Ezekiel baru pulang dari les piano, tapi dia tidak menemukan kabar Tante yang serupa dengan Mamanya. Dia pun mendatangi seorang pria yang menjadi kepercayaan Kakek Neneknya untuk menjaga dirinya selama 24 jam. Ezekiel mengajak Paman Travis ke ruang belajarnya yang isinya, penuh dengan buku-buku.
"Paman, di mana Mama─ tidak, maksudku, di mana Tante Irene? Apa dia baik-baik saja di apartemennya?"
Paman Travis menggeleng, "Nona Jossi telah kembali ke Indonesia, Tuan muda."
"Apa? Kembali?! Kenapa tidak ada yang mengatakannya padaku?"
"Apa Anda penting untuk di beri tahu?"
"Kau!!"
Pria seusia Ayahnya itu menahan tawa melihat wajah jengkel Tuan mudanya, "Saya bercanda, Tuan muda. Nona Jossi kembali karena Ayah dari sahabatnya meninggal, jadi Nona Jossi harus menemani sahabatnya yang sedang berduka di Indonesia."
Ezekiel pun menopang dagu di atas meja belajarnya, "Birmingham tidak buruk tapi Indonesia akan buruk jika ada Papa dan Tante cantik di sana, apalagi kalau mereka hanya berduaan. Itu akan sangat-sangat buruk, iya kan Paman?"
"Bisa di bilang begitu, Tuan muda."
Matanya melirik buku biologi, dia pun mengambilnya. "Menurut materi yang aku pelajari dari lama, ada yang namanya proses reproduksi untuk memiliki anak. Paman, aku belum siap memiliki Adik tapi aku sudah sangat siap memiliki Mama baru."
Paman Travis kembali menahan tawa mendengarnya, "Lalu apa yang Anda inginkan sekarang, Tuan muda?"
"Bagaimana jika kita ke Indonesia?" Matanya berbinar cerah, dia sangat semangat untuk menjelajahi kemana pun jika tujuannya, menemui sang Tante cantik.
"Nyonya besar akan marah jika Anda nekat untuk pergi ke Indonesia lagi,"
"Kalau begitu, kau temani aku kabur!"
"Tuan muda ...."
"Ayo kita kabur!!"
Di Indonesia, Rene meremat jemarinya sendiri saat begitu banyak warga yang datang untuk menggerebek dirinya sedangkan beberapa menit sebelum penggerebekan terjadi. Para Ibu-ibu yang memang hobi ngerumpi di halaman rumah mereka, atau di mana pun mereka berada.
"Jeng, Jeng tahu tidak? Rumah itu kan yang tinggal cuma satu, cewek! Tapi saya lihat, dia di antar pulang sama cowok!" Ibu-ibu dengan bibir merah merona, bicara dengan wajah yang menampilkan raut menghasut.
"Benar, Bu? Ih awas aja kalau sampe mereka berbuat zina, ih amit-amit!"
Lagi heboh-heboh bergosip, yang di bicarakan datang dengan mobil mewahnya. Mereka pun memperhatikan dengan baik saat mobil datang, mereka juga mendekat dengan memicingkan mata saat melihat Rene membuka pintu dengan piyama tidur yang cukup seksi. Langsunglah, sejuta persepsi muncul di kepala masing-masing.
"Bu! Lihat! Mereka pasti mau berbuat zina! Ayo lapor ke Pak RT biar di grebek!"
"Benar itu, Bu! Ayo kita lapor!"
Dan jadilah seperti ini, ketua dari geng Ibu-ibu yang suka bergosip, di dampingi Pak RT dan Bu RT. Mereka duduk berhadapan dengan Lucas yang duduk dengan tegap.
"Begini, Pak dan Mbak. Kami sudah mendengar kesaksian dari Ibu-ibu yang sedang kumpul tidak jauh dari rumah ini, mereka mengatakan, jika Bapak ini dan Mbaknya melakukan zina. Alangkah baiknya, kalian menikah dengan di saksikan kami."
Ya Tuhan! Ini sangat memalukan, haruskah menikah dengan cara di grebek lebih dulu? Rene terus menunduk saking malunya dia untuk mengangkat kepala, Lucas juga merasakan hal yang sama, tapi dia berusaha tenang hingga asisten Ben datang dan memberi penjelasan. Bahkan, dalam waktu kilat, asisten Ben berhasil mendapatkan pernyataan jika Lucas dan Rene sebenarnya sudah menikah.
Itu bukan data palsu, yang asisten Ben bawa adalah data Lucas dengan mendiang istrinya. Ini ada untungnya, jadi asisten Ben bisa membawa surat nikah Lucas dan mendiang istrinya untuk mengatakan pada warga juga Rt setempat, bahwa Lucas dan Rene itu sudah menikah. Pak RT pun melihat surat nikah dan melihat tanggal yang tertera.
"Kalian sudah menikah hampir dua belas tahun lalu?"
