BAB 19 - Siapa Dia?

1.6K 394 42
                                    

2002

"Hey, my little princess, can you see me?"

Seorang wanita dengan dress ungu muda tersebut mengendap-endap dari jendela. Senyum manis terukir di wajahnya yang terlihat lembut. Anting-anting bulat besar bergoyang ke sana-kemari bersamaan dengan rambut panjang bergelombang itu.

Seorang gadis kecil dengan baju tidur melangkahkan kakinya perlahan ke arah jendela yang tertutup. Kini, batasan antara wanita berdress ungu dan gadis berbaju tidur hanya sebatas kaca saja.

"Mama Namira. Jangan ke sini, Mama Rima akan marah nanti." Gadis itu terlihat panik.

Wanita itu terkekeh. "Tidak akan, Mirai. Aku hanya ingin memberi hadiah untukmu."

Wanita tersebut menunjukkan boneka balerina yang cukup besar pada gadis kecil itu. Gadis kecil itu tersenyum lebar.

"Untukku?" tanya gadis itu.

"Ya. Tapi, jangan bilang-bilang sama Mama Rima. Nanti dia marah."

Gadis kecil itu membuka jendelanya perlahan. Perlahan sekali. Dia berharap supaya tidak ada bunyi decitan yang terdengar.

Wanita itu menyerahkan boneka balerina itu kepada si gadis. Ekspresi bahagia langsung terukir di wajah gadis kecil itu.

"Terima kasih Mama Namira. Tapi, untuk Vicky apa?" Pandangan gadis itu masih tertuju ke boneka yang digenggamnya.

"Dia masih kecil. Belum bisa bermain. Jadi, aku tidak membelikannya apapun."

"Jahat!"

Namira terkekeh. Dia mulai bercanda-canda dengan anak tirinya itu dari balik jendela.

Tidak lama setelah itu, pintu kamar dibuka paksa dengan sangat keras. Terdapat wanita yang tengah hamil berdiri di ambang pintu tersebut. Dia terlihat sangat marah. Matanya melotot menatap Namira. Melihat hal itu, Namira hanya terdiam dan memasang ekspresi melasnya.

"Mirai! Sudah aku bilang jangan dekat-dekat sama wanita jalang ini! Bisa-bisa kamu ketularan jadi jalang seperti dia!" Wanita itu berjalan perlahan mendekati Mirai.

Mirai menelan ludah. "Mama Namira cuma memberiku hadiah."

"Rima, aku hanya--"

Wanita bernama Rima tadi langsung merebut boneka balerina dari tangan putrinya. Dia langsung melemparkannya ke arah Namira. "Makan hadiah itu sendiri, anakku tidak membutuhkannya."

Rima menutup jendela itu dengan sangat keras dan menguncinya. Namira masih bisa melihat Mirai yang tengah berdiri mematung dan mendengarkan omelan Rima dari balik jendela kaca tersebut. Dia memungut kembali boneka balerina yang kini sudah terjatuh ke tanah. Bonekanya menjadi sedikit rusak. Namira hanya tersenyum.

Kemarin, dia pergi ke kota untuk membeli beberapa keperluan dan menghadiri ulang tahun pernikahan orang tuanya. Di kota, tidak lupa dia membelikan hadiah untuk putri tirinya. Sebuah boneka balerina. Ah, sebenarnya bukan boneka. Tapi lebih mirip patung kecil, seorang wanita yang tengah berpose seperti sedang menari balet. Entah apa nama boneka itu, yang pasti boneka itu tidak dibuat dari kain dan kapuk. Mungkin porselen.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang