"Kook, berapa tamu lagi?" rengek Yein yang sudah lelah terus berdiri menyambut para tamu yang memberi ucapan selamat. Dapat terhitung hanya beberapa menit ia duduk selama resepsi pernikahannya digelar.
Jungkook menatap Yein iba. Ia mengusap puncak kepalanya dan mengecup kening Yein sebentar.
"Kamu lelah?" tanya Jungkook lembut. Yein mengangguk. "Ya sudah, kamu duduk saja. Atau mau ke kamar duluan?" Yein menggeleng dan memilih duduk di kursi singgasana mereka.
Jungkook masih berdiri, menyambut tamu yang berdatangan memberinya selamat. Kebanyakan adalah teman-temannya semasa kuliah. Setelah tamu yang datang melonggar, Jungkook berjalan ke arah Yein, duduk di sisinya. Kaki Yein sepertinya terluka. Sejak tadi wanita itu terus saja memeganginya.
"Lecet?" tanya Jung-kook pelan.
Yein menggeleng. "Hanya pegal saja, Kook," Yein membalas lirih.
"Ya sudah, nanti biar aku pijit, ya?"
"Eh? Tidak apa-apa?"
Jungkook tersenyum, sangat manis di mata Yein. "Kenapa harus apa-apa? Mulai hari ini, kau istriku, sudah sepantasnya aku menjagamu."
Ye-in tersipun malu mendengar ucapan manis Jung-kook tersebut. Ah, Yein semakin jatuh cinta saja dengan lelaki bersenyum manis ini. Dia selalu saja membuat Yein bahagia dengan hal-hal kecil yang dia lakukan.
"Jeon Jungkook!"
Baik Yein mau pun Jungkook, sama-sama menoleh begitu mendengar suara feminin yang memanggil nama Jungkook.
"Seo ... Seohyun?"
Jungkook berdiri, menyapa ragu wanita yang terlihat beberapa tahun lebih dewasa dari Jungkook. Wanita itu memiliki kulit putih yang membuat riasannya tampak cantik meski tidak begitu tebal. Hal itu juga membuat gaun berwarna apa pun akan sangat cocok untuknya. Apalagi didukung oleh proporsi tubuhnya yang sempurna.
"Selamat, ya, atas pernikahanmu!" Seohyun menjabat tangan Jungkook, lalu memeluknya dengan begitu erat, sehingga membuat Yein terdiam di tempat. Menatap pemandangan itu dengan sedikit gondok. Ye-in rasa, pelukan tersebut terlalu berlebihan.
"Tunggu, sejak kapan kau pulang? Bukannya kau di Kanada?" tanya Jungkook terheran-heran setelah melepas pelukannya.
Seohyun tersenyum anggun. Netranya melirik sekilas pada Yein yang hanya duduk saja, tak berniat untuk menghampiri dirinya.
"Hei, bagaimana bisa aku tidak pulang saat teman dekatku menikah?" Soehyun tertawa riang yang membuat Jungkook tersenyum.
"Ah, kau benar!" ujar Jungkook merasa malu. Ia lantas menyampingkan tubuh besarnya agar Soehyun bisa melihat Yein. "Dia Yein, istriku. Kakinya sedang sakit, jadi hanya bisa duduk."
Seohyun tersenyum lebar, menghampiri Yein dan mengulurkan tangannya. Sejenak, Yein hanya menatap tangan itu. Entah iri atau takjub, karena tangan Seohyun begitu lentik dan terlihat lembut.
"Selamat, ya. Kau beruntung mendapatkan Jungkook."
Yein memaksakan senyum dan menerima uluran tangan Seohyun. "Terima kasih," gumamnya singkat.
"Aku yang beruntung karena mendapatkannya," ucap Jungkook seraya menatap Yein penuh arti.
Seohyun tertawa. "Mulutmu memang selalu manis, Jeon!"
Raut muka Yein semakin kesal. Ia bahkan memilih melihat ke arah lain daripada menatap dua sejoli itu. Mereka sepertinya akrab sekali. Tapi anehnya, Yein tidak suka. Padahal, pada teman-teman wanita Jungkook yang lain, Yein tidak pernah merasa sampai seperti ini. Apakah karena Seohyun begitu cantik?
