Two Words - 114

20 5 0
                                    

Kejadian itu berlalu begitu cepat, Arul menuruni taksi dan mengangkat tubuh lemas Anna di atas sofa tepat setelah Youka bertanya perihal apa yang tengah terjadi di antara mereka. Arul menjelaskan dengan singkat dan secepat mungkin, setelahnya cowok itu berniat untuk langsung pulang sampai Youka menahan tangannya dan menggeleng.

“J ... jangan pulang dulu, Arul-nii!” cegat Youka dengan puppy eyes andalannya. Kalau sudah begini mana bisa Arul menolak, bukan?

“Iya, Ka.” Arul memertahankan senyuman terbaiknya, kalau pada Youka rasanya Arul bisa begitu manis dan lembut. Jangan tanya kenapa, dirinya saja mungkin tidak tahu. Tiba-tiba terdengar sebuah erangan tertahan dari sofa, Arul dan Youka saling berpandangan sebentar lalu menyadari bahwa tidak ada lagi makhluk selain mereka—dan Anna tentunya—jadi sudah jelas bahwa yang melakukannya hanya di antara mereka saja.

Seorang cewek menggerakan tubuhnya dari posisi tiduran menjadi posisi duduk yang rapih, mengucek kedua pupilnya sebentar sebelum memandang lurus kepada dua makhluk yang juga meliriknya heran.

Satu detik.

Dua detik.

Anna memelotot. Menunjuk Arul setengah cengo lalu memekik keras. “L ... lo ngapain? Lo ngapain di rumah gue?”

Arul mengangkat bahu lalu melirik Youka. Raut malas menghiasi wajah tampannya, dengan santai tanpa dosa Arul mengambil segelas air mium di meja dan meneguknya sampai habis. Dia bahkan menyeka ujung bibir yang masih terdapat setetes air dan memberikan kesan seksi yang mendalam.

Anna tidak paham dengan kelakuan Arul, tiba-tiba dia merasakan pusing yang sangat hebat dan hampir terhuyung ke belakang untuk kedua kalinya. Dengan sigap, Youka sudah berada di belakang Anna dan berjaga-jaga kalu Anna benar-benar limbung.

“Tadi kakak pingsan terus sama Kak Arul dibawa pulang, Kak Arul gini-gini care lho sama kakak.”

Anna mengerjap setengah tidak percaya, tapi melihat ekspresi Arul yang tidak mengelak Anna jadi paham bahwa itu sungguhan.

“Lo beneran nganterin gue pulang?” Anna mengklarifikasi.

Arul menggerakan ekor maniknya ke arah tempat Anna duduk lalu mengangguk pelan. Anna jadi berpikir apa yang mendasari Arul untuk membawanya pulang, tapi belum juga berpikir jawaban itu sudah tertanam dengan sangat jelas di pikirannya. Anna menghambur berlari menuju lantai dua, tentu saja dari belakang Youka mengikuti karena takut kalau Anna masih belum sepenuhnya sadar dan bisa saja nanti terguling-guling di tangga. Sungguh imajinasi yang mengerikan.

Anna mencari benda tersebut di dalam kamar dan setelah menemukannya dia langsung mengantunginya, kembali menuruni tangga tanpa mempedulikan Youka yang terus mengintili bak anak ayam pada induknya.

Setelahnya Anna berdiri di depan Arul, mereka hanya saling berbalas pandang beberapa detik. Suasana sangat tegang sampai-sampai Youka berpikir mereka akan perang beneran. Anna mengaku kalah, dia menunduk lalu mengambil sesuatu dari kantungnya yang sudah dipersiapkan tadi. Arul memertahankan kemampuannya memandang tanpa mengedip sedikit pun. Sebuah kertas yang sangat Arul paham disodorkan dari tangan Anna dari dalam dompetnya dengan sebuah kalimat yang mencelos dalam. “Nih, uang bensin.”

Arul menghela napas. “Tadi gue naik taksi.”

“Oke, ini uang taksi,” ujar Anna meralat.

“Nggak usah, ikhlas. Baik sama orang dapet pahala,” balas Arul ketus. Seakan tidak ada minat untuk berbicara pada Anna sepatah kata pun.

“Ya udah.” Anna kembali memasukkan kertas berharga sebagai alat pembayaran yang sah tersebut kembali ke dompet biru navy-nya. Sejujurnya ada dua kata yang ingin diucapkan, tapi bibir Anna terlalu gengsi untuk mengucapkannya. Alhasil cewek itu hanya menggigit bibir bawahnya dalam-dalam. Arul juga tidak kelihatan menantikannya mengeluarkan kata-kata semacam itu, kan?

Arul menyandarkan bahu lebarnya ke dinding sambil menatapi foto-foto semasa kecil Anna yang terpasang di dinding seberangnya. “Nggak usah belajar terlalu keras. Yang ada belom sampe Korea, udah sakit-sakitan.”

Anna meringis kecil. Tidak sangka kalau mungkin Arul sudah membuka-buka isi gawainya sampai tahu sedalam itu. Ingin marah karena sudah hampir mengusik privasinya, tapi kalau tidak ada Arul belum tentu Anna bisa pulang dengan selamat. Bagai buah simalakama.

“Hm. Jangan ceramah, deh.”

Arul menyipitkan mata, kesal. Rasanya sia-sia sudah menyelamatkan cewek seperti Anna. Lain kali biarkan sajalah, walau harus dihadiahi pentungan dari Fariel karena dianggap tidak gentle, mungkin itu jauh lebih baik. Suasana kembali menegang. Tidak ada seorang pun yang berbicara, termasuk Youka. Bocah itu seakan sedang mengidentifikasi studi kasus dan mencari metode yang tepat untuk menyelesaikan penelitiannya.

Anna menjilat bibir bawahnya, Arul mengangkat satu tangan dan mengatakan kalimat perpisahan.

“Gue pulang.”

“Tunggu!”

Itu bukan Youka. Bukan Youka yang mencegat. Seorang cewek yang kini menunjukkan wajah muramnya yang melakukan itu. Sebaliknya, bocah itu menarik seulas senyum seakan sudah menemukan metode yang dapat menyelesaikan permasalahan x dan y ini.

Arul berbalik. Menunggu sambil melipat tangan di dada.

Sial! Apa Anna tidak bisa mengontrol perasaan berdegup ini? Anna ingin sekali mengucapkan dua kata itu, tapi sulit sekali. Masalahnya dia ini Arul, Arul, sosok yang selalu ingin membuat Anna tega. Apa itu sudah tidak berlaku lagi?

“Apa?” desak Arul.

“Ah ... uhm ....”

Siapa sangka wajah Anna memerah padam, Arul sampai berpikir bahwa cewek ini demam tinggi karena sakit. “Lo demam. Sakit. Nggak usah batu, istirahat sana.”

“B ... besok ....”

“Ya?”

“Besok hari lomba pesta dansa buat cast Robot Sang Peri Cinta, kan?”

------
Haihai!!! Selamat bermalam Minggu guysss🥺❤ apa kabar? Aku baru kembali lagi dari nolep xoxoxoxo❤🥺 Yuk enjoy!

Posted : 24 Oktober 2020

Robot Sang Peri Cinta✔Where stories live. Discover now