BAB 42 - Perpustakaan

1.4K 362 4
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca 🌟🙌

***

Dean benar-benar pergi ke perpustakaan. Salah satu tempat di mana dia bertemu dengan Vanya bertahun-tahun lalu. Seingatnya, pemuda itu bekerja paruh waktu di sana. Mungkin saja masih ada pekerja perpustakaan yang mengingat pemuda itu.

Di sana ada seorang penata buku yang berusia sekitar pertengahan empat puluh. Jika dipikir-pikir, dia pasti sudah bekerja di sana selama beberapa lama. Dean melangkah mendekati pria itu.

"Permisi," sapa Dean.

Pria itu mendongakkan kepala ke arah Dean. "Ya? Ada apa?"

Pria itu terlihat ramah. Dia tersenyum lebar menyapa Dean.

"Anda bekerja di sini?" tanya Dean.

"Ya." Pria itu mengangguk. "Mengapa?"

"Apa dulu di sini ada seorang pemuda yang bernama Vanya?" Dean berkata tanpa basa-basi.

"Tunggu, siapa? Vanya? Tahun berapa?" Bapak itu kembali bertanya.

Dean terdiam sejenak. Dia kembali berfikir. Sayangnya, otaknya sudah tidak mampu mengingat dengan pasti tahun di mana dia bertemu Vanya di perpustakaan itu. Dean hanya bisa menggeleng.

"Saya tidak ingat. Yang pasti, dia adalah seorang pemuda. Dia hanya bekerja paruh waktu untuk mencatat buku dan merapikan rak." Dean menghela nafas dalam-dalam.

Bapak itu tahu jika ada sesuatu yang penting. Jadi, dia menggeser kursi di sampingnya untuk Dean. Bapak itu duduk di sana, begitu juga dengan Dean. Bapak itu meletakkan buku-bukunya. Untuk sekarang, dia ingin membantu pemuda gundah itu.

"Aku sudah sepuluh tahun bekerja di sini. Setahuku, ada banyak anak muda yang bekerja paruh waktu seperti yang kau katakan. Tapi, aku sama sekali tidak memperhatikan nama mereka." Bapak itu menyilakan kakinya.

"Sudah saya duga. Orang itu lenyap bagai ditelan bumi." Dean menyeringai.

Bapak itu menghela nafas dalam-dalam. "Maaf, aku sendiri tidak mengingat nama Vanya."

Di waktu yang bersamaan. Seorang wanita yang cukup gemuk lewat di samping Dean dan Bapak itu. Dia sedang mendorong gerobak berisi setumpuk buku yang sudah tidak layak dibaca---robek, terkoyak. Wanita itu sepertinya mendengar percakapan Dean dan Bapak itu. Dia memutuskan untuk meminggirkan gerobaknya dan menghampiri Dean dan Bapak itu.

"Siapa yang kamu cari?" Wanita itu menyerobot.

"Vanya. Dia mencari seorang pemuda bernama Vanya. Apa kau ingat?" Bapak itu menjelaskan.

Wanita itu meletakkan jari telunjuknya di dagu. Dia terlihat sedang mengingat-ingat sesuatu---yang pasti tentang Vanya. Setelah beberapa detik, secercah senyuman mengambang di wajahnya. "Ah dia, ya?"

"A-Anda tahu?!" Dean langsung berseri-seri.

"Hey, dia! Bukannya dia?!" Wanita itu menatap Bapak di samping Dean. "Pemuda itu!"

"Yang mana?" Bapak itu keheranan.

"Dia yang dihajar preman itu, 'kan?"

"Eh, yang benar." Bapak itu menggaruk pelipisnya. "Ternyata namanya Vanya, ya?"

Wanita itu mengangguk.

"Kalian tahu?" tanya Dean.

"Yap. Menyedihkan sekali. Dia dihajar para preman geng motor sampai... ah, aku sendiri tidak tega menjelaskannya." Ekspresi wanita itu berubah. Pandangannya kini sayu seakan menggambarkan apa yang terjadi pada Vanya. Apa-pun itu, pasti adalah sesuatu yang mengerikan.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang