Don't Kill Him! - 74

53 9 1
                                    

Cepat-cepat Arul berlari ke toilet meninggalkan Anna yang masih terdiam dengan penuh tanda tanya. Anna ternganga saat mendengar suara-suara aneh macam 'Hoek! Hoek!'

Serius? Memangnya Fisika semenakutkan itu bagi Arul? Beberapa detik berikutnya cowok itu kembali, wajahnya jauh lebih pucat dari tadi. Anna meneguk saliva, ada rasa kasihan yang secara sekelibat datang di antara rasa tega dan bodo amat dari Anna. Anna mau tega, tapi bolehkah dia tega dalam situasi seperti ini?

Youka yang baru bangun tidur datang menghampiri ruang tamu, berniat mencari Anna. Tapi yang ditemuinya adalah Anna yang gelagapan dan Arul yang lemah pucat tak berdaya. Youka memandang mereka bergantian dengan persepsinya sendiri. "Ini ... Kak Anna ngapain Kak Arul? Kok mukanya pucet banget?"

Anna mengangkat kedua tangan seolah ditodong pistol oleh polisi kecil imut itu.

"Aku nggak ngapa-ngapain kok, dia muntah sendiri."

Youka mendekat lalu mengecek suhu tubuh Arul, tidak demam malah cenderung keringat dingin. Kemudian Youka mengambilkan segelas teh hangat pada Arul, cowok itu menerimanya.

"Makasih, Youka-gami."

Diteguknya teh hangat itu, tak lama kemudian wajah Arul kembali berseri-seri tanda dia sudah kembali agak segar dan baikan.

Youka melongok, memperhatikan kedua pupil Arul yang berwarna hitam pekat. "Kakak tadi kenapa?"

Arul menunjuk buku Fisika yang masih menangkring indah di atas meja ruang tamu, Youka mengangguk paham lalu mengangkat buku tersebut dan menunjukkannya di depan wajah Arul.

"Buku ini kenapa, Kak?"

Arul bergidik ngeri, kembali gemetaran, lalu mundur. "J ... jangan deketin buku itu!"

"Eh?" Youka kembali mendekatkan, sementara Arul terus mundur ketakutan. Anna menyilangkan kedua tangan lalu mengembus napas kasar. Jadi Arul beneran membenci Fisika sampai pada tahap kronis akut seperti itu, ya? Benar-benar hampir mati muda bahkan ketika dihadapkan pada bukunya langsung.

"Ya udah, jadi kita belajar atau nggak, nih?"

Arul terdiam, menimbang-nimbang keadaan. Kalau dia belajar sama dengan bunuh diri, kalau dia tidak belajar maka tidak akan ada perubahan signifikan sama sekali terhadap nilai Fisikanya.

Anna menggeleng kepala, heran bagaimana makhluk macam Arul bisa mendapatkan juara 2 paralel? Cowok itu sudah sampai tingkat phobia akut bahkan mendengar nama mata pelajaran itu, bisa saja kejang-kejang kali.

Youka mulai memberi usul. "Mau nonton anime, aja?"

"Mau!" Dengan cepat, riang, dan tanggap Arul langsung menyetujui.

"Woi, nggak jadi belajar nih?" Anna meningkatkan suaranya tiga oktaf.

Arul nyengir kecil, jarang sekali Anna melihatnya nyengir seperti itu. Dia itu terkenal es batu atau kulkas berjalan, sehingga cengirannya pun kelihatan seperti orang terpaksa. "Kapan-kapan aja ya, plastik. Kepala gue panas. Gue butuh refreshing."

Anna menyipitkan mata, tidak mau peduli. "Ya udah, itu bukan urusan gue."

"Makasih, plastik," ungkap Arul jujur.

Anna lantas meninggalkan dua makhluk maniak anime tersebut ke kamarnya, tidak mempedulikan Arul yang mulai membuka laptop dan mengajak Youka menyelami dunia yang hanya mereka berdua yang paham.

Di dalam kamar, Anna mengambil gawai dan memperhatikan ada beberapa pesan WhotsOpp yang masuk. Deg! Dada Anna berdegup kencang, banyak sekali chat masuk yang berasal dari Gifari.

Pagi, Na.

Apa kabar?

Oh ya, gimana Na?

Makrabnya lancar?

Kok sekarang lo jadi jarang ke Kafe Sehat lagi?

Bales dong, Na.

Na.

P

P

Gue ada salah kah?

Oh ... atau Anna lagi sibuk, ya?

Hm ... oke deh.

Gue cuma mau tau kabar lo aja kok :)

-----
Yuhuu doakan Cumi capai target yaa! Aku mau nulis RSPC sampai 100 ch utk bulan ini, wkwkwk.
I loph u guyzzz 💕🦑

Posted : 4 September 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang