Lembaran demi lembaran buku di balik Yulan. Tatapannya bergerak dari atas ke bawah membaca isi dalam buku bersampul gambar teratai itu. Yulan menutup buku berjudul Legenda Selir Berbisa lantas meletakkan buku tersebut ke atas nakas kecil di samping tubuhnya. Perempuan itu menutup matanya beristirahat sejenak. Buku dengan judul menarik itu telah menyita perhatian Yulan selama 3 jam. Ia sangat penasaran akan akhir kisah Permaisuri yang difitnah tersebut. Sungguh suatu karya memukau dari kalangan rakyat biasa tak mengerti kehidupan istana.
"Nona," Suara keras Anqiu membangunkan Yulan.
Yulan membuka matanya. Bulu mata lentiknya bergetar ringan. Anqiu berjalan cepat menghampiri nonanya. Rok dan lengan qipao kerajaan Anqiu melambai tertiup angin dari luar ruangan. Wajah gadis itu masam menunjukkan kekesalan. Pasti gadis ini bertikai lagi dengan pelayan lainnya. Yulan tersenyum lembut padanya. Ia menegakkan tubuhnya menyambut Anqiu.
Anqiu menghentakkan kakinya beberapa kali saat tiba di hadapan Yulan. Yulan tertawa kecil menyaksikan kekonyolan Anqiu. Ia tersenyum singkat.
"Siapa lagi yang membuat si manja kami marah?" goda Yulan seraya menyunggingkan senyuman jahil.
Anqiu maju ke sisi tubuh Yulan. Ia menggoyang-goyangkan tangan majikannya. "Nona, mari kita balik ke istana. Aku muak melihat wajah-wajah orang di sini. Mereka meremehkan nona!" makin ke belakang Anqiu makin merengek.
Yulan tersenyum lembut, "Tidak sekarang, ada waktunya."
"Anqiu tak mengerti, kenapa nona masih berada di tempat ini padahal kaisar berjanji melindungimu," Anqiu melepaskan tangan Yulan.
"Kau tak mengerti," Yulan meminum tehnya perlahan, "aku memilih ke sini demi kebaikan. Kalau aku masih berada di sisi kaisar, para menteri pasti berusaha mencari berbagai kesalahan demi menjauhkanku dari istana. Tidakah kau berpikir tempat ini lebih bagus dari pada istana Yang Xing? Selain dapat menghindari protes para menteri, aku juga dapat meneliti keadaan saat ini. Bergerak sesuai situasi sekaligus menekan kaisar agar bertindak," Yulan meletakkan cangkir tehnya, "Apa sekarang kau mengerti?"
Yulan menuangkan teh ke dalam cangkir hijaunya. Sementara Anqiu termenung mencerna perkataan majikannya. Yulan mengangkat cangkir teh yang masih mengepulkan uap hangat tersebut. ia menghirup uap wangi dari cangkirnya.
"Tolong panggilkan Qixian dan Wanjun kemari," Yulan meminum seteguk tehnya.
Anqiu mengangguk paham. Gadis itu berbalik berlari pergi seperti angin. Sudut roknya melambai-lambai oleh aksinya. Yulan tersenyum geli menyaksikan sikap gadis itu. Entah kenapa setiap kali nama Qixian disebut, wajah Anqiu pasti bersemu merah. Apa terjadi sesuatu antara sahabat masa kecilnya dan adik manjanya? Kelihatannya ia harus mencari tahu setelah semua masalah ini berlalu. Yulan meraih bukunya, ia kembali membaca buku tersebut.
Beberapa lama kemudian, Anqiu datang bersama Qixian dan Wanjun. Wajah Qixian dan Anqiu entah kenapa merona. Yulan lagi-lagi tersenyum penuh arti pada kedua orang yang mulai membungkuk hormat padanya secara bersamaan. Dirinya menutup buku yang di bacanya kembali. Ia mentap ke dua orang ini bergantian.
"Berdirilah," ucap Yulan pelan.
Perempuan itu menuangkan teh ke dalam tiga gelas kosong. Uap hangat mengepul melayang-layang di atas cangkir terisi tersebut.
"Ambillah kursi dan duduk disekitarku. Ada sesuatu yang ingin ku sampaikan pada kalian semua,"
Ketiganya membungkuk kecil kemudian mengambil kursi kayu bundar dari meja di tengah ruangan. Lantas duduk sesuai permintaan Yulan. Perempuan itu menatap satu persatu para pelayannya secara bergantian. Yulan tahu, mungkin caranya akan ditentang. Tetap saja inilah satu-satunya jalan agar lelaki itu merasakan betapa seriusnya masalah ini. Ia harus memperlihatkan betapa bahayanya situasi dirinya saat ini. Yulan mecengkeram sapu tangan dalam genggamannya kuat-kuat, memantapkan hati.
"Aku ingin kalian mendengarkanku, ini berhubungan dengan masa depan diriku bahkan kalian semua" Yulan menarik napas, "Aku akan memasukkan benda ini ke dalam sup makan malamku nanti," Yulan mengeluarkan sepuncuk kertas terlipat rapi berbentuk persegi dan memberikannya ke Qixian.
Ke tiganya menatap benda pemberian Yulan dengan ekspresi bingung. Alis Qixian bertaut menatap benda tersebut. ia membuka lipatannya dan mendapati isi dalamnya yang berupa bubuk putih halus. Qixian mendongak menatap majikannya tak mengerti. Jika ia tak salah menebak, maka bubuk ini harusnya merupakan sesuatu yang sangat mengerikan. Tatapan Qixian terarah serius pada Yulan.
"Apa ini nona? Jangan bilang ini adalah . . ."
"Benar, itu adalah serbuk daun dewa Guntur, racun," serentak semua pandangan keterkejutan mengarah padanya.
Ruangan yang semula damai berubah sunyi tercekat. Semua teman seperjuangannya menatap padanya tak berkedip. Meracuni diri sendiri memang terdengar tak masuk akal. Yulan pun sempat ragu akan keputusannya, ia juga takut rencananya akan gagal dan mati sia-sia. Tapi jika di lihat dari tingkat keberhasilannya, rencana ini merupakan rencana terbagus. Yulan dapat merasakan ekspresi ke tiga orang ini kini berubah dari keterkejutan menjadi penolakan. Terutama Anqiu, wajahnya memperlihatkan ketidak percayaan.
Qixian berdiri, "Anda tak boleh membahayakan diri! kita pasti memiliki cara lain. Kaisar akan mengembalikan nona ke dalam harem. Yang Mulia tak akan mengingkari janjinya," Ucap Qixian cepat.
Yulan menggeleng, "Bagaimana kalau masalah ini berlanjut hingga sebulan, setahun atau bahkan selama-lamanya? aku tak dapat menunggu begitu lama. Kedua orang tuaku, paman, juga kakak tertuaku tak dapat di biarkan menunggu, hukuman akan segera dijatuhkan," Yulan menelan kepahitannya, "lagi pula jika mendapat perawatan dalam waktu cepat, aku yakin tak akan mematikan" kata Yulan berusaha menyakinkan.
Ke tiga orang tersebut saling menatap, menanyakan pendapat dalam kebisuan mereka. Yulan hanya diam menatap ke 3 orang tersebut penuh harap. Akhirnya, setelah penantian yang cukup menegangkan berlalu, ke tiga orang tersebut mengangguk serentak menyetujui. Hati Yulan menghangat dan ia tersenyum haru. Biar dunia menghianati dirinya sekali pun, setidaknya ia masih memiliki ke tiga orang yang begitu setia padanya, menemani dirinya melewati berbagai kondisi terendah dalam hidup. Yulan tersenyum singkat menyaksikan kekompakan mereka.
"Terima kasih . . . " kata Yulan haru, "mulai saat ini lakukanlah apapun seperti biasanya. Hingga saat itu tiba, bersikaplah wajar."
Wanjun, Anqiu dan Qixian membungkuk bersamaan, "Zha,"
Ke tiga orang tersebut bubar dan mulai mengerjakan pekerjaan tertinggal mereka. Yulan mengalihkan tatapannya ke atas nakas kecil. Ia mengambil cangkir yang masih mengepulkan uap hangat. Yulan meneguk habis seluruh isi cangkirnya lantas membuka lembaran baru dari buku berisi kisah hidup seorang permaisuri buangan. Satu jam berikutnya, mungkin nasibnya akan berubah total. Ia akan kembali ke dalam harem atau berakhir di tempat ini.
