BAB 59 - Mirai dan Segalanya

1.4K 349 19
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca 🌟🙌

***

"Aku mau bertanya padamu." Gadis itu berdiri tepat di hadapan Vanya.

Vanya hanya menelan salivanya. Dia melihat Hisao dari kejauhan yang sudah dijemput papanya. Hisao hanya melambaikan tangan kepada Vanya dengan ragu dan pelan.

Vanya mengalihkan pandangannya.

"Apa kamu adalah putranya ibu?" Gadis itu mengerutkan alisnya.

Vanya menatapnya. "Ferida maksudmu?"

Gadis itu mengangguk.

"Dia hanya melahirkanku saja. Aku besar dan diberi makan oleh Ibu Igrid. Ngomong-ngomong, kau tahu dari siapa?" tanya Vanya.

"Aku mencari tahu sendiri." Gadis itu menelan salivanya. "Ternyata itu benar. Jadi, maafkan aku kalau aku seakan merebut posisimu sebagai anaknya."

"Aku nggak peduli," jawab Vanya. Anak itu hendak pergi dari sana.

Gadis itu menarik lengannya. "Hey, sebenarnya surat apa yang kau berikan kepadaku?"

Vanya langsung tersipu. Dia malu jika harus membahas surat itu. Tapi, kenapa gadis itu tidak tahu kalau itu adalah surat cinta?

"Aku belum membacanya. Ibu merebutnya dariku dan membuangnya," kata Mirai.

Vanya melongo. Ternyata, dugaannya selama ini salah. Gadis itu belum tahu surat apa yang diberikan padanya.

"Itu surat iseng. Isinya cuma ejekan." Vanya berbohong.

Gadis itu tersenyum. Dia tahu kalau Vanya berbohong. Tapi, itu bukan masalah besar. Dia juga tidak akan membahas surat itu lebih banyak lagi.

"Hey, apa kau tidak punya teman?" tanya Vanya sambil melepaskan tarikan tangan gadis itu.

"Entahlah. Sepertinya belum, bukan tidak," jawab gadis itu.

Vanya hanya manggut-manggut.

"Kemarin kau mencuri buku 'Pangeran Kecil' dari perpustakaan, 'kan?" Gadis itu tertawa kecil.

Vanya terlihat tenang. "Aku tidak diperbolehkan meminjam buku lagi karena aku jarang mengembalikannya. Jadi aku mengambilnya saja."

"Benar kata gadis itu. Dunia ini sudah dipenuhi oleh orang jahat. Mencuri buku juga menjadikanmu penjahat."

"Semua orang adalah penjahat. Maksudku, setidaknya mereka pernah melakukan kejahatan. Termasuk mencuri buku." Vanya menundukkan pandangannya.

"Jadi, aku juga pernah melakukan hal yang jahat?"

"Itu pasti."

"Oh, begitu. Ya sudah ya, aku sudah menemukan jawaban atas pertanyaanku tadi." Gadis itu tersenyum. Dia mulai beranjak dari posisinya.

"Tunggu," kata Vanya. "Besok, kau bisa bermain bersamaku, jika mau."

"Eh?"

"Kau tidak punya teman 'kan?"

~~~

Sejak saat itu, aku berteman dengan gadis itu. Aku juga membawanya untuk pergi bersama Kenny, Franz dan Hisao. Awalnya, mereka menolak keberadaan gadis itu. Tapi, pada akhirnya mereka mau menerimanya. Gadis itu menyenangkan. Dia tipe gadis yang ramah dan selalu tersenyum. Tapi, entah kenapa aku tidak pernah melihatnya memiliki teman lain selain kami.

Aku memberinya kamera polaroid lamaku. Sejak saat itu, dia ingin menjadi fotografer. Dia memotret semua yang menurutnya bagus. Dia menghabiskan banyak kertas polaroid dalam seminggu.

Dark Angel [END]Where stories live. Discover now