Hero and Zero - 171

25 7 7
                                    

Anna nampak frustasi. Misi penyelamatan Youka malah mengakibatkan robot mungil itu menangis karena menahan kesakitan. Ririn menarik baju Zeal.

“Udah, Zeal. Kita nggak bakal bisa menang. Dia serem, Zeal.”

Zeal menaruh jarinya di bibir Ririn. “Mending dukung aku, Rin. Kalo aku menang, kita nge-date ya?”

Mendengar Zeal begitu manis, Ririn mengangguk malu-malu.

“Eh manusia, kalo yang kedua ini lo salah lagi. Gue bakal tarik kepala Youka dan berikutnya gue bakal ... tarik jantungnya yang berarti prosesor kehidupan robot ini. Jadi ... pikir baik-baik, ya! Khu khu khu!”

Momen kebersamaan Zeal dan Ririn terpaksa dirusak, Zeal berjanji bahwa dia akan menepati kencan mereka. Ririn menjadi menyemangati secara penuh cowok yang hari ini resmi menjadi pacarnya itu.

Berbeda dengan Ririn yang optimis, Anna benar-benar pesimis saat ini. Bagaimana pun, Anna tidak mau kehilangan Youka. Satu-satunya orang yang menjadi harapan adalah Zeal semata.

Zeal memandang Youka, mencari bagian apa dari diri Youka yang dapat menjadi hipotesis miliknya. Zeal berfokus dan hanya melihat wajah Youka yang sedang kesakitan. Ini cukup aneh, maksudnya bagaimana bisa ... robot memiliki emosi? Zeal memikirkan hal itu lagi dan lagi, tetapi bila yang membuatnya saja seorang peri cinta tentu saja bukan hal mustahil bukan?

Meski begitu, Mizkah dan Youka berbeda. Mizkah mirip seperti serial anime fantasi yang pernah ditontonnya dulu bersama Arul, sementara Youka lebih mirip serial sci-fi yang pastinya lebih terarah pada mecha dan robot-robotan. Berarti, walau Mizkah lebih mirip makhluk mitologi, pikirannya sangat modern dan mampu membuat sebuah robot yang menyesuaikan teknologi manusia. Zeal harus mencari sesuatu yang rasional, bukan imajinasi dalam menentukan hipotesis bagi seorang Youka.

“Gue nggak tau namanya apa, tapi Youka bisa merasakan suatu perasaan padahal dia, kan, robot. Apakah ada semacam sensor yang lo tanamkan ke dia sehingga bisa merasakan berbagai emosi?” Hipotesis Zeal kali ini membuat Mizkah menyeringai. Sebuah hipotesis dalam bentuk pertanyaan, Zealdy memang sangat luar biasa.

Anna sudah sangat ketakutan. Bagaimana pun, Zeal terlalu berani. Bukankah Mizkah akan langsung memotong kepala Youka? Kali ini Zeal sangat tidak memberikan bukti nyata. Namun Mizkah terus bergeming dalam posisinya

“Ya. Untuk hal itu gue maafin, deh. Anggep aja bonus, berikutnya nggak ada ya. Karena emang bener ada sensor motorik yang gue tanamkan ke Youka dalam bentuk chip di dalam tiap indera miliknya, jadi tiap ada pergerakan, walau cuma sentuhan kecil Youka bakal bisa rasain. Lagipula yang dia rasain bukan perasaan seneng bahagia sedih kayak kalian, tapi ancaman apakah ini akan mengganggunya atau tidak. Sespesial itu, kan, gue bikin Youka. Hm?”

“Kalo gitu, kenapa lo mau rusak sesuatu yang hebat gitu? Lo aneh!” sembur Arul mulai terbawa emosi. Mizkah memainkan alisnya.

“Kayaknya bukan lo deh yang lagi main game sama gue. So, bisa diem?”

Seandainya saja yang tengah bermain adalah Anna, pasti Anna bisa menyampaikan beragam fakta yang diketahui tentang Youka. Seperti Youka suka makan nasi uduk, itu fakta, kan?

Namun karena yang berani menantangnya hanya Zeal, mau tidak mau Anna hanya bisa berpasrah dan berdoa kalau Zeal akan menang sehingga Youka bisa selamat.

Arul merasa terdesak juga. Posisinya mau marah atau tidak, dia memang tidak akan bisa membantu banyak. Ini sungguh menyebalkan, sebagai seorang nii-nya Youka, Arul sangat tidak berguna.

“Yang ... nentuin kalo tugas Youka harus jodohin pasangan ini atau pasangan itu adalah lo. Karena lo pembuat Youka. Gue sebenarnya cukup nggak paham kenapa lo milih Anna dan Arul yang notabenenya adalah musuh bebuyutan. Tapi yang jelas, penentuan itu nggak bisa diganti. Meski gue dan Ririn, nggak bisa karena sedari awal targetnya mereka!”

Arul mengerjap seraya menganga lebar. Tidak mengerti pada situasinya, berarti ... alasan Anna menembaknya tadi untuk memperlancar penyelamatan Youka? Arul sendiri tidak tahu apa saja yang dilakukan mereka, belakangan dia sibuk mengurusi mamanya. Tadi saja sepulang sekolah di lapangan basket, tiba-tiba Youka menghampirinya dan meminta pertolongan. Meski Arul tidak tahu pertolongan apa yang dimaksud, strategi apa yang harus digunakan, semua mengalir begitu saja.

Penyesalan memang selalu di belakang.
“Lo yakin mau jawab itu?” Mizkah menyipitkan mata. Kembali pada sifat busuknya. Zeal mengangguk. Mizkah menghela napas dalam-dalam. “Sayang banget!”

Krak!

Kepala Youka resmi terputus dari tubuhnya. Mendadak terjadi getaran panjang di sekeliling tubuh Youka, sistem sensor motorik dalam tubuh Youka mengindikasikan adanya ancaman berbahaya. Robot mungil itu pun mengejang. Ririn menutup mulut tidak percaya sementara Anna menjerit panjang dalam keputusasaan.

“Youkaaaaaa!”

------
😭😭😭
Tak bisa berkata apa apa lagi aku🥺

Posted : 30 November 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Where stories live. Discover now