#66

1.3K 96 3
                                    


Baru saja pesan masuk dari Danial. Karena penasaran aku akan membukanya. Apakah sudah ada kabar tentang abang? Atau malah tentang wanita itu? Jantungku tidak pernah bisa tenang kalau mendapat pesan darinya.

"Tenangkan dirimu, Mateen baru saja menghubungiku bahwa dia sudah sampai di Manchester. Terserah kau, mau bilang kepadanya tentang keberadaanmu atau tidak"

"Abang sudah tau? Kau pasti memberi tahunya kan?" Tanyaku

"Tidak, aku bahkan tidak tahu bagaimana dia bisa membidik Manchester. Mungkin memang benar arahnya hanya tertuju padamu. Aku sudah dekat dengan Manchester berikan alamat mu padaku agar aku bisa langsung kesana. Jangan khawatirkan adikku diam diam ku beri obat tidur lalu kubawa dia ke psikiaternya untuk diurusnya sampai kita pulang" ucapnya santai

"Kau gila atau bagaimana? Adikmu  sendiri kau beri obat tidur. Aku tidak sejahat itu pada orang yang menyakiti ku asal kau mau tahu. Memang aku sebal dengannya tapi tidak perlu segitunya. Aku berada di rumah David. Bocah cilik temanku itu" kataku terkaget

"Bukan obat tidur yang seperti itu. Hanya obat yang membuatmu tidur saat perjalanan. Aku juga tidak akan memberikannya yang aneh-aneh meskipun adikku itu sangatlah aneh" katanya

"Ah, aku kira. Kau membuatku panik saja. Kalau sampai ada apa apa dengannya orang tuamu akan menuntutku. Bayiku akan terpisah dengan ibunya"

"Kau hanya melantur. Bahkan orang tuaku sudah sangat kesal dengannya sampai sulit untuk memikirkannya lagi. Oh ya, bayimu sudah berapa bulan?"

"Jalan lima bulan, kenapa?" Tanyaku

"Tidak apa, bulan ketujuh biasanya diadakan acara. Tapi kita tidak bisa memprediksi itu karena pandemi ini. Tapi semoga saja kita bisa ke Brunei untuk menyelenggarakan itu. Jika hanya di London tidak apa juga kan? Itu kemungkinan terburuk" ucap Danial

"Mau dimana pun itu kalau bayiku sehat aku akan bahagia. Segeralah kemari, bayiku juga perlu tidur tenang tidak terganggu pikiran ibunya"

"Baiklah nyonya Mateen. Bila suamimu itu tidak kunjung datang, saat ia tiba borgol saja agar tidak lari kemana mana"

"Hahaha baiklah, terima kasih mau membantuku"

"My pleasure"

pesan pun terhenti.

Siang berganti malam. Suasana Manchester hampir mirip dengan London. Keluarga Davin menyuhuhiku ayam kalkun ala keluarganya. Melihat keluarga kecil ini menjadi teringat dengan Abang. Sampai sekarang belum bertemu juga. Aku ingin menghubunginya tapi gengsi menguasaiku.
Aku menjadi melamun di ruang keluarga ini.

"Sabar, kami yakin ia akan datang secepatnya" ucap Ben

"Secepatnya itu kapan?" Kataku menahan tangis

"Ya secepatnya" ucap Hasim

"Ya kapan?" Kesalku

Ting tong ting tong

"Biarkan aku membukanya"

Aku berjalan menuju pintu itu. Berharap bahwa suamiku ada dibalik pintu merah itu. Saat ku buka aku terkaget dengan penampilan pria berbaju hitam yang sudah basah kuyup terguyur hujan tanpa berpikir panjang aku memeluknya erat meskipun sedikit terganggu dengan perutku yang buncit ini.

"Maafin El Abang, maafin El" tangisku pecah memeluknya sangat erat

"Masuk dulu sayang, lepas dulu ya abang basah" katanya membelai punggung dan sesekali mengecup puncak kepalaku

"Mau peluk" rengekku padanya

"Nanti, setelah abang bersih bersih. Kalau sekarang nanti El bisa sakit, sayang" aku menurutinya.

Kami masuk sebentar dan pamit untuk pindah ke hotel.

Aku menunggunya selesai mandi. Aku masih merasa bersalah dengan meninggalkannya tanpa kabar seharian meskipun aku suka kesal dengannya.

"Mengapa ngalamun sayang?" Tanganya yang sudah duduk di ranjang sisi kiri dengan menyenderkan punggungnya. Aku yang tertidur mendadak bangun lalu memeluknya erat dan menduselkan wajahku di lehernya

"Maaf" ucapku lirih

"Untuk apa?" Tanyanya

"Karena pergi tanpa pamit" ucapku lirih

"Tidak perlu minta maaf sayang" katanya menggenggam tanganku

"Perlu, untuk saat ini El masih bisa bertemu Abang. Kalau tidak bagaimana?" Tanyaku

"Jangan berkata seperti itu. Bila kau hidup aku hidup bersamamu. Begitupun juga dengan mati. Aku ingin satu liang bersamamu. Aku ingin surgaku berisi bidadari yaitu kamu" ucapnya tegas

"Kenapa abang mencintaiku?" Tanyaku sambil mengelus rahangnya

"Abang sendiri tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Yang jelas El berbeda dari segala sisi daripada wanita wanita lain. El sendiri kenapa jatuh cinta pada abang?" Ia berbalik bertanya

"Karena itu kamu" ucapku menatap wajahnya

"Aku hanya mau kamu" ucapku semakin menekan

"Jangan ada yang lain" kataku lantang

"Tidak akan ada dia atau siapapun itu. Aku hanya ingin bersamamu. Hanya kamu dan anak anak kita nanti" tegasnya tak kalah lantang dengan suara hati ku yang akhirnya berani menyuarakan cinta.

"Sebenarnya kenapa Abang menyembunyikan banyak hal dariku. Bukan kah aku berhak tau?" Tanyaku

"Kamu memang berhak tau. Tapi menurut Abang kau tak berhak merasakan sakit. Cukup abang saja"

"Tapi mengapa semua orang tau. Kenapa abang malah menutupi semuanya dari aku. Aku ini istrimu tapi kenapa  orang asing lebih mengerti"

"Abang takut El belum siap dengan semua ini"

"Siap tidak siap memang harus di hadapi Bang"

"Akan kuceritakan besok. Tidurlah dahulu, istriku ini pasti  lelah"

Kami akhirnya terbawa sampai ke alam mimpi.


Jangan lupa follow, vote, dan komen ☺️

[END] The ColdestWhere stories live. Discover now