BAB 30 - Penembakan

1.5K 380 50
                                    

"Kak, Kakak tahu, Igrid bunuh diri dengan cara melompat dari atap Hotel Gardenia kemarin---tidak lama setelah dia bertemu dengan kita. Dan, Kakak tahu, Hotel Gardenia adalah hotel milik Daniil."

"Katanya, Igrid itu adalah mantan istri Daniil."

Jam menunjukkan pukul sembilan lebih empat puluh lima menit---menandakan istirahat tengah berlangsung. Saat ini Eliza, Dean, Andri dan Andre tengah duduk di kursi bundar melingkar di taman State Lighting. Banyak siswa-siswi yang ada di taman itu, namun mereka berempat tidak peduli.

Suasana riuh---sama seperti biasanya. Ada beberapa anak gadis yang tengah menatap mereka berempat. Khususnya menatap Dean dan Eliza. Kabar tentang kedekatan mereka sudah membeludak di penjuru sekolah. Hal tersebut membuat banyak pihak merasa cemburu. Apalagi gadis-gadis yang mengidolakan Dean. Mereka semua terlihat membenci Eliza. Tapi, Eliza sama sekali tidak peduli dengan mata-mata penuh iri dengki yang menatapnya itu.

"Siapa Julia?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Eliza lagi. Saat ini, dia lebih ingin mencari Julia daripada mencari si pembunuh. Sebab, Julia adalah amanah dari Igrid.

"Tenanglah Eliza, pasti akan ada orang yang mengurus anak bernama Julia itu," kata Dean dengan pandangan datar. Dia masih terngiang-ngiang masalah kemarin di rumahnya. Tapi, dia belum menceritakan pada siapapun. Satu hal lagi yang membuatnya cemas : Kenny belum pulang sejak kemarin. Keluarganya serta rekan-rekan Kenny sedang melakukan pencarian saat ini. Jika sampai 48 jam Kenny belum ditemukan, maka mereka harus benar-benar melapor polisi.

"Memangnya, kenapa Igrid melakukannya?" Andre menyeruput es teh dalam cup-nya.

Andri menggeleng, Dean juga menggeleng. Mereka benar-benar tidak mengerti alasan kenapa Igrid bunuh diri setelah bertemu dengan mereka. Lebih tepatnya bertemu dengan Eliza.

"Kak, ada satu hal yang harus kami beri tahu pada Kakak," kata Andri. "Ini tentang Pak Franz."

Dean dan Eliza menyimak dengan seksama.

"Pak Johni yang dibicarakan Pak Franz di rekaman wawancara kemarin ternyata bukan rekannya---melainkan mertuanya. Aneh 'kan? Kenapa Pak Franz bilang kalau dia rekannya? Kenapa tidak jujur saja! Hal ini membuatnya dicurigai." Andri mengetuk-ngetukkan jemarinya ke meja di depannya.

"Betul. Hal tersebut membuat kami yakin bahwa Pak Franz tengah gugup ketika menjawab. Jadi, dia spontan menjawab kalau Pak Johni adalah rekannya. Yah, intinya dia gugup." Andre kembali menyeruput es teh nya.

Dean diam sejenak. Pak Franz ada di foto bersama Kenny. Itu artinya dia mengenal Kenny, bahkan mungkin lebih dari sekedar kenal.

"Dan juga, Kenny mengenalnya. Kenny mengenal Pak Franz, Eliza." Setelah dipikir-pikir, menyembunyikan sesuatu di dalam khasus ini bukanlah hal yang benar. Jadi, Dean akan mengatakan apa adanya saja.

Eliza langsung membelakkan matanya ketika mendengar hal tersebut. "Be-beneran?"

"Iya, Kak. Kak Ken ada di foto bersama Pak Franz dan dua pemuda lagi. Foto itu kami temukan di rumahnya Igrid kemarin," kata Andri.

Eliza berdecak sebal. "Kenapa kakak lo itu nggak bilang?"

"Ya-ya. Jangan buruk sangka sama kakak gue. Bisa aja mereka cuma temenan---nggak ada sangkut pautnya sama sekali. Lagian, Kenny juga nggak tahu kalau Pak Franz merupakan salah satu orang yang dicurigai dalam khasus pembunuhan ini. Kenny nggak tahu apa-apa, El." Dean berusaha menjelaskan.

Menurut Eliza, Dean benar. Hanya karena sebuah foto tidak mungkin dia mencurigai orang itu. Teman Pak Franz bukan hanya Hisao dan pemuda berkaca-mata saja. Teman Pak Franz pasti banyak. Apalagi dia anak laki-laki. Pasti memiliki banyak kenalan.

Dark Angel [END]Where stories live. Discover now