-------
Bau wangi makanan-makanan bertebaran menggundah selera siapa saja yang akan menyantapnya. Makanan-makanan di atas meja bundar kayu baobab tersebut masih mengepulkan uap hangat. Terutama sup hati teratai papermint dalam mangkuk kuning bergambar naga dengan matahari yang sangat detail. Bayi kai lan masak abalone, ayam herbal bakar, serta bakso daging manis pedas sama sekali tak terlihat lezat di mata Yulan. Inilah penentuan dalam hidupnya. Segalanya ia pertaruhkan dalam sup hati teratai papermint di hadapannya ini. Yulan mendongak menatap ketiga orang di sisinya bergantian menyebabkan kuncir giok jepit merak emas di atas sanggulannya berdentang ringan.
Tatapan ketiga orang tersebut tertuju lurus pada sup di atas meja bertaplak satin bordir emas. Beberapa saat lalu majikannya telah meletakkan racun itu ke dalam sup penyegar tersebut. ke tiganya ikut khawatir menyaksikan majikannya mulai mengayunkan sendok menyendok sup itu ke dalam mangkuk kecil bergambar sama dengan mangkuk besar tersebut.
"Nona . . . apakah anda yakin ini tak akan berbahaya?" sepasang alis Anqiu berkerut dalam, "mungkin masih ada cara-"
"Tidak. Inilah cara satu-satunya menutup mulut para menteri dan memberi tekanan pada Yang Mulia," sela Yulan tegas.
Perempuan itu mengangkat mangkuk kecil itu lantas menempelkannya ke mulut dan meminumnya sekaligus. Ke tiga orang di sisinya menatap momen itu dengan perasaan bercampur aduk. Yulan mengusap sudut bibirnya dengan sapu tangan satin. Sebentar lagi mungkin efek dari serbuk daun dewa Guntur akan mulai bereaksi dalam tubuhnya. Yulan mendongak menatap ke 3 orang tersebut bergantian. Ia menyunggingkan senyuman tulus pada ke tiga orang tersebut.
"Jangan memasang wajah seperti itu,kita pasti akan bertemu lagi," Yulan berusaha tersenyum meskipun tenggorokannya mulai terbakar, "setelah aku pingsan . . . lakukanlah sesuai rencana . . ." kali ini Yulan terbatuk-batuk.
Anqiu buru-buru maju ke sisi Yulan. Gadis itu menepuk-nepuk punggung Yulan dengan khawatir. Batuk Yulan semakin menjadi, kali ini ia merasakan mual. Dunia bagai berputar-putar, sekujur tubuhnya lemas. Yulan terjatuh dari kursinya. Kini jantungnya pun berdebar-debar seperti siap meledak. Perutnya berputar dan ia langsung memuntahkan cairan dalam perutnya. Wanjun dan Qixian bergegas menghampiri dirinya. Keduanya menopang tubuh Yulan.
"Nona, anda tak apa?" Tanya Anqiu dengan nada cemas dan hampir menangis.
Yulan membuka mulutnya bersuara, namun tak ada bunyi apa pun yang terdengar. Ia melambaikan tangannya pada Anqiu. Baru saja tangan gemetarnya di layangkan, sekali lagi ia mengeluarkan isi dalam perutnya kali ini disertai sedikit darah. Wanjun lebih dulu bertindak, ia memerintahkan Qixian melapor pada kaisar sementara dirinya dan Anqiu bergegas menopang majikan mereka menuju ranjang di dalam ruangan. Dalam kondisi tak bisa bergerak sama sekali itu, Yulan sunguh sangat berterima kasih pada para teman-temannya ini. tak ada diantara mereka yang mengeluhkan tindakannya, mereka bahkan dengan gigih menjalankan apa yang sudah di rencanakannya.
Dalam pandangannya buyarnya, ia melihat sosok Wanjun berlari menuju pintu selimut tebal dan keluar dari penglihatannya. Keningnya di elus seseorang dan selanjut ia sepenuhnya tak merasakan apapun lagi.
To be Continue . . .
telat sehari nge-post (>.<)
akhir-akhir ini perhatian saya sering teralihkan. apalagi kemampuan menulis saya juga menurun (*^*) benar-benar frustasi . . . aish . . .
mudah-mudahan kalian menikmati postingan pendek ini ya. selanjutnya saya akan terus berusaha. (T=T)