Catatan Hati Seorang Istri Pr...

By NhieaWidjaja

369K 17.5K 1.1K

(Khusus 18+ harap bijak memilih bacaanmu ya!) Menjadi seorang istri prajurit tidaklah mudah, harus siap denga... More

Welcome to Asrama Batalyon TNI AD
Persit Baru
Persit Baru (2)
Giat Pertamaku
Ujian Pertama
LDR (Part 1)
LDR (Part 2)
LDR (Part 3)
Pertemuan
Yang Dinanti
Telat???
dr Sp. OG 😩
LDR Lagi
Home Alone
Home Alone - Part 2
You're Not Alone
We're Strong Wife!
Sahabat
Hobi Baru
Shopping Time!
Ruang Rindu
We're Strong Wife! 2
Cepatlah Pulang
Surprise!!!
Ramadhan Pertama
Ibadah Terindah
Cinta Halal
We're Strong Wife 3
Aku Siap!!!
Pergilah, Aku Tak Apa
The First Year
My First Anniv
Sahabat 2
Kesabaran & Ikhtiar
Sebuah Titipan
Kehamilan Terindah
Bertahanlah!
Jangan Pergi...!!!
Ikhlas
The Last Friendship
Menunggu Kelahiran
Persalinan yang Mencemaskan
Nyeri
Ibu yang Tak Sempurna
Broken Heart💔 Part 1
Broken Heart💔 Part 2

Kita Bersaudara

4.7K 246 31
By NhieaWidjaja

.
.
.
Sudah hampir sebulan ini para suami berada di tempat tugas mereka masing - masing. Kehidupan kami pun tetap berjalan seperti biasanya, lebih simpel karena hanya mengurus anak dan juga diri sendiri.

Aku pun juga sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini selama hampir setahun berada di asrama. Sedikit membosankan, tapi yaa tetap harus dinikmati 'kan?

Menikmati hari - hari sendiri yang nantinya tak akan kembali kurasakan disaat aku sudah memiliki seseorang bayi mungil. Bisa tidur dan bangun kapan saja semauku, masak apa saja kesukaanku dan melihat kondisi rumah yang selalu tertata rapi tanpa ada yang mengusik. Ini caraku bersyukur karena masih diberi nikmat yang begitu banyak walaupun dambaan seorang anak belum juga memberikan tandanya.

Tak masalah bagiku, kapan ia akan datang pasti Allah - lah yang lebih tau waktu yang paling tepat juga tentang kesiapan kami menjadi orangtua itupun bukan hal yang mudah. Kalau dilihat lagi pada mereka yang baru saja menikah dan hanya dalam waktu beberapa bulan saja sudah dipercayakan seorang anak rasanya seperti ada ketidaksiapan dalam diri mereka.

Yang satu sangat sering marah hanya karena kesalahan sederhana dan ketidaktahuan sang anak. Herannya lagi ibunya bisa marah dan membentak sejati - jadinya seperti kesetanan.

Sedangkan yang satu lagi, ibunya sangat sulit sabar, sering memukul dan membentak pada anaknya. Aku seperti tak melihat ada kasih sayang di mata ibunya itu.

Yang satu lagi, ibunya seorang pekerja pemerintah (PNS) dan anaknya hanya dititipkan saja pada oranglain atau kadang pada neneknya sampai siang atau sore hari. Padahal sang anak masih sangat kecil dan butuh dampingan seorang ibu.

Lalu ada juga beberapa ibu yang sedang hamil malah susah makan, setiap ada nasi selalu muntah sampai kosong isi perutnya. Dan wajahnya pucat, lesu, seperti tak bahagia dengan kehadiran sang anak. Menyedihkan!

Hal - hal itu yang membuat aku berpikir lebih jauh lagi untuk menerima titipan berharga yang tak bernilai itu.

Apakah aku sanggup menjadi ibu yang baik? Apakah aku siap menjadi role-model untuknya nanti? Apakah aku mampu untuk bersabar unlimited saat menghadapi ketidaktahuannya? Apakah aku bisa mencintainya dengan tulus? Dan apakah - apakah yang lain.

Rindu itu sering bergelayut dalam pikiranku atas kehadirannya, terlebih dengan situasi seperti ini sekarang. Aku hanya di rumah sendirian disaat suamiku bertugas keluar kota untuk beberapa bulan ke depan.

"Buuuuuu!!! Ayooo berangkat!"

"Iyaa ini dah siap!" Aku menuju teras dan segera menyusul para tetanggaku untuk mengikuti OR bersama di lapangan voli kompi Markas.

"Masak apa Bu? Tadi saya bikin sambel terong lumayan pedes, mau Bu?" tawar bu Tejo padaku.

