The Reason

By radivya

170K 13.5K 874

[FINISH] ----- "Seseorang yang berada di depan, akan tetap kalah dengan yang berada di belakang sana dan teta... More

First Reason
Second Reason
Third Reason
Fourth Reason
Fifth Reason
Sixth Reason
Seventh Reason
Eight Reason
Ninth Reason
Tenth Reason
Eleventh Reason
Twelfth Reason
Thirteenth Reason
Fourteenth Reason
Fifteenth Reason
Sixteenth Reason
Seventeenth Reason
Eighteenth Reason
Nineteenth Reason
Twenty Reason
Twenty First Reason
Twenty Two Reason
Twenty Third Reason
Twenty Fourth Reason
Twenty Fifth Reason
Twenty Sixth
Twenty Seventh
Twenty Eight
Twenty Ninth
Thirty
Thirty First
Thirty Two
Thirty Third
Thirty Fourth
Thirty Fifth
Thirty Sixth
Thirty Seventh
Thirty Eighth
Thirty Ninth
Forty
Forty First
Forty Two
Forty Third
Forty Fourth
Forty Sixth
Forty Seventh
Forty Eighth (The Last Reason)

Forty Fifth

1.1K 143 16
By radivya

Waktu berlalu sejak kejadian pertemuan tak terduga antara dirinya dengan Annisa dan Faruq ketika sedang bersama Daris dan ibunya. Hampir satu minggu lebih, tapi kenangan itu masih melekat di pikirannya. Tentang fakta bahwa perempuan itu ternyata menyukai Daris, bahwa orang tua Daris sempat menjodohkan mereka, dan fakta bahwa laki-laki yang pernah diceritakan Annisa saat di kereta itu adalah Daris.

Sabiya berhenti menyesap teh di hadapannya, saat ini dia tengah duduk di halaman belakang asrama, menikmati senja yang begitu indah. Senja yang membawa pikirannya larut, memutar kenangan tentang hari itu.

Annisa masih berdiri di depannya bersama Faruq. Daris tetap diam, dia terlihat tidak nyaman. Sedangkan Sabiya termenung dalam lamunannya, sebenarnya apa yang sedang terjadi saat ini, dia butuh penjelasan tentang bagaimana perempuan itu mengenal Daris.

"Nis, lagi apa di sini?" tanya wanita di sampingnya.

Sabiya membatin, ternyata ibunya Daris pun mengenal perempuan ini.

"Lagi jalan aja, Tan. Ngajak jalan sepupuku ini sebelum besok pulang ke Bandung lagi," jawabnya.

Ibu mendekat, merangkul pundak Sabiya. "Kenalkan, ini Sabiya, calon istrinya Yassar. InsyaAllah bulan depan akan menikah."

Jelas sekali laki-laki yang bersama Annisa itu terkejut. Sabiya tersenyum kaku, tidak berani menatap terutama pada Faruq. Hal itu membuatnya melewatkan satu momen, bahwa Annisa menatap tak percaya kepadanya, bahwa raut wajah perempuan itu berubah dingin seketika.

"Oh, begitu, Tan. Selamat ya. Saya duluan," ujarnya seraya menarik lengan baju Faruq.

"Sabiya, selamat ya."

Sabiya mendongak, melihat raut wajah laki-laki itu. Faruq berlalu, wajahnya penuh tanya dan kesedihan. Orang yang mengiriminya CV sebanyak dua kali, bahkan masih sering menanyakan tentangnya pada Rais. Apa Sabiya sudah salah dalam menentukan? Saat ini perasaan menjadi semakin tidak tenang.

"Lho, Nak, kamu kenal laki-laki tadi?" tanya Ibu.

Deg. Sabiya tidak menyangka calon mertuanya akan bertanya hal itu. Ia menatap ke depan, namun Daris melihat ke arah lain. Tatapannya terlihat kosong.

"Yas," panggil ibunya.

"Ah, Ma. Laki-laki tadi itu Faruq, kemarin aku pernah ngisi acara bareng dia di kampus Sabiya," ujarnya.

"Laki-laki tadi kayaknya kenal Sabiya."

Kali ini Daris menatap ke arahnya. Berarti tadi dia memang tidak mendengarkan.

"Apa benar kenal?" tanyanya.

Sabiya mengangguk. Sebenarnya dia bingung harus bilang apa, tapi Sabiya tahu sekarang atau pun nanti dia harus tetap cerita. "Kak Faruq itu adik dari ustazah Fatimah, kenalan saya. Beliau sempat mengajak taaruf dua kali, meski pada akhirnya tetap saya tolak."

Hening. Tidak ada yang bersuara selain alunan murattal dari kafe. Kafe ini dipilih Daris salah satu alasannya karena ini, tidak ada alunan musik seperti tempat-tempat lainnya, melainkan alunan kalam Allah.

"Wah, masyaAllah. Dunia sangat sempit, itu memang benar ya." Ibunya bersuara memecah keheningan. "Yas, kamu gak mau menjelaskan tentang Annisa juga?" tanyanya.

"Eh?" dia tertegun, sedangkan Sabiya menatap heran. "Mama saja yang jelaskan, toh aku memang ndak ada apa-apa sama dia."

Kali ini giliran Sabiya yang bersiap mendengarkan. Sebenarnya pikirannya sudah bercabang kemana-mana, namun mendengar penjelasan langsung itu lebih baik dibanding terus berasumsi.

"Annisa itu anak ustaz Royyan, teman papanya Yassar. Dulu Yassar sempat kami jodohkan dengannya, tapi dia tetap menolak, katanya sudah ada perempuan lain yang sedang diperjuangkan." Ibu menatap, menggengam tangannya. "Siapa sangka ternyata perempuan yang dimaksud saat ini berada di hadapannya."

Sabiya terperanjat, lamunannya terputus ketika seseorang mengagetkannya.

"Sa, lagi ngapain sih di sini. Bentar lagi azan Magrib lho," ujarnya.

Sabiya tidak menjawab, dia berdiri dan meninggalkan Ashila tanpa kata.

Banyak sekali kejutan menjelang pernikahannya. Minggu depan adalah hari H yang ditunggu-tunggu, tapi rasanya banyak hal yang semakin mengganggu pikirannya. Sabiya ragu, tapi dia tau semakin meragu maka semakin besar pula jalan setan untuk mengganggu.

Lusa dia harus segera pulang ke Bandung untuk menyiapkan pernikahannya. Banyak hal yang justru di-handle oleh sang kakak. Dari mulai WO hingga baju pengantin.

Menikah itu mudah kalau hanya akad saja. Namun, Sabiya mengharapkan keberkahan dari adanya walimah yang dilakukan. Semata-mata untuk berbagi rezeki dengan orang-orang terkasih.

▲▽▲

Cahaya remang-remang tidak membuatnya kunjung merasa ngantuk. Pikirannya terlalu penuh sampai tidak mengizinkan matanya untuk menutup barang sebentar saja.

Minggu depan adalah hari pernikahannya. Segala persiapan pun sudah dirasa cukup matang. Dia tidak sabar ingin segera minggu depan saja. Padahal prosesi akad paling hanya menghabiskan waktu beberapa menit saja, tapi proses memperjuangkannya itu yang menghabiskan tenaga.

Yassar kembali membuka laptopnya, entah sudah yang keberapa kali. Dari mulai mengedit video, menonton channel youtube-nya sendiri, menghapus file-file yang sudah tidak terpakai, melihat-lihat video prosesi pernikahan, dan banyak hal lain yang dilakukannya.

Rasanya dia tidak pernah segusar ini menantikan sesuatu. Dulu ketika masa-masa sekolah, menunggu hari kelulusan tidak seperti ini, menunggu pengumuman masuk perguruan tinggi pun biasa saja. Memang benar ya pernikahan itu sesuatu yang sangat mendebarkan.

Yassar menutup laptopnya, beralih pada ponsel di atas meja. Dia membuka grup Persiapan Pernikahan, melihat-lihat kembali gambar baju penganti yang dikirimkan Rais, dan baju yang dipilih oleh Sabiya.

Bagus, cocok, cantik, batinnya.

Dia membayangkan bagaimana Sabiya memakai baju pengantin ini. Bagaimana mereka pada akhirnya akan duduk dalam satu tahta yang sama.

"Astagfirullah, gak boleh mikir yang aneh-aneh, Yas."

Dia menyimpan ponselnya, berbaring di tempat tidur dan berusaha memejamkan mata.

Beberpa menit kemudian dia kembali duduk, melihat penanda waktu di layar ponselnya. Pukul 22.30. Dia masih tidak bisa tidur dengan nyaman, perasaan gelisah yang entah datang dari mana.

Satu pesan masuk terlihat di notifikasinya, nomor yang sudah lama tidak menganggu hari-harinya kini tiba-tiba muncul lagi.

Annisa: Yas, kamu serius mau nikah sama cewek itu?

