita hadapi ini bersama-sama. Kita temui Rizal nanti untuk membicarakan ini." Zara mengangguk senang, ia menyandarkan kepalanya di bahu pria itu.
Arga menyelipkan anak rambut Zara ke telinga. Kedua tangannya kemudian menyatukan rambut Zara dalam genggamannya.
"Apa yang kapten lakukan?"
"Mengikat rambutmu. Kamu tahu Zara? Aku suka sekali melakukan hal-hal kecil seperti ini bersamamu. Jadi jika kamu ada masalah sebesar apapun jangan sembunyikan dariku. Kita cari jalan keluar sama-sama. Mulai sekarang saya akan lebih sering lagi untuk menanyakan kabarmu." Zara menatap Arga kagum. Mungkin di dunia ini pria seperti Arga sangatlah jarang. Ia beruntung memiliki Arga.
"Kapten cerewet sekali sekarang." Zara tersenyum, kondisi hatinya mulai membaik berkat pria ini. Ia merasa tidak sendirian lagi. Arga yang baru saja selesai mengikat rambut Zara terdiam. Lalu ia tersenyum jahil.
"Saya cerewet karena ketularan kamu. Zara yang cerewet yang tidak pernah bisa berhenti ngomong kalau tidak di rem. Hobi teriak-teriak seperti toak masjid dan bar-bar." Zara langsung melotot mendengar ucapan Arga. Bibirnya membrengut kesal. Ia menjauh dari tubuh Arga memukul bahu pria itu keras. Arga tertawa melihat ekspresi Zara.
"Dasar Argagak!" Arga lebih suka melihat Zara yang bar-bar. Dari pada Zara yang putus asa.
***
Gimana part ini?
Semoga suka ♥️
SPAM NEXT DISINI BIAR CEPET UPDATEEEE
Author harus apa dengan part selanjutnya 🙃
Buat kalian yang baca cerita ini bisa tag aku di insta story' @wgulla_
FOLLOW INSTAGRAM KARAKTER CERITA AKU (Role Play)
@arganta.anggara | Arga
@zarashlla_ |Zara
@diirawan05 | Dirga
@ilham.juangp_ | Ilham
@aiin.prmthaaa | Iin
INSTAGRAM AUTHOR
@WGULLA_
Love you ♥️
Salam
Gulla
Istri sahnya Lee min ho ♥️