The Mascot (2) - 33

95 13 1
                                    

Anna kaku saja di depan Rio, sedangkan cowok itu yang sudah mengeluarkan maklumatnya tidak lagi melirik Anna. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi? Daripada nantinya kelas 11-A mendapatkan maskot tidak benar? Belum lagi ancaman Rio yang mengerikan, maskot pelor? Pelor alias tempel molor! Astaga! Apakah itu bisa disebut maskot yang baik?

Ini pagi yang benar-benar buruk.

Anna memilih berpasrah. Ayolah! Lagipula ini hanya untuk sekadar makrab saja, kan? Setelah makrab sudah tidak ada lagi yang namanya menjadi maskot-maskotan, kan? Iya, kan? Betul, kan? Haduh. Iyain dong, biar Anna senang.

Andri melanjutkan ucapannya. "Sekarang temen-temen semua udah pada tau kan, siapa maskot kelasannya?"

"Udah!" jawab murid-murid SMA Cattleya serempak. Entah kenapa, Anna menengok dengan singkat ke arah kelas 11-B. Entah ada angin apa yang merasukinya. Bukan apa-apa, kok. hanya ingin tahu saja. Ingin tahu saja wajar, kan? Namanya juga manusia. Suka kepo.

Tampaklah Fariel yang sedang bergoyang tak jelas mirip seperti cacing kepanasan, sedangkan Arul memasang wajah bete. Perut Anna mulai mual. Lagi-lagi tuh cowok bertampang sok cool.

"Hahahaha, anjay! Bangga gue! Sohib gue jadi maskot! Manteup! Udah gue duga, Rul Rul." Lagi dan lagi Fariel menepuk pundak Arul berkali-kali. Untung saja cowok itu tidak lemah. Kalau lemah, sudah pasti Arul muntah darah akibat tepukan yang tidak mirip seperti tepukan.

Arul menyipitkan mata. "Gak mau!"

"Tapi lo udah kalah sama si Dora, kan?" Fariel memperjelas kekalahannya. Entah darimana munculnya tapi semburat garis merah mulai menghiasi kedua pipi mulus milik Arul. Dia malu kuadrat! Seorang cowok most-wanted ketua basket SMA Cattleya kalah suit gunting-batu-kertas! Udah gitu, kalahnya sama cewek lagi! Mau taruh di mana muka Arul?

"Gue nggak kalah," cela Arul yang dibalas tepukan lagi. Fariel puas menertawakannya. Sedangkan Yugha hanya geleng-geleng saja. Karena Arul dan Fariel adalah salah satu pencetak piala SMA Cattleya, tentu saja para OSIS pun segan dengan mereka.

Yugha berusaha menengahi. "Udah, Riel. Kasian Arul."

Sayangnya tawaan itu tak memadam, malah semakin mengeras. Dasar sahabat! "Huahaha!"

Mairah alias yang tadi dipanggil Dora oleh Fariel karena bentuk rambutnya itu memasang wajah tidak enak. "Kalo Arul keberatan, nggak papa deh gue aja maskotnya."

"Gak usah!" teriak Arul. Dia semakin malu kalau Dora melakukan itu. Lihat saja pipinya yang sudah semerah kepiting rebus! Pasti Fariel bakal makin terbahak menertawakannya! Iyalah, jelas-jelas dia bakal dicap sebagai cowok tidak gentle yang sudah kalah suit plus lari dari kenyataan!

Sial, sekarang Anna ingin menertawakannya. Dia baru tahu salah satu kelemahan cowok itu selain wibu bau bawang. Anna harus menyimpan itu dalam-dalam. Arul musuhnya. Selamanya musuhnya! Berarti sekarang ... Anna dan Arul sama-sama maskot di masing-masing kelasnya.

"Oke, oke." Andri mengembalikan intensitas perhatian murid-murid agar jatuh padanya. Lalu melanjutkan ucapannya mengenai apa saja yang mereka butuhkan untuk persiapan makrab nanti. "Nah, sekarang kita bakal bagi kelompok sesuai kelasan ya! Oke dari kelas 12 dulu. Dari 12-A. Abel, Chandra, Abi, dan Guntur sekelompok ya. Terus bla bla-"

Anna menunggu hingga namanya dipanggil. Dia sekelompok dengan Dian, Ririn, Indra, dan Septa. Ternyata sistem pengelompokannya benar-benar diacak! Apesnya, dia malah sekelompok dengan dua netizen kelas yakni Indra dan Septa yang demen sekali mengomentari apa pun yang terjadi di kelas. Gimana coba nih et dah malah sekelompok sama makhluk abstrak begituan?

"Oke, tadi gue udah bacain semua kelompok ya. Diinget kalo perlu dicatet, ye. Terus bawaan buat kelompok; minyak goreng sama trash bag. Terserah kelyen dah tuh pembagiannya gimana! Oke itu aja. Terus kita kumpul di sekolah jam tujuh pagi, ya. Yang terlambat terserah mau nyusul pake getek kek, pintu ke mana saja kek, apa bae dah, pokoknya asal nyampe!" lanjut Andri dengan logat Betawinya yang menonjol.

Tiba-tiba Friska mendekat lalu membisikan sesuatu, Andri mengangguk-angguk. Barulah Andri kembali meraih toa miliknya. "Oh ya jangan lupa siapin pasangannya buat pesta dansa! Yang kagak ada pasangannya, nanti diceburin di empang lele!" ancam Andri yang membuat para murid bergidik ketakutan. Anna bernapas lega. Syukurlah dia sudah janjian dengan Yeni, jadi semua pastinya aman terkendali!

Makrab, semoga lo jadi pengalaman yang indah! Anna membatin seraya melirik langit.

-----
Hella! Apa kabar? Semoga kalian sehat terus ya♡♡♡ ngga terasa udah 3 hari ini baru keupdate Robot Sang Peri Cintanya! ♡ Yuk votes dan comment!

Posted : 6 Juli 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Where stories live. Discover now