Twenty Sixth

2.7K 271 13
                                    

"Bahwa menjadi jomblo bukanlah hal yang hina. Jika dibandingkan dengan sesuatu yang haram, misalnya saja pacaran, tentu lebih baik kita memilih untuk sendiri. Sampai saatnya nanti kita bertemu dengan seseorang yang dirasa tepat. Jangan terburu-buru, namun lebih baik disegerakan dengan hubungan yang halal."

Sabiya mendengarkan dengan saksama, sudah hampir satu jam Dhabith menyampaikan ilmu dan berbagi pengalaman. Sesekali terdengar tawa dari peserta Talk Show, terutama ketika Dhabith menyinggung soal jomblo atau single-lillah.

"Mungkin untuk kesempatan kali ini hanya itu yang bisa saya sampaikan. Semoga dengan hadirnya teman-teman di masjid untuk menambah ilmu, membantu kita untuk lebih dekat kepada Sang Pemilik Cinta. Siapa tahu ketemu jodoh di sini." Gelak tawa kembali terdengar. "Selanjutnya saya serahkan kepada pembawa acara."

Dhabith menutup pembicaraannya dengan salam yang langsung dijawab oleh semua peserta.

Suasana kembali kondusif ketika MC mengambil alih acara. Sebelum melanjutkan pada sesi tanya jawab, ada beberapa hal yang disampaikan oleh pembawa acara, salah satunya adalah penyebutan media partner yang ikut serta mendukung jalannya acara.

Sabiya melihat Dhabith lewat sudut matanya, laki-laki itu duduk dengan tenang di samping Alvin. Dia terlihat mengambil air mineral di atas meja.

Sejak kapan Sabiya memerhatikannya. Hal seperti ini tidak boleh terjadi. Dia mengalihkan perhatian dengan mengajak Ashila bicara, sebelum MC mempersilakan untuk bertanya.

"Kamu beneran baru pertama kali ikut kajian Dhabith, Sa?" tanyanya.

Sabiya mengangguk. "Seringnya sih dengerin di channel youtube-nya. Dulu waktu di Bandung, setiap kali ada video baru aku pasti langsung nonton."

"Sama. Dari dulu aku juga suka banget ngikutin video-video Dhabith. Meskipun pembahasannya seputar sejarah, penyampaiannya gak ngebosenin." ucap Ashila ikut antusias.

Sabiya mengiyakannya dalam hati. Video Dhabith yang membahas perihal sejarah Islam memang benar-benar keren, sama sekali jauh dari kata bosan dan monoton. Sabiya bahkan sampai ketagihan untuk terus mengikuti kelanjutannya.

"Asli banget ya, Cil. Ter-"

"Baik, kita langsung saja masuk ke sesi tanya jawab."

Suara MC membuat Sabiya lupa akan obrolannya dengan Ashila. Sedari tadi waktu inilah yang dia tunggu-tunggu. Ada satu pertanyaan yang seringkali mengganjal dalam pikirannya. Dan Sabiya rasa ini waktu yang tepat, apalagi pembahasan materi kajian hari ini berkaitan dengan itu.

"Kepada para hadirin yang ingin bertanya, silak acungkan tangan terlebih dahulu. Saya akan memilih dua penanya. Satu dari laki-laki dan satu lagi dari perempuan," ucapnya. "Saya hitung dari sekarang. Satu. Dua. Tiga."

Secepat mungkin Sabiya mengacungkan tangan tepat ketika hitungan ketiga berakhir.

"Ya, silakan Mas yang di belakang. Satu lagi Mbak yang pakai kerudung pink," tunjuknya seraya melempar tatap.

Sabiya mengucap syukur. Di antara beberapa orang yang mengacungkan tangan, dia mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pertanyaan.

Orang pertama di bagian ikhwan mulai menyampaikan pertanyaan. Apa yang dibicarakan terkait bagaimana cara mempersiapkan diri untuk menjemput jodoh.

Sebelum dilanjutkan pada pertanyaan kedua, Dhabith dipersilakan untuk memberikan jawaban terlebih dahulu.

Sabiya menunggu gilirannya. Di sampingnya Ashila terlihat mengotak-atik ponsel, sesekali mencatat poin-poin dari jawaban yang Dhabith berikan.

The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang