The Most Wanted Boy - 1

538 47 23
                                    

Alkisah ada sebuah sekolah elit juga favorit yang berada di kota Jakarta Barat. Dengan pagar batu menjulang tinggi dan kokoh serta tulisan berplang 'SMA Cattleya' saja sudah lebih dari cukup untuk menarik perhatian. Bangunan gedungnya sendiri didominasi cat berwarna hijau muda dan gentingnya berwarna kemerah-merahan.

Di tengah-tengah bangunan gedung dan pagar kokoh tersebut terdapat sebuah lapangan luas yang didominasi cat berwarna biru—karena bekerja sama dengan salah satu kopi khas anak muda—serta kerap kali menjadi andalan lokasi upacara bendera setiap hari Senin pagi.

SMA Cattleya sendiri baru dimulai jam tujuh pagi dan selesai jam dua siang, karenanya berhubung sekarang jarum jam sudah menunjuk pukul setengah tiga sore maka secara resmi dinyatakan sekolah sudah sepi. Tidak ada lagi murid-murid yang berkeliaran kecuali memang mereka mempunyai kebutuhan masing-masing—contohnya ekstrakurikuler dan organisasi siswa intra sekolah—atau pun sekadar gabut nongkrong di kantin belakang atau di sepenjuru sekolah lainnya.

Walaupun sekolah sudah cukup sepi—dan kegiatan ekstrakurikuler untuk hari ini kebetulan banyak yang berada di dalam ruangan—namun hal itu tidak pernah bisa menghambat aktivitas yang terjadi di lapangan sekolah. Seorang cowok berambut cepak rapi dan disisir ke atas dengan peluh terus menetes membasahi kaus berlengan mengatung serta mengilap miliknya yang berwarna biru tua tampak asyik menggiring bola dengan punggung tangannya sendirian.

 Seorang cowok berambut cepak rapi dan disisir ke atas dengan peluh terus menetes membasahi kaus berlengan mengatung serta mengilap miliknya yang berwarna biru tua tampak asyik menggiring bola dengan punggung tangannya sendirian

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Digiringnya bola karet berlapis kulit berukuran dua puluh delapan koma lima inchi tersebut hingga memantul terus-menerus di lapangan. Memang sedari tadi matahari sore terus-menerus mencoba membakar kulit namun yang pasti takkan mampu menyurutkan semangatnya pada basket.

Dia adalah Syahrul Abidzar Maulana, seorang cowok most-wanted SMA Cattleya yang juga merupakan kapten dalam tim inti basket sekolah. Biasanya dia dipanggil dengan sebutan akrab, yakni Arul. Cowok itu dikenal sangat cuek dan dingin pada setiap cewek mana pun meski kenyataannya banyak cewek-cewek yang pantang menyerah dan terus berusaha mengejarnya dengan berbagai cara, contohnya seperti saat ini. Tak peduli walau Arul terus-menerus berkencan dengan kekasihnya alias bola basket tersebut.

"OMG! Arul! Arul!" teriak histeris salah seorang cewek, Kiara, seorang ketua dalam tim cheers yang berpakaian sangat minim—seragam kemeja putih yang dibuat ketat plus sangat sempit di perut, kalau saja dia bersedia mengangkat kedua lengannya sudah pasti pusar miliknya akan terbuka lebar—sehingga kurang etis dilihat.

"Ra, Arul ganteng banget sih!" Salsabila alias Bila, salah satu sahabat Kiara yang juga merupakan anggota cheers ikut histeris gemas melihat Arul.

Kiara yang memang dikenal cukup nekat dalam mengejar Arul langsung saja berjalan mendekati cowok yang masih asyik men-dribble bolanya tersebut hingga membuat yang bersangkutan langsung memasang tatapan tajam seakan ogah didekati.

"Ngapain lo?" tanya Arul sinis.

"Gue mau ngelapin keringet lo, Rul! Aduh ... lo tuh seksi banget, sih!" gumam Kiara jujur, setengah histeris melihat peluh-peluh Arul yang terus berjatuhan ke lapangan yang malah membuatnya makin cool. Jangan pernah lupakan surai cepaknya yang lepek itu. Benar-benar membuat ugh!

"Nggak, awas." Arul berusaha menghindar dengan dingin namun Kiara malah makin memepet-mepetkan tubuhnya membuat cowok itu menghela napas jengah.

Kiara adalah tipe cewek agresif, buktinya dia selalu membawa selampai yang setia bergelayutan di lengannya. Selama ini dia berniat untuk mengelapi keringat cowok idamannya yang merupakan salah satu idola sekolah karena ketampanan dan ke-cool-annya. Cewek-cewek lain seolah tak berani mengganggu atau pun melawan Kiara karena mereka tahu diri seberapa seramnya geng cheers cewek itu hingga hanya mampu memasang wajah sebal penuh iri saja saat melihat Kiara yang masih nangkring depan Arul.

"Rul ...." panggil Kiara dengan nada sok manja yang membuat Arul malah eneg mampus dan langsung menepis tangannya kasar.

"Awas, gue mau main!" protes Arul membuat Kiara menggembungkan pipi.

"Kenapa sih, Rul, lo nggak pernah ngeliat gue? Gue tuh suka sama lo!" Kiara terang-terangan sambil berkacak pinggang menunjukkan rasa tidak sukanya karena selama ini perhatiannya selalu diabaikan.

"Awas gue bilang, lo itu ganggu." Arul memutar bola mata tak acuh membuat selaput tipis Kiara berkaca-kaca, tidak menyangka untuk ke-sekian kalinya dia ditolak lagi dan lagi oleh cowok yang sama.

"Kok lo jahat banget sih sama gue, Rul?"

Arul menggaruk tengkuknya heran dengan pernyataan yang disampaikan Kiara dengan suara parau. Arul sangat membenci drama dan dirinya kehabisan cara untuk menjauhi cewek drama-queen di hadapannya. "Gue nggak jahat, gue cuma mau main basket. Makanya awas."

"Oke, fine!" Kiara menghapus sela-sela air matanya dengan jari. "Lo liat aja, Rul! Gue gak akan berhenti sampe di sini. Gue bakal terus dan terus usaha untuk ngedapetin perhatian lo!"

---

Hai! Ini masih chapter 1, masih banyak chapter lainnya yg insyaAllah bakal seruuu😍🥰
Oh ya jangan lupa tekan bintang sebelah kiri, comment, dan masukan ke reading list kamu ya😍
Posted : 22 April 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Where stories live. Discover now