Lucas mengangguk, "Benar, Pak. Hanya saja, saya bekerja di luar negeri, jadi jarang pulang."
Pak RT mengangguk, "Kalau begitu. Maafkan kami yang sudah mengganggu waktu kalian,"
"Tidak masalah, Pak."
Setelah mereka semua pergi, barulah Rene bisa menyandarkan punggungnya ke Sandara sofa dengan wajah lega. "Kau mendapatkan semua itu dari mana? Jangan bilang, kau memalsukan data?"
"Itu surat nikah dan buku nikahku dengan mendiang istriku, kalian memiliki wajah juga nama yang sama, tidak akan menjadi masalah kan?"
Rene yang tadi memejamkan mata, kini membukanya kembali. Dia pun menatap Lucas, "Boleh aku lihat buku nikahmu?"
"Silakan,"
Rene melihat buku nikah, dia juga melihat KTP milik mendiang istri Lucas, mereka berdua memang sama. Tanggal lahir saja, keduanya sama. Ini bukan lagi suatu kebetulan, apalagi saat Rene melihat foto mendiang istri Lucas di buku nikah. "Ini fotoku saat wisuda,"
"Kau bicara sesuatu?"
Rene menggeleng, dia menutup buku nikah dan memberikannya kembali pada Lucas. "Apa ada sesuatu yang membuatmu mendapat kenangan baru?"
Lagi, Rene menggeleng. "Aku hanya terkejut, mendiang istrimu seperti diriku. Tanggal lahir kami sama, bahkan foto di buku nikah kalian adalah foto yang sama dengan yang aku gunakan saat pengambilan foto wisuda. Tunggu─ Lucas, boleh aku lihat lagi buku nikah kalian?"
"Silakan,"
Rene melihat tanggal mereka menikah dan di saat itu juga, tubuhnya menegang. "Di saat mereka menikah, aku pindah ke dimensi kedua. Tanggal dan bulan sama, namun tahun yang berbeda," Rene berbicara dengan nada yang hanya bisa dia dengar sendiri.
"Lucas,"
"Ya?"
"Mendiang istrimu meninggal enam tahun lalu? Benar-benar karena kecelakaan mobil?"
"Benar, sesuatu membuatmu kembali merasa ragu?"
"Lucas, aku tahu, ini akan membingungkanmu dan terdengar fantasi tapi hidupku juga sudah sangat fantasi. Lucas, bolehkah aku melakukan tes DNA dengan Ezekiel?"
"Tes DNA?"
Rene mengangguk sembari menggigit bibir bawahnya.
***
"Sekali Nenek bilang tidak, maka akan tetap tidak!"
Ezekiel mengeluh, "Nenek ayolah. Aku harus ke Indonesia,"
"Tidak boleh! Di sana, kamu tidak ada yang mengurus kalau di sini, ada Nenek!"
"Nek, aku ingin mencari Mama baru!"
"Tidak─ eh, apa-apa? Mama baru?"
Menyadari Neneknya antusias, Ezekiel lebih antusias lagi, dia pun mengangguk. "Benar, Nek! Aku menemukan target terbaik untuk menjadi Mama baruku, tapi calon Mama baruku ada di Indonesia. Aku ingin menemui Mama baru lalu meminta Papa menikah dengan Mama baru!"
"Setuju! Kalau begitu, ayo kita ke Indonesia. Mereka harus menikah, kamu punya Mama baru dan Nenek punya menantu baru!"
Paman Travis dan pelayan yang mengasuh Rene, keduanya menggeleng tidak percaya, mendengar obrolan tak biasa cucu dan Nenek satu itu.
"Ayo, Nek! Kita harus naik helikopter!"
"Kau mau baling-balingnya merajuk dan lepas satu persatu karena harus terbang dari Birmingham ke Indonesia?"
"Kalau begitu, ayo naik kuda!"
"Kuda akan mati di tengah jalan!"
"Naik keledai!"
"Naik unta!"
"Naik pesawat!" Mama Louisa membekap mulut Ezekiel agar berhenti bernegosiasi, dia pun membawa cucunya pergi masih dengan membekap mulutnya agar berhenti bicara.
Mama Louisa mengingat satu hal, dia melepas bekapan tangannya pada mulut Ezekiel. "TRAVIS! SIAPKAN MOBIL! JANGAN SIBUK DENGAN PACAR BARU TERUS! INGAT STORMI DAN AIRE!"
Paman Travis memijat pelipisnya yang berdenyut, "NYONYA! KAMI DUA ORANG YANG BERBEDA! HANYA NAMA YANG KEBETULAN SAMA!"
"SUKA-SUKA AKU!"
"Astaga, Tuhan, berikanlah aku kesabaran berlebih."
"Amin,"
Paman Travis menatap pelayan yang mengaminkan ucapannya, tapi tak lama, dia mengangguk. "Terima kasih sudah mengaminkan,"
"Sama-sama, Tuan Travis."
***
SPAM KOMENT UNTUK NEXT!!!
Papayyy!!