Part 33 : Kebohongan Ayna

Comenzar desde el principio
                                    

"Maulah," jawab Ayna cepat.

"Ya sudah nurut sama suami kamu ini,"

"Ya tapi, Pak?"

"Atau kamu mau saya ajak ibadah yang lain?" Ayna memicingkan mata mendengar pertanyaan Arqan.

"Apa emangnya?" tanya Ayna.

"Bikin anak," jawab Arqan sambil mengangkat kedua bahunya, jangan lupakan jika didepannya Ayna sudah menggigit bibir bawahnya lalu melayangkan satu pukulan kecil pada lengan lelaki itu.

"Mesum! Ini masih siang ya, jangan bahas hal yang gitu."

"Berarti kalau malam, boleh?" tanya Arqan yang kembali mensejajarkan wajahnya, hembusan nafas lelaki itu bahkan terasa sekali.

"Y-ya nggak gitu juga konsepnya." Ayna memalingkan wajahnya ke samping, dia pastikan saat ini pasti pipinya sudah memerah.

"Kamu blusing." Ayna menoleh pada Arqan yang kini tersenyum kecil, tuh kan? Ayna jadi malu ketahuan blushing.

"Gara-gara, Pak Arqan!" Untuk kedua kalinya Ayna melayangkan pukulan kecil pada lengan Arqan.

"Jadi mau ikut atau tidak? Melangkahkan kakinya saja sudah berpahala Ayna apalagi datang dan mendengarkan ceramah di sana, pahala kamu bisa berlipat."

"Ya udah, Bapak tunggu di luar sana! Saya mau ganti baju dulu." Ayna mendorong tubuh Arqan untuk kembali keluar.

"Tidak mau saya temani? Atau saya bantu gantikan?" tanya Arqan sambil tersenyum kecil.

"Ishhh, makin ke sini kok makin mesum sih? Udah deh Bapak keluar dulu!"

Setelahnya Ayna benar-benar menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam, sedangkan Arqan yang menunggunya diluar kamar tak menghentikkan senyumnya. Melihat raut wajah kesal Ayna menurut Arqan itu sangat gemas, apalagi saat pipinya memerah karena malu, perempuannya itu memang telah benar-benar membuat Arqan jatuh hati.

Tapi 30 detik setelahnya, senyum Arqan meluntur begitu saja. Hatinya cukup sakit saat mendengar pengakuan Ayna yang berbohong tentang bertemu Dinda. Ya, bukan tanpa alasan ia mendesak tubuh Ayna mundur tadi. Arqan hanya ingin tahu apa Ayna akan jujur atau tidak jika sebenarnya dia telah bertemu Rafka tanpa sepengetahuan Arqan.

Setengah jam yang lalu, Arqan tanpa sengaja melihat interaksi Ayna dan Rafka yang keluar dari cafe. Saat itu dia memang baru saja pulang dari kampus, di perjalanan mobilnya berhenti saat lampu merah dan saat itu pula ekor matanya tak sengaja melihat istrinya tengah didekap oleh laki-laki lain, posisi letak cafe yang memang dekat dengan lampu merah membuat Arqan benar-benar meyakini jika dua insan yang tengah berpelukan itu adalah Ayna dan Rafka.

"Astagfirullah, ampuni hamba Ya Rabb. Hamba belum bisa membimbing istri hamba sendiri ke jalan yang benar." Arqan mendesah pelan, niatnya mengajak Ayna kajian pun bukan tanpa alasan. Ia ingin mengajari Ayna pelan-pelan, salah satunya dengan sesering mungkin membawa Ayna ke kajian seperti ini.

•••

Ayna merenung dengan kaki yang terjuntai masuk ke dalam kolam renang, hari ini sudah sore menjelang malam. 1 jam yang lalu dia dan Arqan baru saja tiba pulang dari kajian yang membahas macam-macam dosa seorang istri.

Gadis itu menghela nafas, cukup tertampar dengan perkatan ustadz di kajian itu. Ayna masih ingat saat sang ustadz mengatakan.

Sabda Rasulullah Shallahu alaihi wasalam: "Siapa saja perempuan yang keluar rumahnya tanpa ijin suaminya dia akan dilaknat oleh Allah sampai dia kembali kepada suaminya atau suaminya ridha terhadapnya." (HR. Al Khatib)

Dia jadi ingat saat tadi pagi yang diam-diam menemui Rafka tanpa izin Arqan, dan saat suaminya itu bertanya Ayna malah berbohong dan mengatakan jika ia bertemu Dinda. Bisa dipastikan jika dosanya kini berlipat, tak izin pada suami lalu berbohong pada suami.

Yang kedua, Ayna juga ingat saat ustadz tersebut membahas tentang hubungan suami istri dalam tanda kutip 'kebutuhan biologis'. Selama 3 bulan menikah dengan Arqan, ia tak pernah sama sekali memenuhi kebutuhan biologisnya. Ayna seringkali menolak saat kode-kode Arqan mengarah ke sana. Untuk sekarang, perasaan bersalah mulai merambat di hatinya. Meski lelaki itu pernah mengatakan tak akan memaksa dan siap menunggu sampai dirinya siap, tapi Ayna sekarang tau jika laki-laki itu harus mendapatkan haknya.

Lagipula, perkataan ustadz itu juga terus terngiang-ngiang di telinga Ayna.

Sabda Rasulullah Shallahu alaihi wasalam, "Apabila suami memanggil isterinya ke tempat tidur, ia tidak datang niscaya malaikat melaknat isteri itu sampai Subuh." (HR. Bukhari dan Muslim)

"Berarti selama ini aku terus-terusan dilaknat sama malaikat dong?" Ayna bergumam sambil bergidik ngeri.

"Apa emang ini udah waktunya aku biarin pak Arqan milikin aku seutuhnya?"

•••

Gimana chapter ini?

Go follow akunku dulu gengs...

Follow juga Tiktok aku: @fiaafnh

Aku sering buat konten-konten menarik di sana, kalian bisa lihat dan bagikan.

Dear My Husband (COMPLETE)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora