[END] The Coldest

#33

Hari ini adalah hari bahagia dan suci bagi keluarga besar kami berdua terutama kami sendiri, pasangan yang sebentar lagi akan mengucap janji bersama sehidup semati. Semalam aku sungkem kepada kedua orang tua meminta izin untuk menikah dan meminta maaf bila selama ini aku memiliki kesalahan. Akupun berbincang bincang dengan Mama menanyakan apa yang sekiranya harus aku lakukan saat mengemban tugasku nanti menjadi istri dan anak.

"Jadi wanita itu jangan terlalu banyak menuntut nduk, kalau sudah dicukupi baik lahir dan batin ya sudah. Jangan terlalu menuntut ini itu ndak bahagia yang ada nantinya. Kalau suami lagi ngomong didengar baik-baik nduk harus ndengerin apa kata suami. Sebisa mungkin kalau ada masalah nantinya diselesaikan berdua jangan ada orang lain" nasehat mama.

"Doain El ya ma, biar bisa jadi istri sama ibu yang baik nantinya. El pasti nanti kangen mama sama ayah" kataku sambil menitihkan air mata.

"Kok jadi mewek sih anak mama, besok udah mau jadi istri orang ah ayok jangan kaya bocah. Kan nanti bisa telpon kalau kangen. Bisa kerumah kapanpun El mau, pintu selalu terbuka lebar buat kalian"

Momen seperti ini yang membuatku bahagia sekaligus sedih. Bahagia karena aku dapat menikah dengan lelaki yang kucintai dan mencintaiku. Namun, juga sedih mengingat aku anak semata wayang jadi sedih karena mereka akan jarang bertemu dengan putri satu satunya. Semua pengalaman pahit bersama Mama dan Ayah sudah ku ikhlaskan. Karena aku ingin melukiskan kehidupanku yang akan datang ini di buku baru yang bersih.