"O ya, rencananya aku, Stella, Namjoon dan Yoongi akan pergi ke kafenya Hoseok besok sore. Kau akan ikut?"
Tanpa berpikir panjang, Jungkook segera menganggukkan kepalanya antusias. Lalu setelahnya Seohyun pamit. Jangan lupakan ciuman pipi kanan dan kiri yang wanita itu lakukan pada Jungkook!
"Temanmu?" tanya Yein, tidak bisa menyembunyikan ekspresi kesalnya.
Jungkook terkekeh pelan. "Dia Seohyun, teman Yoongi hyung. Tapi aku juga dekat dengannya. Di SMA dulu, kami pernah membuat sebuah band, dan dia yang jadi vocalist denganku."
Yein mengangguk kecil lalu melengos, menghindari kontak mata dengan Jungkook. Yein tidak berminat mendengar lebih lanjut cerita Jungkook dengan wanita bernama Seohyun tersebut.
***
Setelah berjam-jam acara yang menyedot begitu banyak energi, akhirnya semuanya selesai
"Bukankah kamarnya indah?" tanya Jungkook, menurunkan Yein di atas ranjang. Ia lantas ikut duduk di sisi Yein.
"Aku mau langsung tidur," gumam Yein manyun.
Jungkook mengelus pipi kanan Yein. "Kenapa? Kau berubah murung, Sayang."
"Aku mau tidur!" balas Yein.
Tanpa mempedulikan Jungkook yang lagi-lagi menghela napas panjang karena ke-tidak mengertian terhadap sikapnya, Yein membaringkan tubuh susah payah, masih dengan gaun pengantinnya yang menjuntai panjang.
"Yein-a!" panggil Jungkook pelan.
Yein tak menjawab. Malah memiringkan tubuh, membelakangi Jungkook.
"Kau marah? Kenapa?" Jungkook ikut berbaring di sisi Yein. Saat lagi-lagi tak ada jawaban, Jungkook melepas sanggul Yein, sehingga menyebabkan rambut hitam wanita itu tergerai cantik.
Jungkook beringsut memeluk pinggang ramping Yein, membuat Yein bergerak untuk menjauhkan tangan itu. Tapi tenaga Yein tidak ada apa-apanya dibandingkan tenaga Jungkook.
"Ayolah, cerita. Kau marah kenapa?" tanya Jungkook, menyisipkan kepalanya di lekuk leher Yein.
"Kook, jauh-jauh! Aku mau tidur!" pekik Yein kesal.
"Tidak. Kau belum jawab pertanyaanku!" tegas Jungkook.
"Aku hanya lelah! Pergilah menjauh!"
"Aku akan menghilangkan lelahmu." Jungkook mencium pipi Yein lembut.
"Kook!"
"Ayo, mandi!"
"Tidak. Aku mau tidur."
"Tubuhmu lengket, Yein. Mandilah dulu, baru tidur."
Yein menggeleng kuat-kuat. "Tidak mau!" tegasnya.
"Jadi kau ingin aku mandikan, hm?"
"Mesum!" celetuk Yein. "Menjauh, Kook!"
"Tidak akan! Aku suamimu. Aku sudah memiliki izin, jadi aku bebas untuk menyentuhmu."
"Terserah kau saja! Aku membencimu!"
"Hei!" Jungkook terbelalak. "Kau membenciku?" tanya Jungkook, bangun dari posisi tidurnya.
Yein juga ikut bangun, menatap Jungkook dengan kesal. Ia menarik-narik gaunnya yang menjuntai menyebalkan.
"Tentu saja aku membencimu!" ketus Yein kesal. "Kau memeluk dan mencium wanita lain di hadapanku, tepat di hari pernikahan kita! Kau pikir aku tidak kesal? Kau pikir aku tidak cemburu? Aku tahu kau memiliki banyak fans dan memiliki banyak mantan pacar, entah itu saat kau di SHS atau pun di Universitas. Tapi bisakah jangan perlihatkan kemesraan apa pun di hadapanku?" Yein terus mengoceh, sedangkan Jungkook sudah kicep di tempat mendapat semburan dari istrinya. "Seandainya waktu itu kakiku tidak sakit, aku pasti akan menyeretmu duduk di sisiku, tentunya setelah menjambak rambut wanita itu! Aku membencinya!"
