BAB 18 - Buku Diary Tersobek

1.6K 377 35
                                    

"Namira Denova. Dia ibunya Iki."

"Jadi, Mirai saudarinya Vicky?" Dean mencoba mencerna fakta-fakta yang dia dapatkan.

"Tidak salah lagi. Hal ini memperkuat kemungkinan kalau Vicky yang menulis clue tersebut," jelas Eliza.

Dean menghela nafas panjang. "Eliza, gue berfikir kalau si pembunuh ini seakan berusaha melindungi Mirai dari orang-orang yang jahat sama dia. Jelas kalau si pembunuh ini kayaknya sayang banget sama Mirai dan terlalu fanatik sama dia. Kemungkinan besar pembunuh merupakan orang-orang yang berasal dari kehidupan Mirai. Kayak ayahnya alias si Russel ini, terus kekasihnya ataupun teman dekatnya gitu. Cuma pendapat gue doang sih. Tapi, emang kemungkinan besar gitu."

"Tapi, apa hubungannya sama gue?"

"Karena wajah lo mirip Mirai, boleh jadi si pelaku menganggap kalau lo adalah Mirai. Apalagi Mirai udah meninggal. Kan bisa jadi dia nggak ikhlas sama kepergian Mirai, terus secara tidak sengaja ketemu sama lo gitu."

"Hm... Bisa jadi sih."

"Ada kemungkinan lagi. Si pelaku udah kenal akrab sama lo. Jadi, coba lo inget, siapa pria yang selama ini kayak sayang banget sama lo, tapi yang bukan berasal dari keluarga lo?"

Eliza menggeleng. "Nggak ada."

"Hm, mungkin si pelaku ini mengagumi lo secara diem-diem gitu sih atau lo nggak sadar tentang siapa aja yang sayang sama lo."

"Rumit banget sih. Kimia aja nggak sampai serumit ini. Tapi apa kata lo itu ada benernya. Pelakunya pasti orang-orang yang deket sama Mirai. Dan, si pelaku menganggap gue Mirai karena Mirai yang asli udah nggak ada."

"Well, kita harus tahu siapa saja yang deket sama Mirai. Terutama pria."

Eliza hanya manggut-manggut.

Syahnaz dan Naran juga sudah berada di ruangan itu. Namun, mereka tidak terlalu memperhatikan percakapan Dean dan Eliza. Naran memperhatikan rak-rak buku tua yang kini sedikit rapuh dimakan usia. Sedangkan Syahnaz memperhatikan tangga besar yang menjulang ke atas.

"Kalian mau naik ke atas?" tanya Syahnaz.

Eliza mengakhiri percakapannya dengan Dean. Mereka akan membicarakan hal ini nanti. Sekarang, Eliza ingin memeriksa ruangan atas.

"Tunggu bentar!" Eliza melangkah pergi meninggalkan Dean yang masih memperhatikan foto besar tersebut.

Dengan segera, Dean membuka handy cam yang dia pinjam dari Naran. Dean mengarahkannya ke foto dalam bingkai besar tersebut. Dari wajah Russel hingga bayi perempuan kecil yang digendong Rima. Dia ingin detail dari orang-orang tersebut. Pandangannya terpaku pada foto kecil Vicky. Anak laki-laki yang tersenyum ceria menatap kamera. Sangat berbeda dengan Vicky yang sekarang. Tapi, apa dia benar-benar Vicky?

Eliza dan Syahnaz sudah mulai menaiki tangga. Tangga itu berdebu dan usang. Hentakan kaki mereka berdua membuat tangga tersebut mengeluarkan debunya. Eliza dan Syahnaz sesekali terbatuk kecil.

"Kayaknya udah lama nggak ada yang ke sini deh. Emang nggak terlalu horor sih rumahnya. Tapi, entah kenapa gue penasaran," gumam Syahnaz.

Tidak perlu waktu lama bagi mereka untuk sampai ke atas. Di lantai atas, terdapat banyak sekali patung pualam yang berjejer sebagai hiasan. Satu patung pualam harganya sangat mahal, apalagi sebanyak ini. Entah berapa banyak dana yang digunakan untuk mendekorasi rumah yang kini telah terbengkalai ini. Di sana juga terdapat lemari-lemari kaca berisi boneka-boneka antik yang kini telah usang. Ada beberapa pintu yang mengarah ke berbagai ruangan. Eliza mencoba membuka salah satu pintu tersebut, di dalamnya ada kamar.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang