BAB 28 - Menggeledah

1.5K 364 36
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote yah 🌟

***

Dean, Eliza dan si kembar langsung menuju alamat yang diberi oleh Dokter Yelena tadi. Tempatnya sangat tidak terduga---tepat di daerah kumuh dekat pasar mati. Tempat yang dituju oleh anjing Dean beberapa waktu lalu ketika mereka mencari mobil Pak Andi.

Dean juga sudah meminta bantuan Ren---adik Vicky untuk menuntunnya masuk ke dalam tempat itu. Sebab tidak mungkin mereka masuk ke sana sendiri. Tempat itu terlalu berbahaya. Ada beberapa preman yang menunggu di depan, tugas mereka adalah untuk menghadang orang asing yang hendak masuk. Setidaknya jika ada Ren, semuanya akan lebih mudah sebab dia sudah lumayan kenal dengan penghuni di sana. Dia juga sudah bilang kalau dia mau membantu.

Setelah beberapa menit, mereka sampai tepat di depan pasar mati. Di sana sudah ada Ren yang menunggu bersama dua rekannya. Sudah bisa ditebak, mereka bertiga juga membolos sekolah.

Dean, Eliza dan si kembar keluar dari mobil. Dengan tergesa-gesa, mereka melangkahkan kaki mendekati Ren dan dua rekannya itu.

"Kita nggak punya banyak waktu. Sama sekali nggak punya. Cepet!" seru Dean.

Ren mengangguk. "Kita ke rumah Bang Yudya dulu aja. Siapa tahu dia bisa bantu."

"Terserah. Yang penting kita bisa ketemu sama orang yang kita cari."

Tanpa basa-basi lagi, mereka semua masuk ke dalam pasar. Kembali menyelusuri daerah yang lebih mirip dengan tempat sampah itu. Bau-bau busuk mulai tercium dan ada anjing-anjing liar terlihat sedang menggeledah tong sampah.

"Hi jijik." gumam Andri. "Orang mana sih, Kak, yang mau tinggal di tempat kayak gini?"

"Hey bule! Jangan menghina!" seru Ren. "Lo tahu, nggak ada orang mau tinggal di sini. Tapi mereka nggak punya pilihan lain. Mereka nggak seberuntung kalian. Ingat itu!"

Andri menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Dia berfikir apa yang dikatakan Ren benar. Tidak ada satupun orang yang mau tinggal di tempat sampah. Tapi, mereka tidak memiliki pilihan lain. Beberapa dari mereka memiliki kehidupan yang kelam yang tidak akan pernah Andri mengerti.

Setelah itu, mereka sampai di sebuah tugu kayu yang terlihat sudah rapuh. Tanpa ragu Ren dan kedua rekannya melangkah di depan. Eliza, Dean dan si kembar mengikutinya dari belakang. Tidak ada banyak orang di sana. Bahkan, pintu-pintu bangunan tertutup rapat. Tempat itu sepi. Lebih mirip lokasi angker daripada sarang kriminal.

Langkah Ren berhenti tepat di depan sebuah bangunan sempit yang berada di tengah-tengah area kumuh itu.

"Bang Yudya ada nggak ya?" tanya Ren ke salah satu rekannya.

"Ada. Bang Yudya itu kalau siang kayak gini tidur, kalau malam kerja," jawab rekan Ren.

Andri keheranan. "Malam-malam kerja apa?"

"Kang nyolong."

Andri dan Andre terkekeh. Mereka menanggapi apa yang dikatakan Ren tadi adalah lelucon. Padahal itu kenyataan.

Ren mendorong pintu kayu rumah itu perlahan. Terbuka. Seperti yang sudah dia duga, pintu tersebut tidak dikunci. Lagi pula, siapa yang mau mencuri di rumah seorang pencuri?

"Bang?"

Seorang pria acak-acakan keluar dari dalam sebuah kardus bekas wadah kulkas. Dia mengenakan kaos dalam berwarna putih dan celana hitam compang-camping. Matanya terlihat mengantuk---kurang tidur.

"Oh, Ren. Dan siapa?" tanya pria itu sambil menguap.

"Dean, Eliza dan dua bocah bule yang nggak penting." Ren melangkahkan kaki mendekati Bang Yudya. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan kotak makan berwarna hijau. "Ini punya gue. Makan aja. Kayaknya Abang belum makan."

Dark Angel [END]Where stories live. Discover now