Cruel Flower

By JadePearly

983K 42.3K 2.9K

(Karya Asli Bukan terjemahan!) Hdup Tuoheluo Yulan begitu dramatis hingga dia sendiri juga merasa begitu, dar... More

Prolog
Bagian 1 : Hari perubahan
Bagian 2 : Sehidup semati
Penjelasan Nama
Bagian 3 : Jalan Hidup
Chapter 5 Titah Langit
Chapter 6 Tuoheluo Ha'erqi
Chapter 7 Istana Semi Abadi
Terima Kasih
Chapter 8 Kaisar Qianlong
Chapter 9 Bunga Istana (I)
Chapter 10 Bunga Istana (II)
Ranking
Chapter 11 Bilik Ming Yue
Chapter 12 Awal Pertempuran
Chapter 13 Kehidupan Istana
Chaper 14 Berduka (I)
Chapter 15 Berduka (II)
Chapter 16 Orang Itu?
Chapter 17 Xiao Lizi (I)
Chapter 18 Xiao Lizi (II)
Chapter 19 Bunga bersemi (I)
Chapter 20 Bunga Bersemi (II)
JAJAK PENDAPAT
Chapter 21: Hati Tercabit (I)
Chapter 22 : Hati Tercabit (II)
Chapter 23 : Kaisar Jiaqing
Chapter 24 : Mencintaimu
Chapter 25 : Kecemburuan
Chapter 26 : Yuan Ming Yuan (I)
Chapter 27: Yuan Ming Yuan (II)
Chapter 28 : Api Melawan Air
Chapter 29 : Kuncup Bunga
Chapter 30 : Mian Ning
Chapter 31 : Ping
Chapter 32 : Semalam Bak Seribu Tahun
Chapter 33 : Semalam Bak Seribu Tahun (II)
Chapter 34 Bencana
Chapter 34 Bencana II
Chapter 35 Tipu Muslihat I
Chapter 36 Tipu Muslihat II
Chapter 37 Sirna
Chapter 38 Istana Ting Fu
Special Chapter : Akhir dan Permulaan
Chapter 39 : Balai Terbuang
Chapter 40 Merah
Chapter 41 Senandung Salju (I)
Chapter 42 Senandung Salju (II)
Chapter 43 Rekahan Amarah (I)
Chapter 44 Arus Balik
Chapter 45 Rekahan Amarah (II)
Chapter 46 Kobaran Terakhir
Chapter 47 Titik Didih (I) REDO
Chapter 48 Titik Didih (II)
Teaser Titik Didih (III)
Chapter 49 Titik Didih (III)
Chapter 50 Tak Akan
Pengumunan
Chapter 51 Luluh
Chapter 52 Rintangan
Chapter 53 Rintangan (II)
Chapter 54 Serangan I
Chapter 55 Serangan II
Chapter 56 Serangan III
Chapter 57 Serangan IV
Chapter 58 Serangan V
Chapter 59 Tangkapan Air Keruh
Chapter 60 Melebihi Dugaan
Chapter 61 Luar Dunia
Chapter 62 Malam Terakhir
Chapter 63 Kembali
Chapter 64 Pergolakan dimulai
Chapter 65 Kemenangan
Chapter 66 Kejutan dalam Kejutan
KABAR GEMBIRA!
Chapter 67 Kejutan dalam Kejutan (II)
Chapter 68 Jebakan (I)
Chapter 69 Jebakan (II)

Bagian 4 : Bunga diiringi Hujan

20.9K 766 20
By JadePearly

Paman Qi kembali ke dalam rumah, ia membawa cangkul kelihatannya sangat letih. Paman Qi menyapa semua anggota keluarga. Dia meletakkan cangkulnya kemudian makan malam bersama anggota keluarga yang lain.

"Liguang kemana?" tanya Dataguo pada istrinya.

"Dia sedang beristirahat, kakinya patah."

"Apa? Parah tidak? Bagaimana keadaannya sekarang?" tanya Dataguo bertubi.

"Sekarang sudah tidak apa-apa, tadi kami sudah memanggil tabib."

"kalau begitu sisakan sedikit nasi dan bayam untuknya."

"Iya tuan. . . uhuk . . . Uhuk . . .UHUK!"

Nyonya Zhu'ergen tiba-tiba batuk keras. Batuknya sangat keras, semuanya berhenti makan dan memandang nyonya Zhu'ergen. Mereka meletakkan mangkuk nasi, semua pandangan cemas tertuju pada nyonya Zhu'ergen. Yulan memberikan sapu tangannya pada nyonya Zhu'ergen. Wanita tengah baya itu buru-buru menutup mulutnya terbatuk-batuk lagi beberapa saat kemudian berhenti. Nyonya Zhu'ergen menjauhkan sapu tangan tersebut.

Sapu tangan putih itu mengandung secercah noda darah. Nyonya Zhu'ergen berkeringat dingin tetapi dia bersikap wajar saja seolah tak pernah terjadi.

"Aku tak apa-apa, ayo teruskan makan malam," nyonya Zhu'ergen membuat penegasan.

"Eme . . ." Yulan memanggil cemas.

"Yulan tenang saja, eme hanya panas dalam saja tak apa-apa, ayo lanjut makan semuanya," nyonya Zhu'ergen tersenyum seraya mengangkat mangkuk nasinya.

Yulan agak ragu dia sangat cemas kesehatan emenya. Atas paksaan nyonya Zhu'ergen, Yulan akhirnya mengangkat lagi mangkuk nasinya. Makan malam keluarga ini berlangsung hening tak ada percakapan apapun cuma rasa cemas tak tersampaikan dalam hati masing-masing.

Malam semakin larut Yulan dan Anqiu masih menyulam di depan lampu minyak remang-remang. Anqiu menguap letih ia mengusap sepasang matanya yang telah memerah. Anqiu meletakkan sulamannya lalu memotong sisa benangnya, dia mengambil sapu tangan lainnya menyusun satu per satu hasil yang telah jadi.

"Nona sudah larut malam, anda pergilah tidur, biarku selesaikan sisanya."

"Tidak, aku ingin menyelesaikan sendiri. Besok aku harus pergi ke kota," Yulan masih fokus menyelesaikan sulamannya.

"Biar Anqiu yang jualkan sulaman-sulaman ini, nona tinggal saja di rumah."

"Bukan itu saja, aku ke kota untuk mencari kerja."

"nona ingin bekerja? tapi nona . . ." Anqiu terlihat sedikit kaget

"kakak sedang sakit, keadaan eme juga . . ." Yulan menghela nafas "pokoknya sekarang aku sebagai satu-satunya anak yang mampu bekerja harus menanggung keluarga ini"

"nona . . ." Anqiu ingin mengatakan sesuatu tapi dibatalkannya

"kau pergi tidur saja, lihat matamu sudah merah. aku akan menyusul setelah menyelesaikan ini"

"baik" jawab Anqiu singkat

Anqiu meletakkan semua pekerjaannya pergi tidur, sebelum pergi ia masih menoleh menatap nonanya yang sedang tekun menyulam. Anqiu menguap lagi, kedua sudut matanya dipenuhi air mata, dia tak menghiraukannya. Di baringkannya tubuh letih itu di atas lantai mulai mengantuk.

Yulan dengan serius menyulam lagi, tubuhnya sudah kelelahan mulutnya juga terus menguap tapi tangannya tak berhenti menyulam, jarum munggil itu secara lincah bergerak cepat mengwarnai secarik sapu tangan putih, lambat laun tangan putih halus berubah menjadi lambat semakin lambat dan berhenti, pemilik tangan tersebut tertidur diatas meja.

------

Sinar matahari pagi menyinari wajah mulus Yulan, gadis itu masih tertidur pulas di atas meja. Anqiu baru selesai mengangkut kayu bakar, dia meniup padam lampu minyak di atas meja kemudian membangunkan Yulan.

"nona, nona! sudah pagi" Anqiu menggoyangkan lengan Yulan.

Yulan bereaksi matanya terbuka pelan-pelan menatap wajah Anqiu yang bercucuran keringat. Dia segera duduk tegap merapikan bajunya.

"sekarang jam berapa?" tanya Yulan masih menatap pemandangan luar jendela

"matahari baru terbit" jawab Anqiu

"gawat! aku harus segera ke pasar!"

Yulan merapikan barang-barang diatas meja bergegas mengelap wajahnya menggunakan kain basah, Anqiu juga ikut mengambil bagian melayani nonanya, Yulan tak sempat berkumur dia mendengar suara sesuatu terjatuh, kejadian kemarin terulang lagi tapi berbeda tempat sumber suara itu muncul. Kali ini suara itu berasal dari dalam ruang istirahat.

"suara apa itu?" tanya Yulan meletakkan air berkumur

"suara itu . . . dari tirai pemisah ruang paman Qi"

Anqiu berjalan duluan ke dalam kain yang memisahkan kasur setiap penghuni, dia melewati kain bewarna orange. Terdengar suara rintihan kecil, paman Qi merintih kesakitan di lantai kelihatanya dia baru saja terjatuh. Anqiu menjerit dia meminta Yulan kemari mereka mengangkat tubuh paman Qi ke ranjang.

"paman tubuhmu panas, gawat!" Anqiu meraba kening paman Qi

"Anqiu ini tak boleh dibiarkan, segera panggil tabib"

"ba, baik!"

Anqiu segera pergi memanggil tabib, Yulan memanggil ama dan emenya kemari memastikan keadaan paman Qi, Dataguo meraba kening paman Qi.

"Qi, apa yang kau rasakan?"

"tuan, saya merasa dingin . . .tubuhku menggigil"

"tuanku, jangan-jangan Qi terjangkit penyakit nyamuk?" tanya nyonya Zhu'ergen

"mungkin begitu,  pokoknya pastikan dulu melalui pendapat tabib"

nyonya Zhu'ergen menyuruh Yulan membawakan selimut serta kain pembasuh, Yulanmenuruti perintah emenya menyelimuti tubuh paman Qi yang menggigil dan mengelap kening paman Qi. Tidak lama kemudian tabib yang merawat tulang Liguang kemarin pun datang, ia duduk di samping kasur paman Qi memeriksa nadinya. Tabib itu berpikir sejenak lalu menbereskan bantal kecil penyanggah tangan yang diperiksa menghampiri Yulan sekeluarga.

"tubuhnya lemah, ditambah lagi terjangkit penyakit nyamuk. Kalian sebaiknya berhati-hati merawatnya" sang tabib membawa kotak kayunya dan mengenakan topi "ikut denganku, aku akan memberi resep khusus untuknya"

"iya, Anqiu kau ikut bersamanya. tuan kira-kira berapa biaya obat-obatan ini?" Dataguo bertanya hati-hati

"dalam resep ini mengandung gingseng kemungkinan sekitar empat puluh liang"

Dataguo agak tertegun memdengar empat puluh liang disebutkan, keadaan ekonomi mereka mana bisa menanggu biaya seberat ini. Dataguo memutuskan membayar separuh dan sisanya diansur tapi dia keduluan oleh istrinya, istrinya melepaskan sepasang anting dan tusuk konde emas berbentuk peoni diberinya ke tabib itu.

"tuan, tolong selamatkan Qi, kalau perhiasan ini masih belum cukup, aku bisa memberi yamg lain" nyonya Zhu'ergen bersiap melepaskan gelang jade miliknya.

"tidak, tidak nyonya. Anting-anting ini sudah cukup" tabin itu mengembalikan tusuk konde nyonya Zhu'ergen "sampai disini saka, 4-5 hari lagi aku akan datang memeriksanya"

"terima kasih pak" kata Yulan dan orang tuanya derentak

Anqiu mengikuti sang tabib pergi, Dataguo membenarkan selimut paman Qi.