Yassar: Wa'alaikumsalam. Iya

Annisa: Itu alasan kamu gak mau dijodohin sama aku? Yas, harus kamu tahu, cewek itu gak baik. Dia udah nyakitin sepupu aku

Yassar menyimpan ponselnya, malas membalas orang yang sedang kecewa, dia pasti akan terus dicecar. Lagipula Yassar sudah tahu bagaimana cerita sebenarnya, dia tidak akan termakan dengan cerita Annisa yang tidak mendasar.

Malam ini rasanya akan jadi malam yang panjang, dia penasaran Sabiya sedang apa di asramanya. Dia jadi ingat apa yang ditanyakan Rais setelah mengirim gambar baju pengantin saat mereka sedang di kafe minggu lalu.

"Oh ini Mas Rais tanya juga soal tempat tinggal, ya." Yassar membuka pembicaraan baru setelah suasana canggung melingkupi mereka beberapa waktu lalu.

Yassar tidak mengira kalau laki-laki yang dikenalnya saat mengisi acara bersama itu ternyata pernah memiliki niat yang sama kepada Sabiya. Dia cukup terkejut ketika mengetahui kenyataan itu. Namun, bagaimana pun juga hal-nal seperti itu tidak boleh mengganggu pikirannya, apalagi sampai membuatnya meragu.

"Menurut Mama gimana? Setelah menikah, aku dan Sabiya masih harus menyelesaikan kuliah di kota yang berbeda."

Mama mengambil potongan kue yang disajikan pelayan beberapa waktu lalu, menyesap minumannya kemudian bersiap untuk menjawab.

"Kalau untuk dua bulan ke depan, selama Sabiya masih menyelesaikan masa pertukarannya, kalian bisa tinggal di rumah Papa saja. Tapi nanti setelah itu, ya mau bagaimana lagi, kalian harus tinggal terpisah dulu. Istilah kerennya LDM—Long Distance Marriage," jelasnya. "Tapi kalian bisa menyempatkan untuk bertemu, mungkin ketika masa liburan," Mama menambahkan.

Jelas sekali ada kebingungan yang terpancar dari wajah perempuan di depannya. Bukan hanya Sabiya yang merasakannya, tetapi dia juga.

Ponselnya berdering, membuat Yassar memutus lamunannya. Sebenarnya apa maunya Annisa, dia sampi berani menelepon di jam segini. Yassar mematikan ponselnya dan beranjak tidur.

Besok Lusa Sabiya sudah harus pulang ke Bandung. Untung saja dia masih punya jatah libur sehingga bisa pulang tanpa harus meninggalkan kuliahnya.

Sabar, Yas, sebentar lagi. Batinnya.

Perjuangannya menjaga dan menanti akan segera terbayar. Meski pada akhirnya setelah menikah pun akan tinggal berbeda kota. Seandainya menikah setelah lulus kuliah pasti bisa langsung tinghal bersama, tapi itu artinya waktu yang mereka butuhkan untuk menjadi pasangan halal pun akan semakin lama pula.

Yassar menutup badannya dengan selimut. Berharap tidak ada lagi keraguan yang terasa. Dia yakin ini sudah sebaik-baiknya rencana dari Allah.

▲▽▲

Sapaan Divya

Hallo teman-teman. Terima kasih banyak sudah membaca The Reason sampai detik ini. Banyak kekurangan dalam cerita ini, tapi semoga ada hal-hal baik yang bisa diambil.

Mohon maaf jika masih ada kata-kata yang typo, feel free aja kalau mau kasih koreksi yaa.

Oh ya, kalau kamu suka cerita ini, kasih tahu temanmu dan ajak dia untuk baca juga ya. Supaya kita bisa saling menularkan kebaikan, dan bisa menjadi kebaikan yang terus mengalir.

Mari berteman di sosial media lainnya. Follow instagram @radivyaa dan DM aja kalau kamu pembaca wattpad saya untuk follback 😁

Continue Reading

You'll Also Like

463K 57K 16
Lentera Hati - Series keempat Lentera Universe Romansa - Spiritual - Militer "Dejavu paling berat adalah bertemu seseorang yang mirip dengan dia tapi...
6.1M 424K 57
Apakah seorang anak Kiai harus bisa menjadi penerus kepemilikan pesantren? Ya. Namun, berbeda dengan seorang Haafiz Alif Faezan. Mahasiswa lulusan sa...
6.5M 565K 72
|| FiksiRemaja-Spiritual. || Rabelline Maheswari Pradipta. Wanita bar-bar, cuek dan terkadang manja yang terpaksa masuk pesantren sang kakek karena k...
944K 29.1K 58
Kesalahan karena kabur dari Mesir saat pendidikan membuat seorang gadis terpaksa dimasukkan ke sebuah pesantren ternama di kota. namun karena hadirny...