#71

1.3K 84 2
                                    




"Sayang, wake up please" ucap seorang lelaki dengan nada khawatir yang sedang menepuk nepuk pipiku lembut

Aku terbangun dengan kondisi mataku yang basah. Aku memimpikannya lagi. Masa lalu dan kenangan buruk.

"Ada apa sayang?"ucapnya menarikku kerengkuhannya

"Aku memimpikannya lagi. Kapan bayangan hitam itu hilang?" Ucapku lirih

"Mereka akan hilang. Kamu hanya perlu fokus ke depan. Ada Abang dan anak kita. Mereka bukan hal penting. Life must go on"

"Kalau tidak ada mereka belum tentu kita bertemu sayang, mereka menyakitkan tapi ingat setelah sakit akan ada hal bahagia. Meskipun tidak selalu mulus tapi kita pasti akan bahagia"

"Duka mendalam memang susah di hilangkan. Abangpun juga terkadang merasakan itu dulu tapi setelah berjalannya waktu itu perlahan membaik. Kamu hebat sudah sampai di titik ini"

"Tapi sepertinya usaha El sia sia abang. Mereka tetap ada dan tidak hilang hilang" ucapku

"Tidak ada yang sia sia. Keberadaanmu sangatlah berharga. Hanya saja belum sepenuhnya pulih, tidak apa. Mencoba sudah bagus dari pada tidak sama sekali. Ingat janji kita untuk berjalan bersama sama kan?"

"Iya abang" ucapku mengeratkan kembali pelukannya

_________________________

"Danial"

Aku mendengar namaku dipanggil

"Iya, Dane?" Jawabku

"Bisakah kau antarkan aku membeli bunga? Aku butuh itu untuk mengingatkan Anisha padaku" ucapnya

"Sure, mau beli kapan?" Tanyaku

"Sekarang tidak apa"

Kami menaiki mobil range roverku untuk mencari bunga. Aku tidak tahu kalau adikku ternyata menyukai bunga.

"Dia menyukai bunga? Kau yakin akan hal itu?" Tanyaku masih belum percaya kalau adikku itu menyukai bunga

"Ia sering ku beri bunga dahulu. Bermacam macam warna dan jenis. Hanya setangkai tapi aku ingat pipinya selalu memerah" ucapnya dengan senyum senyum sendiri

"Aku yakin Mateen tidak pernah memberikannya. Saat aku bertanya kemarin di telefon dia juga bingung saat kutanya bunga apa yang pernah dia beri. Dia tidak pernah memberikan itu. Setidaknya dengan ini ingatannya akan kembali bahwa itu aku" lanjutnya

"Dane, aku ingin bertanya. Apakah dulu Anisha pernah curhat denganmu?" Tanyaku

"Sering, tapi saat itu aku menganggapnya sebagai anak kecil yang mudah tersinggung. Tapi setelah kupikir pikir sepertinya ia curahan hatinya"

"Dia cerita seperti apa?" Aku semakin penasaran

"Harus dari mana aku mulai. Dia selalu bercerita sambil menangis seingatku. Betapa menyedihkan hidupnya katanya. Awalnya aku tidak paham apa maksudnya. Katanya sejak kecil ia selalu dibandingkan dengan kau dan keluarga mateen. Ia sempat dilarang untuk bermain denganku dan teman temannya yang lain karena nilainya jelek dan iri denganmu karena kau boleh bermain"

"Ia merasa selalu di jauhkan dari apa yang ia suka, teman atau apapun itu. Aku ingat ia sempat menangis sesegukan karena boneka yang kuberikan dibuang oleh ibumu. Aku hanya tertawa dan menenangkannya karena boneka itu kudapatkan saat bermain di jerudong park waktu itu jelas tidak mahal"

"Tapi menurutnya itu sangat berharga karena aku yang memberikan. Aku juga tidak menyangka bahwa dia sangat menyukai boneka tersebut. Aku selalu ingat dia menangis karena itu, dia kesepian dan tidak ada yang mengerti. Aku sedih sebenarnya saat harus pergi tapi tidak ada pilihan lain"

"Cerita yang ia ceritakan terlalu menyedihkan untuk anak seusianya dahulu. Trauma masa kecilnya mungkin menumpuk hingga saat ini. Ia menjadi berontak karena hatinya sudah tidak kuat. Tapi dia begitu menyayangimu Danial, makanya dia tidak pernah menceritakan kesedihannya. Ia begitu menyayangimu dan selalu menganggapmu sebagai pahlawannya"

"Dia bilang karena kau selalu menemaninya kalau mimpi buruk dan selalu membelikan es krim ketika ia menangis meskipun kau tidak pernah tau apa alasannya menangis"

"Dan mungkin karena kalian menjadi dewasa dan jauh ia mulai kehilangan hal hal itu. Dan menganggap dirinya hanya sendirian, makanya menjadi seperti ini"

"Aku berjanji padamu. Aku akan membuatnya menjadi seperti dahulu. Mungkin bukan 100% tapi setidaknya lebih baik. Dia hanya perlu orang lain menganggapnya ada dan berharga. Hanya itu saja"

Aku menangis mendengarnya. Aku tidak menyangka bahwa bukan karena cerita cinta bodoh yang membuatnya seperti ini tapi ternyata ada sangkut pautnya denganku dan kedua orang tuaku.

Aku merasa bersalah membiarkannya berkuliah sendiri di paris. Kalau tau begini ceritanya aku pasti melarangnga atau ijut tinggal disana.


Jangan lupa follow, vote, dan komen ☺️

[END] The Coldestحيث تعيش القصص. اكتشف الآن