"tuan, nyonya. . . maaf merepotkan kalian. gara-gara aku kalian harus menghabiskan uang banyak"

"Qi tak perlu meminta maaf, kita ini  keluarga" Dataguo menenangkan paman Qi

"tuan . . . terima kasih" Paman Qi terharu.

------

Yulan membawa keranjang sapu tanganya ke pasar, sambil berjalan ia memeriaki barang daganganya. Dia juga mempromosikan pada para perempuan pejalan kaki, hasil penjualannya cukup bagus kini cuma tersisa dua helai sapu tangan. Yulan tersenyum menatap koin-koin dalam genggaman tangannya.

Dia menemukan sebuah toko jahit, Yulan menemui pemiliknya seorang nyonya yang elegan.

"nyonya, apa disini menerima karyawan?"

"ya, apa kau ingin melamar nona?"

"benar, ini hasil sulamanku" Yulan memberika sapu tangan hasil sulamannya pada nyonya itu "bagus, kau diterima bekerja disini, kapan kau ingin mulai bekerja?" nyonya itu mengembalikan sapu tangan Yulan.

"kapan pun!" Yulan tersenyum lebar seperti mendapat hadiah besar

nyonya iyu membawa Yulan menuju ruang dalam toko itu, dia memunjukkan Yulan ruang penyulam. Ruangan itu diisi bayak perempuan, mereka sedang sibuk menyulam, ada yang menyulam bentuk bunga krisan, peoni, anggrek atau chinese duck. peralatam disana sangat lengkap tersedia dalam sebuah kotak anyaman berbentuk bulat, Yulan terkagum-kagum memandang semuanya. Nyonya itu memperkenalkan Yulan pada seorang wanita kurus tua di sudut ruangan yang luas itu.

"bibi Luo, ini karyawan baru. Mulai sekarang dia akan bekerja di bagianmu"

"oh, senang bertemu denganmu, apa namamu?" bibi Luo tersenyum ramah

"namaku Yulan, mohon bimbinganya" Yulan membalas senyumanya

"kuserahkan sisanya adamu bibi Luo" nyonya itu pun meninggalkan Yulan di sana.

Bibi Luo memperkenalkan seluruh pekerja di dalam ruangan itu, mereka menyambut Yulan dengan ramah. Yulan mulai bekerja dia di perintahkan menyulam bunga peoni dikerjakanya dengan sepenuh hati, Yulan berpikir setelah pulamg nanti dia akan menyampaikan berita ini pada keluarganya. Tangan Yulan dengan lincah memainkan jarum itu merangkai bentuk bunga yang indah, Yulan bersenandung kecil mengikuti suasana hatinya yang gembira. Tiba-tiba jari Yulan tertusuk jarum, dia berhwnti segera meletakan jarumnya menghisap darah yang keluar dari jari telunjuknya.

"sial" kata Yulan jengkel

diluar sepertinya terjadi keributan, suara ribut kasak kusuk para pekerja bagian lain terdengar ribut. Para pekerja menghentikan aktivitas mereka, memandang keheranan satu sama lain tak tertinggal juga Yulan. Bibi Luo berdiri dari kursinya dia berjalan ke tengah ruangan untuk mendemgar lebih jelas lagi, suara kasak kusuk itu sekarang diiringi tangisan gadis kecil yang melengking tinggi. Bibi Luo memutuskan melihat situasi diluar ruangan, dia ditemani sekelompok pekerja bersama-sama menuju pintu satu-satunya di ruangam tersebut. Belum sempat tangan bibi Luo menyentuh gagang pintu, pintu itu sudah terbuka sesosok gadis kecil yamg sangat dikenal Yulan menghambur masuk.

"jie-jie! jie-jie!" Yuyan mencari-cari di antara para pekerja

Yulan mengenali suara adiknya Yuyan, dia segera menghampiri adiknya "Yuyan, ada apa? kenapa kau menangis?" Yulan menghapus air mata Yuyan.

