BAB 10 - Taksi Biru dan Sebuah Obat

2K 464 35
                                    

Dean melesatkan mobilnya kejalanan yang cukup lenggang. Melewati beberapa gedung pencakar langit dan juga beberapa bangunan-bangunan kuno yang sudah ada dari zaman Belanda.

"Kita mau ke mana sih?" tanya Eliza sambil mengelus-elus anjing coklat milik kakak Dean.

"Ntar juga tahu."

Hari ini Eliza sedikit senang, setelah sekian lama, baru kali ini dia mendapatkan petunjuk yang sangat penting. Jika dia bisa menemukan pemilik taksi biru tersebut, maka khasus itu akan memiliki celah untuk terselesaikan.

Lima belas menit Dean sudah melesatkan mobilnya di jalanan, kini dia sampai di sebuah gedung besar yang berada di tengah kota. Tempat itu adalah sebuah perusahaan penyedia taksi. Mereka mempekerjakan supir-supir untuk membawa taksi mereka. Uang upahnya kemudian dibagi dengan perusahaan.

"Emangnya lo mau tanya ke sini langsung?" tanya Eliza.

"Ya. Bukan masalah besar kok buat gue, pemilik tempat ini temennya bokap gue."

Dean dan Eliza turun dari mobil hitam tersebut. Dean tidak menutup salah jendela depan mobilnya sebab anjing coklat itu berada di dalam.

Terdapat banyak sekali taksi biru muda yang berjejer di sana. Dean mendekati beberapa orang pria dewasa yang sedang bebincang-bincang.

Dean melambaikan tangan. "Permisi Pak."

"Lho, ini Dean?" tanya salah satu pria.

"Wo iya dong, emang siapa lagi?"

Dean dan pria itu berangkulan. Seperti kawan lama yang kembali bertemu. Mereka terlihat sangat akrab. Bapak-bapak yang lainnya juga sama. Mereka terlihat menyukai Dean.

"Wah Dean! Tumben dateng ke sini lagi. Lho ini siapa?" Pria tersebut melirik Eliza dan mengamatinya dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Ini teman saya, Pak," jawab Dean.

"Saya pikir pacar kamu."

Dean mendekati pria itu dan berbisik. "Dia nggak mau sama saya, Pak."

Eliza hanya menaikkan sebelah alisnya dan memperhatikan Dean yang sangat akrab dengan orang-orang ini. Dia tidak tahu jika Dean memiliki banyak kenalan.

"Ada apa? Kok tumben kamu ke sini?" tanya pria yang lainnya.

"Langsung aja ya Pak, saya lagi buru-buru. Jadi gini, apa di sini ada taksi yang memiliki plat ini?" Dean memberikan kertas yang bertuliskan nomer plat taksi biru yang menabrak Hilda kemarin.

"Oh, ini taksinya Pak Andi. Kemarin ilang. Tadi juga ada polisi yang ke sini, katanya taksi ini dicuri terus di pakai buat nabrak orang."

Dicuri? Ternyata hal ini tidak semudah yang Eliza dan Dean bayangkan. Pembunuh ini sangat cerdas, dia mencuri sebuah taksi untuk menghabisi korbannya. Tentu saja karena hal ini semuanya akan mengira bahwa Pak Andi yang menabrak Hilda, jadi si pembunuh yang asli aman. Namun sudah sejauh ini, Eliza ingin tahu di mana lokasi taksi tersebut hilang.

"Pak, apa Bapak tahu lokasi di mana taksinya Pak Andi hilang?" Kini Eliza yang bertanya.

"Kalau itu, tanya Pak Andi saja. Bentar saya panggil dia." Pria tadi melangkah pergi untuk memanggil seseodang yang bernama Pak Andi.

"Memangnya buat apa sih kalian pengen tahu hal-hal kayak gini?" tanya salah satu pria yang sedang merokok.

"Ummm, anu, kami anu..." Dean gugup menjawab. Tidak mungkin mereka bilang kalau mereka sedang menyelidiki khasus pembunuhan. Dia akan langsung ditertawakan.

Eliza menghela nafas panjang. "Saya penulis artikel Pak. Ini salah satu berita yang saya cari."

"Wah bagus dong. Masih muda udah bisa nulis artikel."

Dark Angel [END]Where stories live. Discover now