BAB 52 - Kembali

1.3K 336 2
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak. Btw, jan lupa juga tandai kalau ada typo, kejanggalan, dll.

Selamat membaca....








Ternyata, pengasingan yang dikatakan oleh Naran dan Syahnaz itu mulai Eliza rasakan sedikit demi sedikit. Dia mendengar kalau anak-anak di kelasnya mulai membicarakan Eliza dan menyangkut-pautkan dirinya dalam pembunuhan berantai itu. Rasanya memang menyedihkan. Tapi, tidak ada yang bisa Eliza lakukan. Melawan perkataan mereka-pun juga tidak bisa Eliza lakukan karena sesungguhnya itulah kebenarannya. Untungnya, masih ada Syahnaz dan Tessia untuknya.

Eliza, Syahnaz dan Tessia mulai berjalan melewati lorong yang belum terlalu sepi. Masih ada beberapa murid yang lalu-lalang meski bel pulang sudah berdering beberapa saat lalu.

"Eliza, Syahnaz, Tessia. Kalian dipanggil ke ruang konseling sekarang juga." Seorang anak perempuan tergesa-gesa menemui Eliza, Syahnaz dan Tessia di kelas.

"Ke-kenapa?" tanya Tessia.

Anak perempuan itu menggeleng. "Nggak tahu, pokoknya ke sana aja." Setelah itu dia pergi meninggalkan Eliza, Syahnaz dan Tessia.

Mereka bertiga saling bertatapan dan mengira-ngira apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa video itu..." Tessia menelan salivanya. "Mampus, kita pasti bakal di-BK lalu orang tua kita dipanggil dan..."

"Untung nyokap bokap gue udah tahu." Eliza teetawa kecil.

"Tetep aja ini gawat! Gimana kalau Bu Seril tahu?! Dia sensitif dengan masalah kayak gini. Apalagi kita masih menyandang status sebagai murid State Lighting." Tessia terlihat frustasi. Dia mengacak-acak rambutnya sendiri.

"Tenang." Eliza menghela nafas panjang. "Pak Van adalah guru konseling yang baik."

Eliza memberanikan diri untuk melangkah terlebih dahulu menuju ruang konseling. Dia meninggalkan Syahnaz dan Tessia yang masih agak ketakutan. Jika hanya berhadapan dengan Pak Van, mungkin tidak masalah bagi mereka. Tapi, bagaimana jika Bu Seril ada di sana?

Kini, langkah Eliza sudah berada tepat di depan ruang konseling. Pintu ruang konseling terbuat dari kaca buram. Eliza masih bisa melihat ada beberapa orang di dalam. Tapi, dia sama sekali tidak melihat bayangan kepala sekolahnya itu.

Dia menggeser pintu itu perlahan. "Permisi."

Beberapa guru yang masih di sana mendongakkan kepala ke arah Eliza. Termasuk Pak Van yang masih duduk di kursinya dengan memegang beberapa dokumen yang entah apa isinya.

"Kemarilah," katanya.

Eliza berjalan pelan. Dia duduk di sebuah kursi di hadapan guru itu. Hanya saja, Pak Van terlihat masih fokus dengan dokumen-dokumen yang ada di genggamannya sembari memutar pelan kursinya.

"Apa?" Eliza bertanya terus terang.

Pak Van mengalihkan pandangannya dari dokumen-dokumennya. "Apanya?"

"Kenapa memanggil saya kemari?" tanya Eliza.

"Mana yang lain?" Pak Van menyela.

Eliza mengerutkan dahi. "Mereka masih berjalan dengan ketakutan. Pergi ke ruang konseling bukanlah hal yang mudah."

"Tapi kau ke sini dengan mudah bukan?" tanya Pak Van.

"Ya. Saya sudah melawan segala ketakutan yang ada dalam benak saya." Eliza tersenyum miring.

"Lupakan itu, Harada." Pak Van meletakkan dokumen-dokumen yang dia bawa ke meja.

Di saat yang bersamaan, Syahnaz dan Tessia datang. Mereka hanya menundukkan pandangannya dan tersenyum kikuk di sekian detik.

Dark Angel [END]Where stories live. Discover now