"Wow tumben? Saya masak omelet aja sama goreng tempe, kayaknya cocok sama sambele sampeyan, Bu!?" jawabku.

"Saya belum sempet makan tadi, nanti aja selesai OR ya?"

"Ho'oooh, saya juga cuma ngopi segelas dah beres. Blum laper, hehe..."

"Bu Aji masak apa hari ini?" tanya bu Nazar seperti biasanya. Sejak hamil ia memang sulit makan. Ia pun lebih suka masakan oranglain daripada harus mencium bau - bauan bumbu dapur.

"Belum masak, Bu! Nie rencana mau joinan sama bu Tejo nanti, nyambel aja sama ada omelet."

"Yach.... Pasti pedes kalo sambelnya sampeyan, Bu."

"Hehehe.... Seperti biasa tow! Bukan sambel namanya kalo gak pedes,"

"Emang bu Nazar lagi pengen apa?" tanya bu Tejo.

"Bingung juga ini, perut mual terus tiap cium bau nasi." jawabnya lesu.

"Mau gak bikin bubur Manado, tapi nanti siang? Masih ada bahan yang kurang, saya ada ikan asin di rumah banyak dari mama temannya Fitri di sekolah." ajak bu Anto.

"Waaaah.. Kayaknya enak tuch! Bole mbak, kurang apa bahannya? Saya ada kangkung di rumah. Belanja aja, mau masak masih malas, hehe" sahutku semangat.

"Saya ada labu kuning juga, Bu Anto." balas bu Tejo.

"Yawes nanti siang abis olahraga jam 11 yaa, saya tak jemput Fitri dulu di sekolah."

