Home - 57

58 12 1
                                    

Anna masih tenggelam dalam rasa malunya. Dia terus menutupi kedua pipinya di balik bilik toilet yang saat ini ditempatinya. Anna tidak fokus berganti baju. Kembali terbayang-bayang kejadian barusan yang seperti mimpi. Refleks dia menggeleng kepala lalu menghentak-hentakan kakinya sebagai bentuk pelampiasan rasa malu.

"Ah! Gila! Gila! Bawang gila, dasar gila! Dasar kampret, semoga jomlo lo selamanya!" Umpatan, makian, kutukan, dan kebencian terus mengalir dari bibirnya. Emosi Anna yang sedari tadi ditahannya keluar dengan sendirinya.

Niat hati ingin menghibur diri setelah lelah merapihkan kelas dan kehujanan, eh malah ketiban nasib sial ketemu sama orang yang paling pengen Anna santet. Ngenes, amat!

Tiba-tiba Anna terdiam, baru menyadari sesuatu. Kenapa dia mengutuk Arul supaya jomlo selamanya? Apa pentingnya hal itu untuk Anna? Ini bukan berarti Anna ngarepin Arul, kan?

"Ih!" Bulu kuduk Anna berdiri, merinding. Jijik banget!

***

Usai merapikan diri dan bersiap-siap, Anna melangkah menuju halte pemberhentian untuk menaiki angkutan umum. Iya, dia kalau lagi malas memang lebih memilih menaiki kendaraan umum daripada berjalan kaki. Lagipula, dia sedang tidak diburu-buru, kan?

Panggul Anna merasa nyaman setelah menyentuh tempat duduk yang disediakan di sana. Anna melirik ke gawainya, jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Kini dia memandang ke bawah, meratapi jalanan yang agak becek dan kotor selepas hujan yang membasahi kota.

"Kalo kamu diapa-apain mereka, bilang, dong!" Seorang cewek mungil merengut di hadapannya. Tidak terima dengan perlakuan keji orang-orang yang membuat cewek yang lebih pendek darinya kotor dan kumel. Orang-orang itu tanpa rasa kemanusiaan, dengan tega mendorong si cewek pendek ke kubangan lumpur setelah hujan turun, hingga dia merasa kedinginan.

Si cewek pendek menatap nanar, lalu menggeleng. Tidak mau membebani siapapun, tidak mau menyusahkan siapa pun. Itu prinsipnya, selalu merasa tidak tegaan meski ada opsi untuk segera melaporkan pada guru dan membuat mereka semua dikeluarkan dari sekolah.

Kali ini cewek tinggi itu mendesah kasar. "Dasar Anna, lagi-lagi kamu sok kuat!"

Anna tersenyum kecil lalu menurunkan bibir kala melihat si cewek tinggi mendekat. Anna mundur beberapa langkah.

"Jangan deket-deket. Aku bau dan kotor."

Cewek tinggi itu terkekeh dan tetap kekeuh mendekat. "Kamu ini!" Dipeluknya tubuh mungil Anna lalu berbisik kecil, "meski kamu kotor, kucel, bau juga, aku bakal tetep sayang Anna!"

***

"Na!"

Sekelebat bayangan menarik Anna pada masa-masa itu, tanpa sadar dia meneteskan air mata sampai seseorang memanggilnya. Anna menggelengkan kepala, sedikit menyesal karena meratapi jalanan becek barusan.

Kini dia mendongak kala menatap seseorang yang sedang duduk di atas motor, mengenakan helm membuat Anna mengernyit.

Siapa, ini?

Sosok itu yang menyadari bahwa sedang diperhatikan segera membuka helm agar menampakkan muka. Anna membulatkan bibir lalu berteriak histeris.

"Ngapain lo di sini?"

Yang bersangkutan menguap kecil. "Lo mau sampe kapan nunggu angkot, plastik?"

Dada Anna kembali berdebar-debar mengingat kejadian tadi. Apa Arul merasa biasa saja? Itu tidak mungkin, bukan!

"Lo keujanan, kan? Udah naek aja!" Arul dengan santai menunjuk jok belakang motornya yang kosong melompong.

Anna bimbang, tidak tahu harus naik atau tidak. Secara, nomor satu; dia Arul. Nomor dua; dia musuhnya. Nomor tiga; kejadian tadi. Gila, itu memalukan, banget. Nomor empat—

"Udah, lo mau numpang nggak?" tanya Arul datar, bukan tipe cowok yang suka berbasa-basi. Segalanya to the point.

Tapi hebatnya, kok bisa-bisanya dia menggunakan nada sedatar itu pada seorang cewek yang baru saja berada satu kolam pemandian dengannya? Mana bilangnya numpang, pula! Sedih amat dah, Anna. Berasa tuh cewek yang butuh banget! Emang kayanya nggak ada akhlak si Arul! Ada yang jual akhlak? Tolong di­-give away­ buat Arul, coba!

Eh segala dilanjutin dengan kalimat singkat. "Kalo nggak mau numpang, ya udah, gue tinggal."

Anna menggigit bibir dalamnya murka, pengen marah tapi nggak bisa. Sekarang dia melirik kiri dan kanan kayak orang mau nyebrang. Jalanan masih sepi. Nungguin angkot bisa entah ya sampai kapan, keburu mati muda kali si Anna nungguin ntuh angkot. Ya udahlah, ya. Lagian rumah Anna dekat ini, kalo si Arul macem-macem ya tinggal bogem aja, atau Anna lompat gitu, ya?

Kata papa, rezeki itu nggak boleh ditolak. Lumayan lah, hemat ongkos!

Anna berjalan terseok-seok. Benar-benar pelan banget, nggak mau keliatan kaya butuh banget, gitu. Biar si Arul mikir. Saat Anna mengangkat kakinya dia melihat Arul sedang bercermin pada spion. Anna terperanjat. Takut si Arul mikir macam-macam kalau si Anna ngarep atau apalah. Ya, overthinking deh dia. Padahal kenyatannya si Arul ngeliatin spion malah ngomong dalam hati.

'Aslinya gue tuh ganteng juga, ya.'

-----
Yahoo! Pelajarannya buat cewek : Jangan terlalu overthinking, karena belom tentu cowok mikirin apa yang kalian lagi pikirin🤣

Posted : 15 Agustus 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Where stories live. Discover now