BAB 46 - Perkelahian

Start from the beginning
                                    

Dean tidak bisa tinggal diam. Dia juga menarik Tessia yang kini sendirian. Tessia sempat memberontak. Tapi, pada akhirnya dia sadar dengan apa yang dia lakukan.

"Hentikan ini! Kalian sudah gila? Di mana otak kalian?" Pak Franz melepaskan Eliza dan Syahnaz. Indra penglihatannya tertuju pada wajah Eliza yang sudah dipenuhi dengan beberapa luka memar dan cakaran. Tidak jauh berbeda dari Syahnaz, mereka berdua dipenuhi dengan luka-luka bekas cakaran. Begitu juga dengan Tessia.

"Kalian juga! Diam di sini dulu!" Pak Franz menatap ke arah kakak-kakak kelas itu. Kedua bola matanya terus memperhatikan satu-persatu dari mereka. Tapi kini pandangannya tidak lagi dipenuhi amarah. Hanya ada kesayuan di mata pria itu. Ekspresinya berubah drastis seakan ada yang lebih gawat dari kerusuhan di tempat umum seperti ini.

"Kenapa? Disuruh minta maaf, ya? Ogah banget!" Salah satu dari mereka menyeringai.

Mereka semua pergi dengan tatapan yang seakan mengejek.

Pak Franz hanya bisa menghela nafas panjang. Pandangannya kembali beralih ke Eliza, Syahnaz dan Tessia.

"Kalian pulang saja," kata Pak Franz. Dia-pun melangkah pergi dari sana. Tapi, Eliza bisa melihat dengan jelas jika sesekali Pak Franz menoleh. "Pulanglah, Eliza."

Dean juga melihat itu semua. Dia juga sadar dan tahu betul apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi, mungkin dia bisa menggunakan itu semua sebagai kesempatan. Kesempatan untuk memata-matai para kakak-kakak kelas itu.

Ya, benar. Ini adalah kesempatan. Dia harus memberi tahukannya kepada si kembar dan Edgar.

~~~

Dean segera berlari menuju lorong rumah sakit tempat di mana Edgar di rawat. Dia sudah menghubungi si kembar sebelumnya. Jadi, dia langsung pergi ke sana. Akan ada kemungkinan pembunuhan lagi sebab ada orang yang sedang memiliki masalah dengan Eliza.

Mereka bertiga bertemu di lorong yang sama. Tanpa mengucap sepatah kata-pun, mereka segera bergegas menemui Edgar saat itu juga.

Saat mereka hendak memasuki ruangan di mana Edgar di rawat, seorang wanita keluar dari ruangan itu dan kembali menutup pintunya.

Dean dan si kembar berhenti tepat beberapa meter di samping wanita itu.

"Averlyn, Averlyan? Kalian--" Kalimat wanita itu terpotong.

"Kami ingin menemui Tuan Edgar," sahut Andri.

Wanita itu menghela nafas panjang. Dia segera melangkah ke arah Dean dan si kembar.

"Jika kalian hanya ingin menjenguknya, maka tak apa. Tapi, jika ini tentang sebuah kasus, maka lupakanlah." Wanita itu melipat lengan. "Aku tidak melarang kalian untuk menyelidiki sebuah kasus dengannya. Tapi, jangan sekarang. Aku mohon. Putraku sedang tidak baik-baik saja dan dia memaksa untuk terus bekerja keras."

Si kembar dan Dean menunduk secara bersamaan. "Maaf."

"Nyawanya hampir melayang. Ini mungkin agak sepele bagi kalian, tapi aku seorang ibu! Aku tak bisa melihatnya bekerja keras dan memutar otak pada saat dia masih separah ini," lanjut Ibu Edgar.

"Ba-baik. Kami mengerti. Kami akan membicarakannya ketika Tuan Edgar sudah sembuh saja," jawab Dean.

"Terima kasih." Wanita itu melangkah pergi dari sana.

Dean dan si kembar hanya bisa menatap wanita dengan rambut yang sudah mulai beruban itu dari kejauhan.

Wanita itu benar, Edgar terlalu memaksakan diri. Itu semua karena ambisi mereka dan hasrat untuk membuktikan bahwa Kenny tidak bersalah.

Dark Angel [END]Where stories live. Discover now