Catatan Hati Seorang Istri Pr...

بواسطة NhieaWidjaja

369K 17.5K 1.1K

(Khusus 18+ harap bijak memilih bacaanmu ya!) Menjadi seorang istri prajurit tidaklah mudah, harus siap denga... المزيد

Welcome to Asrama Batalyon TNI AD
Persit Baru
Persit Baru (2)
Giat Pertamaku
Ujian Pertama
LDR (Part 1)
LDR (Part 2)
LDR (Part 3)
Pertemuan
Yang Dinanti
Telat???
dr Sp. OG 😩
LDR Lagi
Home Alone - Part 2
You're Not Alone
We're Strong Wife!
Sahabat
Hobi Baru
Shopping Time!
Ruang Rindu
We're Strong Wife! 2
Cepatlah Pulang
Surprise!!!
Ramadhan Pertama
Ibadah Terindah
Cinta Halal
We're Strong Wife 3
Aku Siap!!!
Pergilah, Aku Tak Apa
Kita Bersaudara
The First Year
My First Anniv
Sahabat 2
Kesabaran & Ikhtiar
Sebuah Titipan
Kehamilan Terindah
Bertahanlah!
Jangan Pergi...!!!
Ikhlas
The Last Friendship
Menunggu Kelahiran
Persalinan yang Mencemaskan
Nyeri
Ibu yang Tak Sempurna
Broken Heart💔 Part 1
Broken Heart💔 Part 2

Home Alone

8.3K 366 11
بواسطة NhieaWidjaja

Aku tak percaya dengan apa yang mas Aji sampaikan tadi. Suasana hatiku berubah total, rasanya ingin sekali menangis, marah, dan......ah sudahlah, tak ada gunanya aku melawan aturan disini. Aku tak boleh egois, memang sudah semestinya  suamiku mendahulukan tugas negara karena itu profesinya. Dan perutku semakin terasa sakit.

"Aaaaakh...!"

"Adek kenapa?" ia nampak khawatir melihat wajahku yang meringis kesakitan dan memucat.

"Sakit, mas..." jawabku lirih, aku mendudukkan tubuhku dan memegangi perut di depan lemari yang sedari tadi sibuk menyiapkan segala keperluannya selama dinas di luar kota.

Dia menghampiriku, mengangkat dan membaringkanku di tempat tidur, "Minum obat ya? Apa sudah keluar M nya?"

"Tadi...waktu maghrib....belum, mas. Tapi, ini sudah......mulai terasa.... Lebih sakit....dari biasanya," keluhku tersendat - sendat padanya. Kali ini aku memang tak sanggup menahannya, efek obat yang ku minum selama seminggu rasanya seperti meremas kuat area perut bawahku dan memaksanya untuk mengeluarkan isi yang terhambat selama 2 bulan ini.

"Atur napas dalam ya! Bentar mas ambilkan analgesik sama air," ia bergegas ke dapur dan secepat mungkin kembali ke kamar untuk membantuku meminumnya.

"Mas, antarkan aku ke kamar mandi ya!"

Aku terduduk (jongkok) diatas kloset beberapa saat, semakin sakit tapi perlahan keluarlah cairan dan gumpalan hitam kemerahan sebesar hati ayam seperti usai melahirkan. Sedikit melegakan...!

Sekitar 5 menit aku berada di kamar mandi membersihkan diri dan setelahnya aku membaringkan tubuhku di atas kasur, rasanya seperti menguras tenaga. Tak lama mataku terpejam dan aku lupa jika esok suamiku akan berangkat melaksanakan tugasnya di luar kota.

~~~~~

"Lhooo....mas, kenapa gak bangunin aku? Jam berapa ini?" Aku terkejut melihat jendela kamar yang sudah menampakkan cahaya jingga matahari.

"Kan adek gak sholat, jadi mas biarkan adek tidur lebih lama. Ini juga masih jam setengah 7 kok!"

Aku bergegas ke kamar mandi, rasanya basah di area belakangku. Tembus! Ya ampun.... 😑😑

"Tuch kan! Gak mau bangunin jadinya luber kemana - kemana, mas." sungutku kesal karena nanti aku harus mencuci manual sprei dengan bercak darah yang lumayan banyak.

"Dah gak papa, nanti biar mas yang cucikan" tak berapa lama, ku dengar ia mencuci sprei itu di belakang rumah tanpa menggilingnya di mesin alias manual. Rasanya tidak tega melihatnya seperti itu, tapi aku tak memintanya. Kepalaku masih terasa seperti ada paku yang menancap kuat di dalamnya. Tuiing....tuiiing....

"Mas... " aku memanggilnya lirih sambil menyandarkan tubuh dan kepalaku di tepi pintu belakang.

"Ya sayang...." jawabnya tanpa memandangku.

"Mau dimasakin apa? Jadi 'kan hari ini ke Jakarta-nya?"

"Iya jadi, mungkin nanti jam 9 baru berangkat. Adek udah baikan belum? Mas tadi udah masak kok. Ada sayur bening sama sambel goreng udang, abis ini kita sarapan ya?" lanjutnya masih dengan membilas cucian.

"Maaf ya mas, aku jadi ngerepotin kamu"

"Ya sudah, ini nanti tinggal dikeringkan trus jemur ya, dek. Masih mas rendam pewangi."

"Iya mas, nanti biar aku yang lanjutin. Dah ayo sarapan!"

Mas Aji segera menghampiriku dan membopong tubuhku yang lemah ke ruang tengah dan menyiapkan sarapan beserta obat - obatku. Aku tahu, sangat tahu, jika kali ini hatinya gundah melihat kondisiku yang tidak biasanya seperti itu. Rasanya aku seperti usai keguguran. Lemah, pucat dan nyeri terasa dari kepala hingga perut bawah. Ia tak tega untuk meninggalkanku sendirian di rumah. Tapi, apalah dayanya. Ia tak bisa melalaikan tugasnya.

"Dek, kamu gak papa mas tinggal hari ini? Atau mas minta anggota saja yang gantikan mas berangkat? Tapi...." ia terdiam sejenak.

"Mas..... Aku gak papa kok! Nanti abis minum obat dan vitamin juga dah baikan. Mas berangkat aja ya! Jangan lalai sama tugasnya cuma gara - gara aku. Lagian tugas yang diamanahkan sama mas kali ini berhubungan sama nyawa oranglain. Jadi mas harus sangat bertanggung jawab daripada tugas sebelumnya,"

"Hmmm... Ya sudah kalo gitu, tapi nanti kalo ada apa - apa cepat kabari mas ya?"

"Iya sayang... Doakan aku di rumah ya!"

"Insyaa Allah..."

"Oh ya, ada pesan apa buat aku?"

"Hmmm.... Nanti di rumah tolong rawat ayamnya mas di belakang ya! Hehe.. " candanya menggodaku.

"Ya ampun, sayang.. Gak ah! Mas suruh anggota aja yang kasih makan, aku gak telaten, takut nanti dipatokin lagi sama induk ayam itu yang lagi ganas - ganasnya karena banyak anaknya."

"Iya....iyaa... Becanda kok!"

"Iih...apaan sich? Aku lagi serius, mas"

"Hmmm... Nanti kalo adek mau keluar Mayon, mau belanja atau keperluan lain harus sama teman ya, jangan pernah keluar sendirian. Terus sering - sering bergaul sama tetangga disini, jangan apatis."

"Oh ya, mas. Aku lupa mau bilang kalo kemarin itu bu Anto ngundang makan papeda rame - rame di rumahnya jam 10-an. Boleh ya aku datang?"

"Ya boleh tow, sayang. Yang penting selama disana jaga sikap ya, jangan jaim. Belajar berbaur sama yang lain."

"Iya mas. Makasih ya buat nasehatnya,"

"Udah jam setengah 9, mas ke kantor sebentar ya! Mau ambil surat jalan dulu,"

"Iya mas,"

Beberapa saat kemudian usai sarapan, mas Aji menghilang dengan cepat dari pandanganku.

Ya.....mulai saat ini aku harus belajar mandiri tanpa suami di rumah (walaupun dari dulu aku sudah terbiasa mandiri tanpa orangtua). Situasi dan lokasi yang berbeda dari jamanku kuliah dan bekerja dulu tidak bisa disamakan dengan sekarang. Aku berada di lingkungan yang penuh dengan etika militer yang harus sangat ku jaga, terlebih kemana dan dimana aku berada selalu membawa nama suamiku. Berat memang, tapi lama kelamaan aku pasti akan terbiasa.

Tepat jam 9 pagi, mas berpamitan untuk menjalankan tugasnya menuju Jakarta. Sayang, aku tak diijinkannya untuk mengantar sampai bandara. Dia bilang cukup ambulance dan anggotanya saja yang mengantar, aku tetap di rumah. Ia tak tega jika sampai aku mengantarnya ke bandara dan itu pasti akan membuatku makin sedih.

Setelah itu, aku bergegas mengganti pakaianku dan mengunci pintu rumah. Lalu, menuju rumah bu Anto yang hanya sederet 3 rumah dari rumahku. Alhamdulillah setelah meminum obat dan vitamin tadi, tubuhku mulai membaik.

