#58

1.4K 110 3
                                    

Aku memandangi suamiku yang sedang kick boxing itu. Tidak bisa disangka dirinya sudah akan menjadi seorang ayah. Badan atletisnya itu masih saja terjaga. Bagaimana dengan badanku nanti? Mungkin sudah tidak sekencang dulu. Apakah dia masih mau?

Tapi sangat ku akui kalau kharismanya memang bukan main. Pantas saja banyak yang menggilainya. Tapi bisa bisanya dia memilihku jadi penasaran dengan alasannya.

 Tapi bisa bisanya dia memilihku jadi penasaran dengan alasannya

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Drrrtttt

"Hi Tim"

"Tak ada rindu sedikitpun denganku?"

"Aku tau kau Pasti rindu. Dulu kita selalu bersama. Ingat bukan?"

"Datanglah padaku. Tempat pelarian kita kau ingat itu?"

Sebentar, mengapa Anisha menghubunginya dengan nada yang seperti itu. Mereka bersaudara bukan? Mengapa sangat terlihat ada bumbu romansa disana. Tempat pelarian? Apakah tidak terdengar seperti bocah.

Aku pura pura tidak mengerti dan bersikap santai. Bukan karena tidak peduli, aku punya cara sendiri untuk menjaga lelakiku. Tidak ada yang bisa merebutnya dari diriku.

"Sayang, tolong handuk abang"

Aku menghampirinya dan mengelap keringatnya yang sudah seperti banjir itu.

"Bagaimana aku keren kan?" Tanyanya

"Tidak perlu ditanya Abang sudah tau pasti apa jawabannya" jawabku

"Benar juga. Tapi  ada yang lebih menarik dariku"

"Siapa?" Tanyaku

"Kamu" lalu mengecup ku

Kamipun terkekeh. Lalu ia pamit masuk kedalam untuk mandi. Tentu saja dia melihat handphonenya terlihat gerak geriknya yang mulai aneh disana. Tidak tenang.

"Abang mau kemana?" Tanyaku saat setelah ia selesai mandi dan memakai pakaian pergi nya

"Abang ada urusan sebentar, tidak lama abang janji" katanya

"Bukannya kedutaan tutup? Abang mau kemana" tanyaku

"Sebentar sayang, abang pergi dulu" ucapnya mengecup puncak kepalaku lalu pergi

Semudah itu kah?

Ting tong

Ah siapa  yang datang coba. Baru saja aku kesal karena suamiku pergi dengan alasan yang rancu.

"What are you doing here?" Kataku pada sosok yang baru saja datang

"Hi, how are you. I nak bertemu dengan Mateen" jawabnya

"Dia pergi" kataku singkat

"Oh ya? Kemana" tanyanya

Tanyakan saja pada adikmu Danial. Dia pasti lebih tau. Apa yang ingin dia lakukan pada lelakiku? Aish.

"Aku tidak tahu. Dia pergi begitu saja. Bahkan tidak bilang akan kemana" jawabku

"Ah kalau begitu baiklah. Aku pulang dulu" katanya

"Disinilah sebentar. Ada yang ingin aku bicarakan"

Ia mengangguk dan masuk kedalam rumah. Aku mendudukkannya di kursi makan sambil menyediakan beberapa camilan agar obrolan ini tidak terlalu mencekam.

"Jadi apa yang ingin kau tanyakan?" Tanyanya sambil menyesap kopi hitam yang ku sediakan

"Apa hubungan adikmu dengan suamiku?" Tanyaku frontal

Ya, seperti dugaanku dia kaget.

"Maksudmu?" Tanyanya sekali lagi

"Bukankah sudah jelas dengan apa yang aku tanyakan? Apa kau bersekongkol dengan pertemuan mereka sekarang?" Kataku lebih frontal

"Wait wait apa maksudmu? Aku tidak paham"

Aku menarik nafas kasar " mereka sekarang bertemu bukan? Aku melihat chat nya dari Handphone Mateen. Adikmu di Inggris kan sekarang?" Kataku dengan mata berkaca kaca

"Aish, sialan. Aku kalah cepat" katanya dengan menutup wajahnya tanda kesal

"Kalah cepat?" Tanyaku

"Ya, aku kalah cepat. Harusnya sebelum Anisha bisa menghubungi Mateen aku harus membicarakan ini pada Mateen."

"Membicarakan apa?" Nadaku meninggi

"Anisha, dia terobsesi dengan Mateen. Dan setelah mendengar kabar mu hamil dia makin meledak. Dia sudah dibawa ke profesional tapi hasilnya nihil karena tidak pernah minum obat. Kamipun susah mengawasinya karena berada di negara yang berbeda" jelas Danial

"Apakah dia akan meninggalkan ku?" Tangisku pecah

"Tidak, aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Lagi pula aku percaya bahwa cintanya Mateen seutuhnya hanya padamu terlebih ada Bayinya padamu. Aku yakin dia tidak akan melakukan itu" ucapnya menenangkanku

"Apa yang harus aku lakukan?" Tanyaku

"Segeralah pindah dari sini. Untuk sementara waktu?"

"Bagaimana bisa semua penerbangan ditutup sejak kemarin" kataku

"Hei, kau lupa dirimu ini siapa? Aku memang mendengar menteri melarangnya. Tapi kau ini istri seorang pangeran. Bicarakan saja pada Pangeran inggris langsung. Kau ada nomor kate?"

"Ada, sepertinya aku punya"

"Bicarakan saja padanya. Bilang kalau kau ingin pulang karena anakmu menginginkan itu. Ia seorang ibu dari tiga anak pasti paham" katanya

"Baiklah, akan ku coba. Terima kasih Danial maaf aku berburuk sangka padamu. Tapi aku tidak ingin anakku hidup tanpa Ayahnya"

"Tenang saja tidak akan terjadi apa apa. Aku akan urus Anisha jadi  kau tenang saja.  Aku harap ia segera sadar. Nanti ketika Mateen pulang jangan buat gerakan mencurigakan. Aku akan urus semuanya. Bila ada apa apa bilang saja pada Hasim dan Ben, mereka punya nomorku"

Aku mengangguk. Lalu ia berpamit pulang. Ya tuhan lindungilah keluargaku ini.






Jangan lupa follow, vote, dan komen ☺️

[END] The ColdestOnde as histórias ganham vida. Descobre agora