"jie-jie . . .eme dia . . ." Yuyan menangis lagi

Tubuh Yulan menegang ketika kata eme di lontarkan dari mulut munggil yuyan, jantungnya berdetak kencang dia menjadi sangat cemas. Yulan berlutut memegangi kedua bahu adiknya kencang, dia menatapnya sangat serius.

"apa yang terjadi dengan eme!? cepat katakan Yuyan!"

Yuyan menghapus air matanya bersikap lebih tegar "eme jatuh pingsan. . . sekarang eme . . . eme sedang diperiksa tabib"

Yulan tersentak, air mukanya seputih kertas, tangannya mendingin begitu pun dengan orang-orang yang memerhatikan percakapan kedua kakak beradik itu juga turut merasakan kekhawatiran.

"Yulan, hari ini kau sudah boleh pulang, sisanya biar kami yang mengerjakan" tutur bibi Luo pebuh perhatian.

"terima kasih! terima kasih bibi Luo" Yulan hampir menangis kedua sudut matanya sudah dipenuhi air mata.

Yulan memarik tanga Yuyan bergegas meninggalkan ruang bagian menyulam, dia tak lagi peduli orang-orang yang di tabraknya tak juga meminta maaf. Hatinya dipenuhi ketakutan dia tak sempat memiliki pikiran semacam itu, langkah kaki keduanya semakin cepat seiring perjalan mencapai biara tempat tinggalnya semakin dekat.

"eme! eme!" Yulan memanggil-manggil di sertai berlari memasuki ruangan atau lebih tepatnya pembatas kamar kedua orang tuanya.

Tabib sedang memeriksa nadi nyonya Zhu'ergen, Dataguo duduk di samping ranjang menemani nyonya Zhu'ergen, Anqiu juga ada di sana bahkan Liguang dan paman Qi juga berada di situ. Yulan menghampiri tabib tersebut, sekujur tubuhnya gemetaran.

"pak, bagaimana keadaan ibuku?" tanyanya ketakutan

Tabib itu belum menjawab, seorang tamu tak diundang memasuki rumah keluarga malang ini. lagi-lagi penagih utang itu datang menggangu keluarga mereka, dia melihat kondisi nyonya Zhu'ergen dan tertawa senang menambah sait di luka keluarga itu.

"tepat sekali kondisimu" penagih itu menepuk tanganya

"apa maksudmu!? binatang pun tak akan sekeji dirimu" Liguang tak tahan.

"oh jangan salah paham anak muda, aku tidak sedang tertawa diatas penderitaanmu. aku datang untuk sebuah penawaran bagus"

"pergi! kami tak butuh penawaran apapun!" Liguang mengusir penagih itu.

"baik, bayar utangku sekarang juga" Liguang terdiam tak dapat berkutip "maka dengarkan penawaranku. aku ingin membeli anak perempuanmu untuk di nikahkan ke anakku"

"aku menolak. anakmu itu orang mati aku tak ingin anakku mengorbankan dirinya" Dataguo menolak keras penawaran enagih utang.

"nona Yulan, kalau kau bersedia melakukan Ying Qing dengan anakku maka seluruh utang keluargamu kuanggap lunas, aku juga akan memberimu banyak hadiah pernikahan, bagaimana?"

"sudah? lebih baik anda pulang sekarang, kami sedang sibuk" kata Dataguo mengusir halus penagih utang tersebut.

Semua anggota keluarga Yulan tak ada yang melayani penagih utang tersebut. Dia terpaksa meninggalkan keluarga Teoheluo. Yulan duduk di samping emenya, dia menggengam erat tangan nyonya Zhu'ergen seolah ikut merasakan penderitaan emenya, dia menangis tersedu-sedu. tabib itu tak tinggal diam, dia mengungkapkan kondisi kesehatan nyonya Zhu'ergen.

"nyonya terkena penyakit paru-paru lemah, dia membituhka n perawatan dan pengobatan serius"

Yulan merangkak menghampiri sang tabib, dia berlutut di hadapannya "pak, kumohon selamatkan ibundasku! apapun akan ku kerjakan untukmu . . . mengenai uang, aku akan bekerja keras membayarnya nanti. Tolong selamatkan ibuku, di kehidupan selanjutnya aku akan bekerja keras untukmu" Yulan menarik kaki sang tabib.