"Assalamualaikum, mba..."

"Wa'alaikumsalam, eh...tante Aji datang.. Duuuuh yang galau baru ditinggal om ke Jakarta nich! Gak papa, ntee.. Masih ada tetangga rame disini kok, hehe.." kulihat bu Anto sedang sibuk menyiapkan masakan yang akan dibuatnya di ruang tengah, masih sendirian.

"Iya mba, hehe...maaf ya kalo saya jarang bisa ikut bergabung kemarin - kemarin. Soalnya baru jadi pengurus di ranting, serba sibuk, mba.. Hampir tiap hari saya disuruh ke rumah bu Romi,"

"Hehe...gak papa, santai saja. Kita di kompleks depan mah gak seribet kompleks belakang, ntee. Saya juga paham gimana rasanya jadi pengurus ranting, biasa itu...dinikmati aja. Sini duduk, tante!" lalu aku duduk di sampingnya, membantunya mengupas bawang dan teman - temannya.

"Iya mba, trus Bayu kemana nie, kok tumben gak keliatan?"

"Oh Bayu, ada di sebelah. Di rumah tante Arif, biasa bikin kacau disana."

"Hehehe.. Anak - anak, mba. Lagi seneng berpeluang itu."

"Iya... Tapi kadang over acting juga, sampe tau bikin jantungan emaknya. Duuuuh....nakalnya kebangetan!"

"Trus ini mau bikin bumbu apa aja mba? Tak bantu siapin"

"Oh iya, ini tinggal bumbu buat kuah kuning aja. Tolong dikupasin ya tante? Maaf ya ngerepotin,"

"Gak papa, mba.. Sekalian saya belajar resep juga nich!"

"Tapi udah pernah makan papeda belum?"

"Udah mba, tapi cuma sekali aja waktu masih sekolah dulu. Hehe.."

"Hmmm.. Disini hampir tiap minggu kompleks depan masak - masak, ntee. Yang paling sering ya bikin papeda. Kalo ada ikan murah gitu biasanya pada ngajakin masak rame - rame. Cuma ini tumben belum pada nongol orangnya, gak tau mungkin masih repot paling di rumah,"

"Assalamualaikum, mba." terdengar suara seseorang yang baru datang di teras rumah.

"Wa'alaikumsalam. Hei...sini masuk, ntee Anom!"

"Udah rame pa blum nich? Maaf saya telat ya ibu - ibu, hehe.. " sapa ramah bu Anom, istri adik leting suamiku yang juga masih pengantin baru.

"Gak papa, ntee. Ini baru ada tante Aji kok! Tante Arif sama tante Tejo belum pulang mengajar kayaknya, paling jam 10 baru sampe rumah. Kemarin katanya pada pulang cepat sih!" balas bu Anto yang masih umek di dapur.

"Piye mba jadi pengurus? Selamat bergabung ya! Hehe.. " sapa bu Anom  sambil memposisikan duduknya berhadapan denganku.

"Kita senasib kan, Bu... Kasih petuah apa gitu biar cepet pinter saya-nya nich?" balasku dengan mimik wajah sedih.

"Ya gampang aja kok, mba. Sampeyan harus bisa cepat berbaur sama yang lain, gak usah malu - malu, pasti nanti cepet menyesuaikan kok. Di ranting lumayan nyaman orang - orangnya, karena kebanyakan kita sama senior (istri perwira) jadi tinggal ngikut aja apa yang disampaikan,"

"Hmmm..."

"Saya juga baru di ranting kok, mba. Baru 6 - 7 bulan."

"Lumayan itu, Bu. Lha saya baru 2 mingguan,"

"Dah gak papa, tante Aji. Ngikut sajalah, cari amannya. Gak berat - berat amat kok tugasnya. Cuma memang lebih ribet daripada di anak ranting."

"Nah itu, apalagi mba.. "

"Assalamualaikum, bu Anto!" terdengar 3 suara lagi dari depan teras rumah. Bu Arif, Bu Tejo dan Bu Chiko.

Kami serentak menjawab, "wa'alaikumsalam!"

"Ayo masuk sini!" balas bu Anto lagi.

"Waaah dah rame nich! Yow...mana yang mau diolah?" sambung bu Tejo yang baru saja pulang sekolah dan masih mengenakan seragam gurunya.

"Papedanya mana? Dah jadi belom, Bu?" tanya bu Arif yang juga mengekor dari belakang bu Tejo.

"Ini mau saya bikin, tante.. Mau aduk kah?" balas bu Anto membawa sebuah wadah yang tidak terlalu besar untuk membuat papeda.

"Yaa tak kira dah jadi. Kalo suruh ngaduk gak kuat saya, hehe.. "

"Mari mba, tak bantu aduk.." sambung Bu Chiko.

" Yawes itu siapa yang mau buat tumis kangkung sama kuah kuning?"

"Saya tak bikin kangkung aja," jawab bu Tejo.

"Yuk mba, bikin kuah kuning," ajak bu Anom padaku.

"Okay!" balasku.

Kalian tahu makanan papeda gak? Enak lho! Mau nyoba? Datang ke Papua aja yuk! Hehe...

Tbc....

*****

Gud night, everybody!!!
Hoooooaaam.... 😴😴😴
#author_ngantuk

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

32.1K 1.6K 47
Hallo, Makasih yah buat yang udah tap ceritaku ini. Cerita ini murni buatan aku sendiri. Tidak sama dengan cerita manapun. Cerita ini menjelaskan kis...
61.5K 2.9K 17
Delya pasrah saat Yulita meminta dirinya untuk menjadi menantu di rumahnya. Menjadi istri dari seorang Tentara berpangkat Kapten.
72.8K 1.8K 142
⚠️17+ Maaf bila masih banyak typo bertebaran karena saya baru pertama kali menulis cerita. Cerita ini mengandung bawang,dewasa,dan komedi "Cerita in...
1.2M 105K 25
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...