Are U Lost, Babygirl? - 98

35 7 1
                                    

Untuk pertama kalinya Arul merasakan dua perasaan; sesak berkecamuk karena habis diusir terang-terangan oleh Anna dan kedua, perasaan bahagia berkepanjangan akibat mendapat nilai yang setidaknya menyentuh kelulusan dalam Fisika, meski lima hari lagi dia akan mengikuti turnamen.

***

"Kak, please!" Youka meraih kedua tangan Anna berharap cewek itu bisa sedikit kendor padanya. Anna terlalu keras. Hatinya sudah membatu, tidak bisa melunak dengan mudah. Youka sudah kehabisan cara untuk membuat cewek itu mau mendengarkan dan menurut. Benar-benar sulit. Bagaimana sekarang?

"Nggak, Ka." Anna mengembus napas. "Aku bilang nggak ya nggak!"

"Hiks." Meski Youka sudah menangis, mengeluarkan buliran bening hangat yang merembes membasahi pipi, Anna sama sekali tidak peduli. Sekali tidak ya tidak. jangan harap hatinya berubah menjadi labil, lagipula memang sepertinya apa yang Anna pilih adalah hal yang terbaik baginya. "Aku udah nggak tahan lagi! Please, Kak, please. Aku mohon!"

Youka benar-benar mengemis hebat di depan Anna, meski sebenarnya Anna juga merasa kasihan tetapi bagaimana lagi. Anna tidak mau mengecewakan banyak orang lagi dan dia juga mau membahagiakan dirinya sendiri.

"Maafin aku, Ka." Anna beranjak meninggalkan Youka di belakangnya. Youka masih berharap Anna mau membuka sedikit saja hatinya untuk segala keluh kesah yang bocah itu rasakan, tetapi apa mau dikata? Sekali seseorang sudah merasa teguh, selamanya akan memilih jalan seperti itu. Lika-liku seperti apa yang dapat menerobos kekuatan hati Anna? Tembok sebesar apa yang menjulang tinggi di sana?

***

Pagi harinya, Anna terbangun dari tidurnya. Semalam dia tengah berdebat panjang dengan Youka, meski hal itu tidak bisa disebut debat karena lebih cocok seperti pernegosiasian yang tertolak. Semua permintaan Youka tidak ada sama sekali yang mampu mengetuk pintu hati Anna.

Sedikit merasa kasihan karena sudah terlampau keras, Anna pun bertanya dengan suara serak. "Youka, mau nasi uduk?"

Tidak ada tanda-tanda makhluk hidup yang menjawab. Anna lantas bangkit dari ranjang dengan tergesa-gesa dan mengangkat selimut, ternyata yang berada di sampingnya bukanlah jasad sang bocah melainkan guling yang dibungkus sarung guling.

Anna cengo. Dia heran, ke mana Youka pergi?

Cepat-cepat Anna menuruni tangga, menyorot tajam ke arah papa. Papa memilih berbasa-basi. "Makan dulu, Na."

"Youka ke mana, Pa?"

Papa yang diberi pertanyaan dadakan itu malah tertawa kecil. "Kamu ini gimana sih? Sebagai seorang kakak masa nggak tau kalo adeknya pergi?"

"Hah?" Anna memajukan tubuh. Memasang raut panik. "Aku serius, Pa. Youka di mana?"

"Err ... dia bilang sih pergi ke kompleks sebelah. Main sama temennya. Kenapa emang?"

Jelas sekali itu kebohongan besar! Apa Youka benar-benar akan senekat itu? Sial! Sial! Baru bermaksud meninggalkan ruang makan, Papa menahan tangan Anna. "Papa tau kamu sibuk, banyak pikiran. Namun sekali-kali pikirin dirimu sendiri. Tolong, makan dulu. Sebentar aja."

Anna terdiam, lalu memilih duduk di bangku meja makan. Dia mau menolak tapi perutnya sudah mengirimkan sinyal kelaparan. Baiklah, sepertinya sepiring mie goreng yang dimasak papa akan bisa sedikit meringankan beban dan mengademkan fungsi otaknya yang belakangan ini tertimpa banyak sekali kejadian tak terduga dan tak mengenakan.

Nasehat orang tua adalah salah satu yang tidak boleh dilanggar sama sekali bagi Anna, selama itu benar. Tidak peduli sesepele apapun, bahkan walau hanya dalam perhatian mengajak makan sekali pun. Karena nyatanya Anna paham, tidak banyak orang seberuntung dirinya untuk yang memiliki papa yang selalu ada dan memperhatikannya. Ini salah satu rezeki, bukan?

-----
🤯🤯 Guyssss otak aku ngebul karena ngedaring astaghfirullah.

Kalian gimana? Stay safe, stay healthy, stay strong yaa😭😭🤯

Posted : 28 September 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Where stories live. Discover now