#45

1.8K 109 2
                                    


Sekarang gue sama Kevin udah keluar dari ruangan yang jahanam itu. Ya, gue sadar kalau misalkan tempat itu maksiat banget. Tapi nggak tahu kenapa  selalu ada dorongan untuk datang ke tempat itu lagi, lagi, lagi, dan lagi. Gue bukan anak yang dikasih kebebasan atau dikekang banget cuman emang kadang susah buat kalau minta izin keluar apalagi kalau tau ke club.

Sekarang gue ada di halaman luar, udah jauh banget dari ruangan itu suara bising musik pun udah nggak kedengeran sama sekali. Kondisi gue sekarang mapah Kevin yang tiba-tiba jadi lemes parah bahkan dia enggak sekali dua kali mencoba untuk muntah tapi nggak keluar-keluar sayangnya. Pasti perutnya udah mual banget sih kelihatan dari mukanya yang tiba-tiba pucat bibirnya aja udah jadi kering kerontang.

"Lo kok bisa kaya gini sih Vin?, emang boleh ya sama coach lo mabuk-mabukan" tanya gue. Dia nyender di pundak gue saking lemesnya.

"Dulu Gue nggak gini. Dulu gue bener-bener nggak pernah sama sekali  menyentuh yang namanya miras. Bahkan datang ke klub atau apalah itu aja nggak pernah. Gue selalu nolak kalau misalkan Sean atau Al ngajak karena gue tau gue atlet dan gue harus bersih dari kontaminasi itu semua. Sampai akhirnya gue sadar bahwa Gue kehilangan semuanya"

"Kehilangan apa maksud lo? kalo gue boleh tau" gue mendadak kepo tapi tetap peduli.

"Kalau lo tahu Elfareya, istrinya Pangeran Brunei. Dia mantan gue, sebelum mereka menikah dia pacaran sama gue tapi bodohnya gue nyiain-nyiain. Diam-diam di belakang gue komunikasi sama beberapa cewek dan gue sempet kepergok jalan bareng mantan gue. Awalnya dia selalu maafin kalau gue kayak gitu bahkan enggak sekali dua kali gue bentak bahkan maki dia Gue juga nggak tahu kenapa gue kayak gitu. Dan setelah gue tahu kalau dia nikah gue bener-bener hancur karena artinya gue nggak akan bisa dapetin dia lagi"

"Terus kenapa sih yang bikin gue kayak gini, ya karena gue mencoba untuk melakukan hal-hal jahat untuk memisahkan mereka berpikiran untuk melakukan itu beberapa hari kebelakang. Tapi gue sadar yang bakal tersakiti bukan hanya suaminya tapi pasti El juga. Kalau El  kehilangan suaminya dan misal itu karena Gue pasti dia akan benci gue setengah mati dan nggak akan pernah milikin dia lagi. Gue tahu gue beda agama sama dia tapi nggak tahu gua kayak berasa di rumah yang sama" tangisnya lebih kencang dari sebelumnya.

"Vin lu nggak bisa paksain orang yang udah lu buang dari kehidupan lo untuk balik karena keegoisan lo. Kalau lo mau lihat dia bahagia dan lo mau bahagia, Biarin dia bahagia sama orang yang dia pilih. Lo nggak perlu mikirin dia terlalu dalam karena dia pun nggak mikirin lo sedalam itu. Jangan sampai obsesi  lo Malah nyakitin orang yang lo sayang. Gua ngerasa kok kalo lo bener-bener ngerasa bersalah Tapi jangan dipaksain juga karena memang dia udah bukan milik lo lagi"

"suatu saat nanti lo akan ketemu sama orang yang benar-benar sayang dan perhatian sama lo, yang bisa nerima lo tapi lo juga perlu perbaiki diri dan perihal rumah kayaknya enggak segampang itu bisa nganggep  rang sebagai rumah lo atau orang lain menganggap lo sebagai rumah"

"Menurut gue rumah itu benar-benar sakral bukan berarti orang yang pernah ada di kehidupan lo atau yang pernah lo singgahi itu adalah rumah. gua mikirnya sih kayak rumah sewa, kos kosan, atau halte bus mungkin karena sebentar doang. Gimana ya, bagi gue rumah itu bener-bener di mana lo akan kokoh disana dan bertahan lama di sana. Bisa dibilang kalau rumah gue sekarang adalah orang tua dan keluarga gue dan kalaupun akan ada orang lain orang lain itu yang akan menjadi suami gue"

"Sekarang lagi pandemi pasti lo nggak turnamen selama beberapa saat tapi bukan berarti lo bisa seenak jidat mabuk-mabukan atau apalah. Mending lo latihan aja improve diri lo selama masih ada waktu luang. ya, itung-itung sebagai cara buat ngelupain El lah dia juga udah bahagia pasti dia mau lo juga bahagia. " jelas gue panjang kali lebar dengan kelembutan selembut-lembutnya. Ngeri coy kalo di apa-apain apalagi lagi mabuk gini

"Rain, boleh minta peluk nggak" dengan tatapannya yang sendu ia meminta. Gue hanya menganggukkan kepala.

"Sebentar aja, gue butuh seseorang" kata kevin membasahi pundak gue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sebentar aja, gue butuh seseorang" kata kevin membasahi pundak gue

"Take your time Vin" kataku sambio mengusap usap punggungnya

"Rain, gue nggak yakin bisa nyetir" katanya masih dalam eratan

"Gue bantu lo, ayo gue setirin"

Gue nggak tau kenapa bisa-bisanya mau nyetirin orang yang baru aja gue kenal. Tapi jujur gua kasihan. Gue pernah disakitin juga tapi gue enggak sebego itu sampai mabuk-mabukan dan melakukan hal yang bisa merusak citra gue selama ini.

Akhirnya kita berjalan di gelapnya malam benar-benar sepi sih Malam ini kayaknya orang memang benar-benar dirumah. Lagian cukup ngeri buat gue sebenarnya untuk keluar tapi gue pingin keluar karena gue bosen di rumah terus.

Gue bawa dia ke apartemen gue kebetulan gue tinggal sendirian Meskipun orang tua gue kadang bisa Strict parah.

"Vin ayo udah sampe" kata gue

"Rain gue tau kita baru kenal dan mungkin itu terkesan lancang tapi boleh enggak gue tidur bareng lo gue janji nggak akan apa ngapa-ngapain"

Jujur gue bimbang banget tapi gimana ya mau nolak juga kasihan gue nggak mau dia makin parah. Akhirnya kita tidur bareng kasur yang sama. Tentu saja di batasi oleh guling

Kevin Pov

"Sorry rain gue butuh pelukan lo

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sorry rain gue butuh pelukan lo. Rasanya hangat, maaf gue lancang. Tolong jangan marah" lirih gue dalam hati.






Hai hai guys, mungkin kalian bingung kok ada pov nya si Raina sih. Tenang aja part Pangeran sama El pasti akan datang ikutin terus yaaa

Jangan lupa follow, vote, dan komen ☺️

Rev: 04/08/2021

[END] The ColdestWhere stories live. Discover now