#2

5.4K 280 9
                                    

life must go on

flashback : 6 bulan sebelum kelulusan SMA 

Hariku sangatlah hampa, terpaan ujian dan cobaan sepertinya tidak pernah bosan hadir disetiap hari-hariku. Semangat hidup rendah dan wajah lesu tak bersemangat selalu jadi penghias tubuhku setiap hari. 
hingga akhirnya sesuatu hal yang tidak terduga terjadi..

Restoran Kintamani 

Pada saat ini aku dan teman-temanku sedang makan di sebuah restoran. Tidak hanya kami saja tetapi juga beberapa teman kerja ibu temanku, Maya. Ibunya Maya sedang merayakan naik jabatannya beberapa teman kerjanya hadir disana. Tidak terlihat canggung di sana karena ada diantaranya yang merupakan tetangga rumahku. 

Hal sialanpun terjadi. Aku menjadi bahan olokkan dari orang-orang yang hadir disana. Ya, aku memang senang memandangi salah seorang yang menjadi tamu undangan disana. bukan memiliki maksud yang aneh-aneh tapi memandangi dan menunggu kehadirannya mampu mengalihkan perhatianku terhadap permasalahan yang terjadi.

Namun, sial saja banyak mereka yang tahu dan menjadikan itu bahan olokkan. Malu, jelas sangat malu. Tapi aku diam saja memasang wajah santai seperti tidak terjadi apa-apa. 

Tiba-tiba handphone Terry berdering. membuatku menengok ke arahnya penasaran.

"siap tante, saya segera kesana," kata Terry dengan wajah panik

Aku Deni, Thoriq dan Terry bergegas kerumahku. Ternyata, mamaku yang menghubungi Terry karena handphone ku dan kedua temanku itu tidak bisa dihubungi. Zahra menyusul dari rumahnya karena ia tidak ikut makan bersama di Restoran. Kami meninggalkan teman-teman dan para tamu disana. Aku panik, mengapa tiba-tiba mamaku telfon bahkan sangat memaksa untuk buru-buru. 

Sesampainya di rumah. Halaman rumahku ramai dengan mobil-mobil yang terparkir di sana, kulihat banyak sekali orang yang ada di dalam. Aku diarahkan oleh tanteku menuju pintu belakang. 

Lagi-lagi aku diburu-buru berganti baju. Baju ini indah terdapat brukat sebagai penghiasnya, warnanya nude. Tiba-tiba sepupuku datang  dengan perkakas makeupnya menghias wajahku kilat dengan tangan lihainya. Aku seperti orang yang berbeda. 

Tidak sempat bertanya-tanya aku digiring menuju ruang keluarga dan didudukkan di kursi di tengah kedua orang tuaku. 

"Selamat malam, para hadirin yang terhormat. segala puji dan syukur kita panjatkan........"
kata seseorang paruh baya di sisi sana. Aku terbingung, seperti akan dilamar saja rasanya. padahal pacar saja aku tidak punya.

"Dimohon untuk ananda Jefrry Batubara dan ananda Elfareya Aira Hartono untuk berdiri di tengah."
Aku terbingung. Terry mencolek tanganku untuk tersadar dari lamunan dan menyuruhku menjalani apa yang dikatakan pembawa acara tersebut

Pria yang tidak kukenal itu mengangkat tangannya yang memegang mikrofon seraya berkata

"Mungkin engkau belum mengenalku, izinkan aku memperkenalkan namaku sebelum kita saling mengenal lebih jauh. Jeffry Aldian Batubara. Jeffry singkatnya. Di malam ini aku dan keluargaku datang untuk melamarmu wahai Elfareya Aira Hartono. Mungkin terkesan mendadak, tapi aku berharap kamu mau menerima pinanganku,"  ucap pria muda berseragam yang ada di depanku ini

"Ananda Elfareya Aira Hartono dipersilahkan, apakah akan menerima pinangan ananda Jeffry Aldian Batubara." 

Aku memegang mikrofon dengan gemetar. bulu kuduk berdiri, pikiranku tidak dapat berpikir dengan jernih. Badanku mematung dan terasa mendingin. Temanku Nissa yang tiba - tiba menghampiri diam - diam dibelakangku berbisik.

"Terima anjim, ganteng gitu udah mapan juga. jangan ditolak."

"Tapi gue ga kenal anjim" bisikku

"Nanti aja kenalannya. cepet anjir kita diliatin" 

bisikan-bisikan ini akhirnya. berakhir 

"Ya, aku mau" 

Semua bibir bersorak dan menampakkan senyum yang sangat lebar. 


***

Aku masih ingat gambaran indah itu. Bagaimana ribetnya mengurusi baju pernikahan, gedung, katering dan berbagai hal lainnya. 

Sayangnya harapan indah itu musnah. Pria yang seharusnya menjadi satu-satunya itu meninggalkanku lebih dulu. 

Nyawanya direnggut oleh sebuah truk dengan kecepatan kencang yang melintas saat ia sedang  bertugas. 

Hari-hari bahagia yang sangat ku impikan dengan pria tak terduga itu harus dikubur dalam-dalam.

Aku menangisi liang nya hingga terpingsan saat itu, tidak ada yang mengerti tentang kisah pertunangan singkat ini. Hanya teman dan keluarga yang hadir dalam acara tersebut. 

Dirinya yang hebat dan sangat menawan itu memang sulit dilupakan. Tapi hidupku harus terus berjalan meskipun aku masih sering menangis dan sedih jika mengingat tentang dirinya. 

Alih-alih mengikuti jejaknya menuju AKPOL aku beralih menuju AKMIL karena takut teringat oleh tempat dan kebiasaan yang sering ia lakukan disana. 

Rev: 27/05/21

[END] The ColdestWhere stories live. Discover now