Beberapa detik setelah ocehan Yein terhenti, Jungkook masih diam. Menatap Yein lekat-lekat, hingga ... pria itu terkekeh kecil, membuat Yein memberengut.
Apa yang salah? Dasar gila! Untung suami sendiri.
"Hei, Nyonya Jeon, dia hanya sebatas teman dan nuna untukku."
"Tapi aku tidak suka dia dekat-dekat denganmu, Kook!"
Jungkook tersenyum, lantas mendekat pada Yein dan memeluk wanita itu, menyimpan kepala Yein di dada bidangnya yang masih terbalut tuxedo.
"Dengar, Sayang, aku mencintaimu. Aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama dengan melakukan kontak fisik yang berlebihan pada wanita lain. Tapi mengertilah, Seohyun adalah temanku. Dia baru pulang dari Kanada."
"Jika kau mau mengatakan bahwa Seohyun adalah pengecualian, jangan tidur di kamar ini!"
Ya Tuhan!
Belum sempat Yein memberontak untuk keluar dari pelukannya, Jungkook menahan tubuh Yein semakin kuat, menyebabkan wanita itu memukuli dada Jungkook meminta dilepaskan.
"Kau tidak percaya padaku, hm?"
Pukulan Yein melemah. "Aku percaya padamu, tapi aku tidak percaya dia," jawab Yein lirih.
"Hei, Jeon Yein ... Seohyun itu orang baik."
"Aku tahu."
"Lalu?"
"Tapi aku tidak menemukan niat baiknya pada pernikahan kita."
Jungkook menggeleng pelan, lantas mengelus surai hitam Yein dengan sayang.
"Jangan kekanakan, Yein-a. Seohyun tidak mungkin seperti itu."
Yein berontak sekuat tenaga kali ini mendengar penuturan Jungkook yang entah mengapa menyakiti hatinya. Dengan tatapan nyalang, ia menatap Jungkook.
"Menikah saja dengan Seohyun-mu sana!" bentak Yein.
Tak lama, wajah garangnya berubah, saat setitik demi setitik air mata wanita itu jatuh.
"Hei, Yein-a!" Jungkook hendak meraih tangan Yein, tetapi Yein menepisnya dengan kasar kemudian beringsut mundur menjauhi Jungkook.
"Kau bilang aku kekanakkan, kan? Kau menyesal menikah denganku, kan? Kau menyesal membuatku hamil dan terjerat dalam pernikahan ini, kan? Pergi! Menikahlah dengan Seohyun Seohyun-mu itu!" isak Yein seraya memeluk lututnya.
"Hei, kau salah paham. Maafkan aku. Bukan maksudku ..."
"Jangan tidur di sini malam ini!" bentak Yein yang membuat Jungkook kicep.
"Sayang ..." Jungkook mendekat ke arah Yein. Tapi Yein menendang-nendangkan kakinya ke Jungkook. "Ini malam pertama pernikahan kita, kan? Kautega mengusirku?"
Lagi. Raut wajah Yein yang tadi sangat sedih, berubah lagi menjadi raut kesal. Astaga, hormon ibu hamil.
"Tidak peduli. Keluar! Urus saja Seohyun-mu. Anakku tidak mau ibunya dipeluk laki-laki yang lebih membela wanita lain!"
"Aihs, Yein ... Ayolah, aku minta maaf. Ini malam pertama kita, mana mungkin aku..."
"Pergi atau vas bunga ini terlempar ke wajah tampanmu, huh?"
Jungkook merinding. Buru-buru ia turun dari ranjang dan keluar dari kamar dengan tampang cemberut. Ah, mengatasi Yein dengan mood normal saja sulit, apalagi Yein yang labil karena hormon kehamilan. Astaga. Jungkook harus sabar selama kurang lebih enam bulan lagi untuk menghadapi Yein yang seperti ini!
***
Hai~ I'm back bawa pasutri baru dari keluarga Jeon!😁 gimana gimana?
Suka? Tinggalkan jejak vote dan komennya!
Semoga suka ya.
Ketjup.
Menel Choi Sungyoon😘