Tanib itu menarik Yulan berdiri, ia mengyakinkan Yulan akan menyelmatka nyonya Zhu'ergen "nona muda, kau tak perlu seperti ini aku akan berusaha menyelamatkan ibumu kau boleh beransur membayar biayanya"

Yulan sangat bersyukur berkali-kali dia membungkuk mengucapkan terima kasih. Dataguo mengantar tabib itu pergi mengambil obat,Yulan masih berada di sisi nyonya Zhu'ergen merawatnya. Dia mengelus sayang tangan emenya

"eme, cepat sembuh ya"

Yulan mengambil kain basah di samping kasur, di letakkannya diatas kepala emenya. Yulan merawat nyonya Zhu'ergen semalaman, dia tertidur di samping nyonya Zhu'ergen.

------

Yulan menguap lebar, sepasang mata besarnya mengeluarkan cairsn bening meluncur membasahi pipinya. Usaha merawat nyonya Zhu'ergen menbuahkan hasil yang baik, demam emenya akhirnya pulih juga. Yulan tersenyum mani menghapus air matanya berjalan menelusuri jalanan perkotaan yang ramai meneriakan barang-bararang dagangannya. Yulan tengah menuju toko jahit tempatnya bekerja.

"hei, nona Tuoheluo" seseorang memaggil namanya

Yulan otomatis menoleh, dia tak

tahu harus melarikan diri atau menyapa penagih itu. Penagih utang itu menghampirinya seutas senyum lebar menyeramkan nuncul di wajah penagih itu, dia menyapa hangat Yulan.

"selamat pagi nona Tuoheluo, apa kabarmu?"

Yulan seperti belum sepenuhnya tersadar, dia terdiam di tempat sejenak berusaha mengproses setiap perataan dan tindakan penagih itu. Ia mundur beberapa langkah memberi jarak antara dirinya dan penagih itu.

"apa maumu?" tanya Yulan singkat dan padat

"apa mauku?" Penagih utang itu bertolak pinggang tertawa keras "tentu saja sebuah penawaran untukmu"

"aku tak bu . . ." penagih utang itu memotong ucapan Yulan "dengarkan dulu, ini tidak merugikanmu" penagih itu mengubah posisinya "kalau kau bersedia menikahi anakku, seluruh utang keluargamu, biaya pengobatan keluargamu aku pasti melunasinya. juga kuberi hadiah pernikahan dan uang berlimpah untuk keluargamu,bagaimana?"

Yulan tergiur tapi logikanya mengatakan tidak boleh berbuat demikian amanya telah menolak penawaran semacam itu, dia . . .dia . . . Yulan benar-benar kebingunan sekarang.

------

teman2 untuk poating selanjutnya mungkin akan selalu terlambat mohon dimaklumi ya.

Continue Reading

You'll Also Like

37.5K 5.7K 181
Lu Gu menikah atas nama saudara laki-lakinya dan menikah dengan pemburu ganas di Desa Qingxi. Betapapun bersalahnya dia, di bawah paksaan pemukulan...
4.2M 573K 69
18+ HISTORICAL ROMANCE (VICTORIAN ERA/ENGLAND) Inggris pada masa Ratu Victoria Sebelum meninggal, ibu dari Kaytlin dan Lisette Stewart de Vere menyer...
KASHMIR By B.O.S🚀

Historical Fiction

343K 22.6K 116
Menjadi pengantin dari kerajaan yang wilayahnya telah ditaklukkan bukanlah keinginanku. Lantas bagaimana jika kerajaan yang aku masuki ini belum memi...
2.9M 102K 41
"Gus arti bismillah itu apa sih?"tanya Aisyah "Dengan menyebut nama Allah" "Kalo Alhamdulillah?" "Segala puji bagi Allah "jawab ammar "Kalo subhana...