The Ball and The Book - 15

132 21 5
                                    

Arul hanya memasang tatapan nanar dengan wajah datarnya, dia tidak mengerti. Sungguh tak paham dengan apa yang cewek plastik ini lakukan di hadapannya. Anna mendengkus lalu kembali mengulang pertanyaannya. Jangan-jangan Arul ini muda-muda tapi congek'an? Tidak ada yang tahu, bukan?

"Ini punya lo, kan?"

Arul masih terdiam.

"Woi, lo nggak budeg kan?" Anna menaikan suaranya dua oktaf di depan wajah Arul. Cowok itu mengalihkan pandangannya, malas bersitatap dengan cewek plastik itu.

"Bukan punya gue," jawabnya singkat.

Anna menganga tidak percaya. "Boong lo! Ini punya lo, kan? Ini bola basket, kok!"

"Itu kecil banget." Arul masih enggan menatap Anna, lalu sekarang dia baru berani menatap pupil cokelat milik cewek itu dengan berani. "Bukan selera gue."

Anna menunduk tidak percaya, dia lantas menunjukkan sebuah kertas di depan mata Arul yang berisi tulisan kecil: Untuk Arul.

"Itu tulisannya kan buat gue, berarti bukan punya gue." Arul memasang wajah masam. "Apaan si lo sok asik banget ngasih-ngasih barang?"

Anna melotot lalu memekik. "Ogah banget!"

Arul memasang wajah datar lalu menunjuk tas Jansport biru dongkernya pada Anna, cewek itu memasang wajah kebingungan. "Ambilin, gue lagi dihukum."

"Ogah!" Sudah dibilang kan sebelumnya? Hanya pada Arul-lah Anna akan bersikap tega, bahkan rela lebih tega dan lebih tega lagi pada cowok yang dianggapnya pengganggu serta bau bawang itu. Karena paham situasinya dan enggan berdebat dengan cewek macam Anna, Arul pun memerhatikan sekitar sebentar.

"Ngapain lo?" celetuk Anna. Arul tak menggubris perkataan itu, dia masih melihat situasi dan kondisi apakah sudah aman atau belum. Karena dirasa sudah aman, Arul cepat-cepat mengambil tasnya yang ada di dekat pepohonan dan tidak terlalu jauh dari tiang bendera karena tetap terpantau. Cowok itu kemudian kembali lagi pada posisi awalnya, Anna tidak berkomentar lagi. Dia hanya penasaran apa yang akan dilakukan Arul.

Arul membuka resleting tas lalu mengeluarkan sebuah novel berjudul Robot Sang Peri Cinta yang bercerita tentang cewek-cowok yang sudah rivalan setengah mati tetapi ternyata takdir berkata lain. Anna menggigit bibir, itu buku novel yang sedang Anna usahakan mati-matian. Sampai rela tidak jajan dua minggu tapi belum juga bisa terbeli dan sekarang malah ada di tangan cowok itu. Bahkan di rumah, diam-diam celengan ayam Anna diberi label putih bertuliskan: Buat beli novel RSPC.

Gya! Kampret! Rasanya Anna ingin sekali melompat dan langsung mengambil alih buku tersebut secara barbar, tapi mengingat bahwa yang sedang memegangnya adalah Arul alias rival alias musuh bebuyutan alias orang yang akan dia benci sepanjang sejarah hidup Annandita Aurellia Hafsah, dirinya pun memilih ogah mampus.

"Mau, gak?" tanya Arul sambil mengangkat satu alis.

Anjrit! Anna memekik keras dalam hati. Bangke banget dah nih, cowok bawang! Menggoda iman banget! Eits, bukan dianya sih tapi bukunya. Ogah banget deh kalo dia!

"Udah nggak usah ogah-ogahan," tukas Arul membuat Anna mundur dua langkah.

Dia bisa baca pikiran gue? Anna mengerjap tidak yakin.

"Lo jangan salah sangka, gue bukan baca pikiran lo kok. Cuman kan lo kalo sama gue pasti ngomongnya ogah, dikit-dikit ogah," jelas Arul masih dengan wajah datarnya. Sepertinya cowok itu hanya akan menjadi periang atau orang gila jika bertemu sesama jenisnya, contohnya Youka, adik Anna ketemu gede.

Arul menghela napas ringan. "Cepetan ambil, gak usah ngiler begitu. Jijik." Mendengarnya, refleks Anna menyentuh-nyentuh sisi-sisi bibirnya. Ternyata Arul tidak berbohong, ada basah-basah aneh gitu yang mengalir di sekitar bibir Anna.

Anjir, malu banget gue!

-----
Hai teman-teman! Rygga is back!
Aku senang RSPC sudah tembus 15 mwehehe😭🥺 semoga aku tetep berkomitmen menyelesaikan ini smpai selesai yaa! Yuk kalian ramaikan kolom komentar biar aku semangat😘
Seeyou!
Posted : 20 Mei 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Where stories live. Discover now