"Sip deh!?" jawab kompak aku dan bu Nazar.

~~~~~~

Huuweeeeeek!
Huuweeeeek!

Seluruh makanan dari perutnya tersembur keluar di sisi pinggir lapangan dekat sungai. Padahal ia mencoba untuk memasukkan sedikit cemilan manis yang dibawanya dari rumah tadi. Aku heran kenapa ia tak berusaha menahannya dengan cara apapun agar janin yang sedang bertumbuh itu bisa mendapat asupan yang cukup dan bergizi darinya.

Setelah selesai mengeluarkan isi perutnya, ia tampak lebih baik dan duduk kembali melihat beberapa ibu sedang bermain voli.

"Ih..... Muntah terus kah, Bu? Apa obat sudah habis dari dokter?" tanya bu Tejo sedikit heran dengan bu Nazar setiap selesai makan pasti memuntahkannya kembali.

"Obat masih tapi ya tiap pagi begini, bu Tejo."

"Lhaa terus gimana kalo muntah terus? Kasian anakmu tow, bu!"

"Yaa mau gimana lagi, bu?"

"Harusnya bisa, bu. Coba ubah mindset-nya dulu, supaya kadar hormonnya gak mempengaruhi lambung. Eman - eman anak pertama lho!? Katanya pengen cepet dikasih anak tow! Lhaa dah dikasih malah sampeyan susah makan, gimana coba?" terangku yang mulai bosan dengan sikap manjanya.

"Ih.....sampeyan yaa belum merasakan sih! Hamil gak ada suami kayak apa, menderitanya minta ampun! Liat aja nanti kalo sampeyan sendiri yang hamil," jawabnya sinis.

"Hehehe... Ya gaklah! Penantian panjang gak akan saya sia - siakan, bu. Hamilku nanti yang paling membahagiakan, bisa makan apa aja tanpa muntah sama sekali. Tunggu aja deh!" tantangku padanya.

"Iyow liat saja nanti," ia nampak jengkel dengan pernyataanku tadi. Aku tak peduli.

Sudah menjadi kewajibannya sebagai seorang calon ibu kepada anaknya untuk memberikan asupan yang cukup dan bergizi, agar si jabang bayi bisa tumbuh dan berkembang dengan baik nantinya. Bagaimanapun kondisinya harus tetap berusaha dan menurutku tidak semua wanita hamil muda harus melewati morning sickness dengan sangat menderita jika ia yakin kehamilannya menjadi berkah terindah dalam hidupnya.

"Bu jadi ikut masak - masak di bu Anto gak? Itu orangnya sudah di rumah, barusan aja lewat!" tanyaku di depan pintu rumahnya.

"Sek, bu. Oni baru aja tidur, bentar lagi tak kesana. Biar dia tidurnya mulai nyenyak dulu. Sampeyan mau duluan gak papa, ini bawa labu ne sekalian ya!"

"Yawes kalo gitu, jangan lama - lama ya!? Gak enak nanti lek gak ikut bantuin masak,"

"Iya wes paham, sek 5 menit lagi tak kesana,"

"Siplaaaah!" lalu aku mendahuluinya ke rumah bu Anto.

Hanya berjalan 2 rumah saja dari rumah bu Tejo dan nampaknya masih sepi.

"Assalamualaikum, mbak! Ngapain?" tanyaku segera masuk ke dalam rumahnya karena pintu terbuka lebar. Tak ada pak suami ya tak masalah. Hehe...

"Sini, Ntee! Lagi di dapur ini siapin bumbu sama cuci ikan, mana bu Tejo?"

Aku menuju dapur dan melihatnya sedang menyiapkan beberapa bahan untuk membuat bubur Manado.

"Mbak, ini labu sama kangkungnya. Tak potong sekalian yaa?" aku menunjukkan kresek yang kubawa pada bu Anto.

"Oh iyaa, Ntee... Pisau sama baskomnya ada di rak piring ya! Ambil aja,"

"Siap, mbak." aku mengambil pisau dan baskom, lalu duduk di dekatnya.

"Pernah bikin bubur Manado belum, Ntee?"

"Hehe.... Belum - lah, mbak! Yaa ini mau belajar sama mbak dulu,"

"Iyaa, disini sampeyan bisa belajar macem - macem. Mau masak apa, makanan mana tinggal tanya aja sama orang yang biasa bikin, hehehe..."

"Hmmm.... Pas ya mbak! Disini dari Sumatera sampe Papua ada orangnya yaa, komplit! Terus ini bumbunya apa aja mbak?"

"Gampang bikin ini, yaa bumbunya sama aja kayak bikin bubur nasi. Biasanya cm dikasih royko, garam sama bubuk bawang kalo ada."

"Eh simpel banget ya, mbak!"

"Iyaa, cuma yang susah itu tahap masukin bahannya. Harus yang keras dulu, dari beras, jagung, labu, terus kangkung yang terakhir, supaya matengnya pas."

"Assalamualaikum!!!" terdengar salam dari pintu depan.

"Wa'alaikumsalam, masuk sini... Ayooo ayo!" jawab bu Anto.

"Udah mateng, mbak? Saya bawain sirup nich! Enak siang gini minum yang seger - seger manis," Bu Nazar muncul dengan menunjukkan sebotol cairan berwarna oranye pada kami.

"Enak sekali datang tanya mateng, Bu... Bu! Bantuin dulu tow!?" enek bu Tejo yang datang bersamanya.

"Becanda, bu Tejo... Gak usah sensi tow!?" balasnya kalem.

"Yawes sini, pada mau siapin apa, terserah aja." bu Anto mengalihkan pembicaraan.

"Ini dah mau jadi ya mbak?" tanyaku sambil mengaduk bubur di dalam panci panas yang belum mendidih.

"Iyaa, Ntee... Cicipin dulu, nanti kurang asin lagi."

"Iyaa, mbak."

Kemudian setelah semuanya siap dihidangkan, kami berempat duduk di teras depan rumah bu Anto menikmati bubur Manado yang terakhir aku memakannya saat masih SMP.

"Eh, kita mau punya tetangga baru lho!?" bu Anto membuka obrolan.

"Siapa, mbak?" tanya bu Nazar.

"Om Arifin mau datang ya bu? Pengantin baru tow!" sahut bu Tejo.

"Iyaa, ada 2 orang yang mau datang. Om Arifin sama Om Jacky. Tapi, duluan Om Arifin kayaknya minggu ini deh!" jawab bu Anto lagi

"Alhamdulillah, dapet sodara baru dong ya!?"

"Komplek kita full yaa abis ini, asyeeek!"

.
.
.
To be continued 

*****

Assalamualaikum, readers!
Maaf yaa ngaret di part ini, karena author lagi sibuk di luar... Hehe

Di part ini moga bisa ngobatin kegalauan di Part sebelumnya ya!

Ada kritik & saran, langsung aja vote komennya lhoo!

Moga bermanfaat

Salam, author❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

846 52 20
Sadewa dipaksa ibunya untuk menikahi Gemi Nastiti, gadis desa yang bertampang biasa dan sederhana. Sementara di ibu kota, lelaki itu sudah memiliki s...
627K 23K 28
Raenita Subanda (19 th), gadis ceria nan cantik yang dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki berusia 25 th yang tidak dia kenal bahkan bertemu pun...
237K 15.6K 32
"Witing tresno jalaran soko kulino" Sinopsis Demi memenuhi amanat mendiang ibunya, Arjuna bersedia dijodohkan dan menikahi seorang gadis yang tidak i...
32.1K 1.6K 47
Hallo, Makasih yah buat yang udah tap ceritaku ini. Cerita ini murni buatan aku sendiri. Tidak sama dengan cerita manapun. Cerita ini menjelaskan kis...